TUHAN SELALU MENYATAKAN KASIHNYA
Keluaran 34:1-12
PENGANTAR
Mengapa
Allah begitu mengasihi umat Israel? Mengapa Allah harus kembali menulis dengan
jari-Nya sendiri, dua loh batu Hukum Tuhan yang telah dihancurkan Musa, saat
melihat bangsa Israel telah menyembah patung berhala mereka? Paling tidak,
bangsa yang keras kepala itu ditinggalkan Tuhan, dan beralih memilih bangsa
lain? Iya kan? Tetapi, mengapa Tuhan masih saja mengasihi Israel? Jawabannya
ialah karena Allah tetap mengasihi Israel karena Ia telah mengikat
perjanjian-Nya dengan nenek moyang mereka, Abraham, Isak dan Yakub; dan perjanjian
itu berlanjut secara turun-temurun.
Setelah
Allah menyampaikan firman-Nya kepada seluruh kaum Israel, Tuhan memanggil Musa
menerima sepuluh Hukum-Nya yang ditulis dengan jari Allah sendiri dalam dua loh
batu. Namun tak disangka dua loh batu itu dibanting Musa sehingga menjadi
hancur karena sikap bangsa Israel yang tidak taat kepada Allah. Namun demikian,
Allah tetap kembali menunjukkan kasih-Nya terhadap bangsa itu. Lagi-lagi, nabi
Musa diperintahkan untuk kedua kalinya menghadap Tuhan di atas gunung Sinai, untuk
kembali menerima pengganti dua loh Hukum Tuhan yang telah hancur.
Allah yang
dipercaya Musa dan bangsa Israel (termasuk kita yang hidup di zaman ini)
benar-benar adalah Tuhan yang Pengasih dan Penyanyang. Berkali-kali bangsa
Israel menunjukkan sikap tidak adil di hadapan Tuhan, sekali-kali Allah tidak
menarik rahmat-Nya bagi bangsa itu. Sekalipun ulah perbuatan umat Israel yang
mengakibatkan Musa membanting dua loh sepuluh Hukum Tuhan sehingga menjadi
hancur, Allah masih saja menunjukkan kasih-Nya pada bangsa itu. Hanya karena
Kasih, Allah kembali memberi perhatian pada Israel, dan hanya karena sifat
itulah Ia memerintahkan Musa memahat dua loh batu yang baru dan Allah kembali
menulis sepuluh hukum-Nya, sepuluh Hukum yang pernah ditulis pada dua loh batu yang pertama. Tentu
saja perhatian Allah atas bangsa itu karena Ia pingin perjalanan hidup bangsa
itu berproses di dalam kasih dan anugerah-Nya untuk sebuah maksud yang besar
bagi dunia.
ISI RENUNGAN
Untuk kembali lagi memperoleh dua loh
batu atau yang sering disebut “loh
Assyahadat” atau “lempengan batu”
(bhs Ibr. Luchot HaBrit yang artinya loh/lempengan perjanjian). Di atas dua
lempengan batu itu tertulis jelas sifat-sifat Allah yang sebenarnya bagi kaum
Israel. Kedua loh batu hukum Tuhan itu disimpan di dalam Tabut Perjanjian atau
yang disebut Aron Habrit (Bhs Ing. Ark of Covenant).
Awalnya dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum (The Ten Commandement) itu, yang ditulis oleh jari Allah sendiri
(Kel 31:18) dihancurkan Musa saat melihat umat Israel sudah beralih kepercayaan
kepada patung Baal, buatan tangan mereka. Kedua loh batu itu disebut sebagai
loh batu 10 Perintah Allah. Dua loh itu dibuat dari jenis batu Safir atau batu Lapis Lazuli yang mudah ditemukan di kawasan Gunung Sinai.
Dalam pembacaan Keluaran
34:1-12 ada tiga hal penting yang tertulis di dalamnya, yaitu:
1.
Musa mendengar dan menjalan perintah Tuhan (1-4)
Musa adalah
seorang manusia yang benar-benar setia dan taat akan panggilannya sebagai
pemimpin bangsa Israel. Hidupnya benar-benar diserahkan penuh pada Tuhan,
sehingga ketika ia mendengar perintah Tuhan, semuanya dijalankan secara baik
dan bertanggung jawab. Di bagian ini sangat jelas tergambar Tuhan-lah yang
berinisiatif menggantikan dua loh batu hukum-Nya yang dihancurkan Musa.
Pertama-tama Musa diminta Tuhan memahat dua loh batu yang baru dan kemudian
membawanya menjelang pagi menghadap Tuhan di atas gunung Sinai. Pertemuan Musa
dengan Tuhan berlangsung rahasia, tanpa diketahui oleh seorang bangsa Israel,
termasuk segala jenis ternak. Itulah sebabnya Tuhan menegaskan pada nabi Musa, “Tetapi janganlah ada seorang pun yang naik
bersama-sama dengan engkau dan juga seorang pun tidak boleh kelihatan di
seluruh gunung itu, bahkan kambing domba dan lembu sapi pun tidak boleh makan
rumput di sekitar gunung itu.” (lih ayt 3). Musa mematuhi dan menjalankan
seluruh perintah itu dengan baik sampai ia menghadap Tuhan di atas gunung
Sinai.
2.
Dialog Allah dengan Musa (5-9)
Setelah nabi Musa
telah berada di puncak gunung Sinai, Allah hadir dan berjalan lewat di depannya
sambil berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah
penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang
meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan,
pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang
bersalah dari hukuman, yang membalas kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan
cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” Bila mencermati
pernyataan Tuhan di atas dengan jelas telihat hakikat sifat Allah yang
sesungguhnya, sebab Dialah yang menyatakan semua itu di hadapan Musa.
