Sabtu, 29 Februari 2020

Februari 29, 2020
TUHAN SELALU MENYATAKAN KASIHNYA
Keluaran 34:1-12

PENGANTAR
        Mengapa Allah begitu mengasihi umat Israel? Mengapa Allah harus kembali menulis dengan jari-Nya sendiri, dua loh batu Hukum Tuhan yang telah dihancurkan Musa, saat melihat bangsa Israel telah menyembah patung berhala mereka? Paling tidak, bangsa yang keras kepala itu ditinggalkan Tuhan, dan beralih memilih bangsa lain? Iya kan? Tetapi, mengapa Tuhan masih saja mengasihi Israel? Jawabannya ialah karena Allah tetap mengasihi Israel karena Ia telah mengikat perjanjian-Nya dengan nenek moyang mereka, Abraham, Isak dan Yakub; dan perjanjian itu berlanjut secara turun-temurun.
        Setelah Allah menyampaikan firman-Nya kepada seluruh kaum Israel, Tuhan memanggil Musa menerima sepuluh Hukum-Nya yang ditulis dengan jari Allah sendiri dalam dua loh batu. Namun tak disangka dua loh batu itu dibanting Musa sehingga menjadi hancur karena sikap bangsa Israel yang tidak taat kepada Allah. Namun demikian, Allah tetap kembali menunjukkan kasih-Nya terhadap bangsa itu. Lagi-lagi, nabi Musa diperintahkan untuk kedua kalinya menghadap Tuhan di atas gunung Sinai, untuk kembali menerima pengganti dua loh Hukum Tuhan yang telah hancur.
        Allah yang dipercaya Musa dan bangsa Israel (termasuk kita yang hidup di zaman ini) benar-benar adalah Tuhan yang Pengasih dan Penyanyang. Berkali-kali bangsa Israel menunjukkan sikap tidak adil di hadapan Tuhan, sekali-kali Allah tidak menarik rahmat-Nya bagi bangsa itu. Sekalipun ulah perbuatan umat Israel yang mengakibatkan Musa membanting dua loh sepuluh Hukum Tuhan sehingga menjadi hancur, Allah masih saja menunjukkan kasih-Nya pada bangsa itu. Hanya karena Kasih, Allah kembali memberi perhatian pada Israel, dan hanya karena sifat itulah Ia memerintahkan Musa memahat dua loh batu yang baru dan Allah kembali menulis sepuluh hukum-Nya, sepuluh Hukum yang pernah  ditulis pada dua loh batu yang pertama. Tentu saja perhatian Allah atas bangsa itu karena Ia pingin perjalanan hidup bangsa itu berproses di dalam kasih dan anugerah-Nya untuk sebuah maksud yang besar bagi dunia.
ISI RENUNGAN
Untuk kembali lagi memperoleh dua loh batu atau yang sering disebut “loh Assyahadat” atau “lempengan batu” (bhs Ibr. Luchot HaBrit yang artinya loh/lempengan perjanjian). Di atas dua lempengan batu itu tertulis jelas sifat-sifat Allah yang sebenarnya bagi kaum Israel. Kedua loh batu hukum Tuhan itu disimpan di dalam Tabut Perjanjian atau yang disebut Aron Habrit (Bhs Ing. Ark of Covenant).
Awalnya dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum (The Ten Commandement) itu, yang ditulis oleh jari Allah sendiri (Kel 31:18) dihancurkan Musa saat melihat umat Israel sudah beralih kepercayaan kepada patung Baal, buatan tangan mereka. Kedua loh batu itu disebut sebagai loh batu 10 Perintah Allah. Dua loh itu dibuat dari jenis batu Safir atau batu Lapis Lazuli yang mudah ditemukan di kawasan Gunung Sinai.
        Dalam pembacaan Keluaran 34:1-12 ada tiga hal penting yang tertulis di dalamnya, yaitu:
1.        Musa mendengar dan menjalan perintah Tuhan (1-4)
Musa adalah seorang manusia yang benar-benar setia dan taat akan panggilannya sebagai pemimpin bangsa Israel. Hidupnya benar-benar diserahkan penuh pada Tuhan, sehingga ketika ia mendengar perintah Tuhan, semuanya dijalankan secara baik dan bertanggung jawab. Di bagian ini sangat jelas tergambar Tuhan-lah yang berinisiatif menggantikan dua loh batu hukum-Nya yang dihancurkan Musa. Pertama-tama Musa diminta Tuhan memahat dua loh batu yang baru dan kemudian membawanya menjelang pagi menghadap Tuhan di atas gunung Sinai. Pertemuan Musa dengan Tuhan berlangsung rahasia, tanpa diketahui oleh seorang bangsa Israel, termasuk segala jenis ternak. Itulah sebabnya Tuhan menegaskan pada nabi Musa, “Tetapi janganlah ada seorang pun yang naik bersama-sama dengan engkau dan juga seorang pun tidak boleh kelihatan di seluruh gunung itu, bahkan kambing domba dan lembu sapi pun tidak boleh makan rumput di sekitar gunung itu.” (lih ayt 3). Musa mematuhi dan menjalankan seluruh perintah itu dengan baik sampai ia menghadap Tuhan di atas gunung Sinai.
2.        Dialog Allah dengan Musa (5-9)