Selayaknya umat Israel tidak diberi pengampunan saat mereka menyembah patung
baal; dan selayaknya Musa pun harus kena hukuman karena ia tidak mampu
mengontrol emosinya sehingga terlanjur menghancurkan dua loh tulisan hukum
Allah. Namun, sekali lagi, Tuhan masih dan tetap mengasihi Israel dan Musa,
hamba-Nya. Itulah sebabnya, ketika mendengar seruan Tuhan yang demikian jelas
di telinganya, Musa berlutut ke tanah dan menyembah serta berkata: “Jika aku telah mendapat kasih karunia di
hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami;
sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah
kesalahan dan dosa kami; ambillah kami menjadi milik-Mu.” Ini sebuah doa
Musa dalam kerendahan dan dengan hati
yang tulus memohon pengampunan di hadapan Allah yang Maha Kudus dan Maha
Pengasih.
3.
Janji Tuhan pada umat Israel dan Musa (10-12)
Di bagian ini,
bila kita mencermati secara baik, sesungguhnya Allah berjanji tetap mengasihi
bangsa Israel karena Ia punya rencana yang besar bagi dunia. Bangsa Israel adalah
alat kesaksian Allah untuk menyatakan kuasa-Nya bagi setiap bangsa. Itulah
sebabnya Allah menegaskan kepada Musa bahwa ada perbuatan-perbuatan ajaib yang
terjadi dan dimulai dari Israel bagi bangsa-bangsa yang lain. Kanaan, tanah
perjanjian Allah bagi Abraham, Isak dan Yakub itu, bakal dijadikan-Nya sebagai
tempat Ia bereksisis (berkarya), sehingga segala suku-suku bangsa di sekitar
tanah Kanan akan bungkam dan melihat kuasa Tuhan yang sesungguhnya berlaku.
Selain itu, Tuhan pun menegaskan kepada Musa, sebagai seorang pemimpin yang
menjalankan tugas kepemimpinannya di tengah kehidupan bangsa Israel, yaitu ia
harus berpegang pada perintah Tuhan secara benar, sehingga segala kesulitan
yang dihadapinya bakal ditolong oleh Allah. Pernyataan perjanjian Tuhan bagi
Musa ini terkait erat dengan kepemimpinannya yang dijalankan di atas dasar roh
takut akan Tuhan. Seorang pemimpin yang baik dan berhasil sesungguhnya tidak hanya
diukur pada kemampuan organisasinya, kepintaran dan kehebatan finansialnya,
melainkan pada roh kerendahan hati, ketulusan, ketatan dan kesetiaan pada Tuhan
dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Takut pada Tuhan membuka peluang kesuksesan
bagi seorang pemimpin. Ketika Tuhan mengikat perjanjian-Nya dengan Musa,
sesungguhnya Ia menyampaikan isi hati-Nya pada sang nabi itu, dengan suatu
harapan, Musa sanggup taat dan setia pada peritah Tuhan; dan dengan hati yang
taat dan setia Tuhan berkenan memberi tanda-tanda heran di dalam hidupnya.
APLIKASI
Setelah memahami bagian pembacaan di atas maka ada beberapa hal penting yang perlu disampaikan
pada persekutuan kita bersama, yaitu:
1.
Kita
harus memahami dengan baik bahwa Allah yang kita percaya, yang nyata di dalam
Yesus Kristus adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hal ini sepenuhnya dinyatakan Allah sendiri di
hadapan nabi Musa, saat sebelum ia menerima dua loh Hukum Tuhan di atas gunung
Sinai. Allah menegaskan kepada bangsa Israel bahwa Ia adalah Tuhan yang tetap
mengasihi umat-Nya, sekalipun bangsa itu sering bersikap tidak adil di
hadapan-Nya. Tuhan yang disembah bangsa Israel, yang telah nyata di dalam diri Yesus Kristus, yang
adalah Tuhan kita, Dia-lah yang sampai sampai sekarang tetap mengasihi kita semua.
2.
Tuhan
yang disembah Israel dan yang sekarang kita percaya di dalam Yesus Kristus itu,
mengharapkan kita semua untuk memberlakukan hukum kasih-Nya di tengah-tengah hidup
dan kerja kita, sebagai wujud
implementasi iman kita kepada-Nya. Tuhan sesungguhnya berharap agar hidup dan
karya kita berproses di dalam tatanan kebenaran, bukan berlaku sesuai dengan
rancangan pikiran kita sendiri. Dengan menjalani hidup dan kerja kita
berdasarkan hukum Tuhan, maka hidup kita menjadi berhasil, sekalipun sangat
dimengerti kalau perjalana hidup orang percaya itu tak selamanya di dalam taraf
yang normal.
3. Mari
belajarlah seperti nabi Musa yang begitu taat dan setia hanya kepada Tuhan.
Selaku pemimpin, entah pemimpin organisasi apa saja, sifat ketaatan, kesetiaan
dan dengar-dengaran kepada Tuhan haruslah dominan dalam kepemimpinannya.
Menurut saya, tidak ada pemimpin dalam dunia ini yang sempurna. Musa, sekalipun
begitu dekat dengan Allah, tetapi ia punya kelemahan. Namun, ketika ia berhadapan dengan Tuhan
yang memanggilnya, sedikitpun ia tidak menutupi kesalahannya di hadapan Allah.
Kejujuran akan kelemahan seorang pemimpin di hadapan Tuhan, merupakan sikap
yang disenangi Allah. Sebab dengan jujur dan mengaku kesalahan itulah membuat
Allah lebih mengasihi dan menolong di dalam kelemahan kita. Justru di dalam
kelemahan kita, Allah turut bekerja untuk melakukan tanda-tanda heran bagi
setiap orang. Amin.
Sahalom!!!!
0 komentar:
Posting Komentar