Setelah nabi Musa telah berada di puncak gunung Sinai, Allah hadir dan berjalan lewat di depannya sambil berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalas kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” Bila mencermati pernyataan Tuhan di atas dengan jelas telihat hakikat sifat Allah yang sesungguhnya, sebab Dialah yang menyatakan semua itu di hadapan Musa. Selayaknya umat Israel tidak diberi pengampunan saat mereka menyembah patung baal; dan selayaknya Musa pun harus kena hukuman karena ia tidak mampu mengontrol emosinya sehingga terlanjur menghancurkan dua loh tulisan hukum Allah. Namun, sekali lagi, Tuhan masih dan tetap mengasihi Israel dan Musa, hamba-Nya. Itulah sebabnya, ketika mendengar seruan Tuhan yang demikian jelas di telinganya, Musa berlutut ke tanah dan menyembah serta berkata: “Jika aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami; sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami; ambillah kami menjadi milik-Mu.” Ini sebuah doa Musa dalam kerendahan dan dengan hati  yang tulus memohon pengampunan di hadapan Allah yang Maha Kudus dan Maha Pengasih.
3.        Janji Tuhan pada umat Israel dan Musa (10-12)
Di bagian ini, bila kita mencermati secara baik, sesungguhnya Allah berjanji tetap mengasihi bangsa Israel karena Ia punya rencana yang besar bagi dunia. Bangsa Israel adalah alat kesaksian Allah untuk menyatakan kuasa-Nya bagi setiap bangsa. Itulah sebabnya Allah menegaskan kepada Musa bahwa ada perbuatan-perbuatan ajaib yang terjadi dan dimulai dari Israel bagi bangsa-bangsa yang lain. Kanaan, tanah perjanjian Allah bagi Abraham, Isak dan Yakub itu, bakal dijadikan-Nya sebagai tempat Ia bereksisis (berkarya), sehingga segala suku-suku bangsa di sekitar tanah Kanan akan bungkam dan melihat kuasa Tuhan yang sesungguhnya berlaku. Selain itu, Tuhan pun menegaskan kepada Musa, sebagai seorang pemimpin yang menjalankan tugas kepemimpinannya di tengah kehidupan bangsa Israel, yaitu ia harus berpegang pada perintah Tuhan secara benar, sehingga segala kesulitan yang dihadapinya bakal ditolong oleh Allah. Pernyataan perjanjian Tuhan bagi Musa ini terkait erat dengan kepemimpinannya yang dijalankan di atas dasar roh takut akan Tuhan. Seorang pemimpin yang baik dan berhasil sesungguhnya tidak hanya diukur pada kemampuan organisasinya, kepintaran dan kehebatan finansialnya, melainkan pada roh kerendahan hati, ketulusan, ketatan dan kesetiaan pada Tuhan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Takut pada Tuhan membuka peluang kesuksesan bagi seorang pemimpin. Ketika Tuhan mengikat perjanjian-Nya dengan Musa, sesungguhnya Ia menyampaikan isi hati-Nya pada sang nabi itu, dengan suatu harapan, Musa sanggup taat dan setia pada peritah Tuhan; dan dengan hati yang taat dan setia Tuhan berkenan memberi tanda-tanda heran di dalam hidupnya.
APLIKASI
Setelah memahami bagian pembacaan di atas maka ada beberapa hal penting yang perlu disampaikan pada persekutuan kita bersama, yaitu:
1.        Kita harus memahami dengan baik bahwa Allah yang kita percaya, yang nyata di dalam Yesus Kristus adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hal ini sepenuhnya dinyatakan Allah sendiri di hadapan nabi Musa, saat sebelum ia menerima dua loh Hukum Tuhan di atas gunung Sinai. Allah menegaskan kepada bangsa Israel bahwa Ia adalah Tuhan yang tetap mengasihi umat-Nya, sekalipun bangsa itu sering bersikap tidak adil di hadapan-Nya. Tuhan yang disembah bangsa Israel, yang telah nyata di dalam diri Yesus Kristus, yang adalah Tuhan kita,  Dia-lah yang sampai sampai sekarang tetap mengasihi kita semua.
2.        Tuhan yang disembah Israel dan yang sekarang kita percaya di dalam Yesus Kristus itu, mengharapkan kita semua untuk memberlakukan hukum kasih-Nya di tengah-tengah hidup dan kerja kita, sebagai wujud implementasi iman kita kepada-Nya. Tuhan sesungguhnya berharap agar hidup dan karya kita berproses di dalam tatanan kebenaran, bukan berlaku sesuai dengan rancangan pikiran kita sendiri. Dengan menjalani hidup dan kerja kita berdasarkan hukum Tuhan, maka hidup kita menjadi berhasil, sekalipun sangat dimengerti kalau perjalana hidup orang percaya itu tak selamanya di dalam taraf yang normal.
3.       Mari belajarlah seperti nabi Musa yang begitu taat dan setia hanya kepada Tuhan. Selaku pemimpin, entah pemimpin organisasi apa saja, sifat ketaatan, kesetiaan dan dengar-dengaran kepada Tuhan haruslah dominan dalam kepemimpinannya. Menurut saya, tidak ada pemimpin dalam dunia ini yang sempurna. Musa, sekalipun begitu dekat dengan Allah, tetapi ia punya kelemahan. Namun, ketika ia berhadapan dengan Tuhan yang memanggilnya, sedikitpun ia tidak menutupi kesalahannya di hadapan Allah. Kejujuran akan kelemahan seorang pemimpin di hadapan Tuhan, merupakan sikap yang disenangi Allah. Sebab dengan jujur dan mengaku kesalahan itulah membuat Allah lebih mengasihi dan menolong di dalam kelemahan kita. Justru di dalam kelemahan kita, Allah turut bekerja untuk melakukan tanda-tanda heran bagi setiap orang. Amin.
Sahalom!!!!


0 komentar:

Posting Komentar