Sabtu, 15 Februari 2020

Februari 15, 2020

ALLAH BERHAK MEMILIH ISRAEL

Ulangan 7:6-12



Mungkinkah menurut anda Allah yang kita sembah adalah TUHAN yang tidak adil, atau yang bersikap jahat terhadap manusia lain di luar suku Israel. Mungkinkah kita berpendapat pula kalau Allah yang kita sembah adalah TUHAN yang suka main pilih-kasih terhadap manusia? Bisa saja pendapat kita sedemikian bila membaca keseluruhan Ulangan 7:1-12. Setidaknya, menurut pikiran saya, kok bisa ya, Allah begitu kejam terhadap suku-suku (orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan,orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus) yang mendiami tanah Kanaan (7:1-5). Padahal keyakinan umum kita bahwa eksistensi manusia adalah segambar dengan Allah (Imago Dey) karena diciptakan oleh tangan Allah sendiri. Iya kan?

Andaikan gerakan genosida yang dilakukan orang Israel terhadap tujuh suku Kanaan pada waktu lalu itu berlaku dalam konteks zaman kita sekarang ini, saya pikir komnas HAM akan pasang badan untuk membela hak kemanusiaannya tujuh suku itu. Dan tentu saja bangsa Israel akan diajukan ke Pengadilan HAM Internasional. Masalah ini, kemungkinan besar akan menjadi peredebatan panjang dan rumit, karena tentu saja Israel pun mempunyai alasan mendasar, mengapa sampai mereka melakukan tindakan genosida itu. Ujung-ujungnya masalah ini dikembalikan kepada Tuhan; mengingat TUHAN-lah yang merekomendasikan tindakam pemusnahan tujuh suku di Kanaan itu.

Bila bangsa Israel mengembalikan kasus pelanggaran HAM yang dilakukan mereka terhadap tujuh suku Kanaan kepada Allah, maka sudah pasti Israel cuci tangan dari kesalahannya kepada TUHAN. Lalu, siapa yang dapat mengadili TUHAN? Apakah pengadilan tinggi di Indonesia? Ataukah pengadilan tinggi internasinal? Kalaupun Tuhan diadili oleh manusia, maka Ia akan menjawab dengan kuasa-Nya yang tak terbatas. Fasal 7:6-12 mengetengahkan jawaban Tuhan atas pertanyaan itu.

Allah menegaskan kepada bangsa Israel melalu nabi Musa bahwa ketujuh suku bangsa Kanaan sepenuhnya telah diserahkan Allah untuk dimusnahkan oleh bangsa Israel; mereka harus ditumpas habis sama sekali. Israel dilarang mengikat perjanjian dengan mereka, dan jangan mengasihi tujuh bangsa tersebut. Selain itu, jangan terjadi perkawinan di antara anak-anak Israel dengan anak-anak tujuh suku itu. Semua rumah ibadah dengan sejumlah simbol agama ketujuh suku tersebut, menurut Allah, wajib dimusnahkan. Hal yang terakhir ini bila dikaitkan dengan konteks kita sekarang, maka ini sudah masuk dalam kategori diskriminasi/kekerasan terhadap golongan agama tertentu.

Pertanyaan untuk kita, apakah Allah yang salah dalam hal ini? Ataukah nabi Musa-lah yang menjadi biang dari semua kesalahan Israel? Jawaban yang tepat ialah Allah dan Musa tidak salah dalam hal ini. Lalu mengapa? Nah, disinilah Allah akan menjawab pertanyaan itu. Allah menjawab lewat perantaraan Musa bahwa Israel diizinkan melakukan tindakan pemusnahan kepada ketujuh suku di tanah Kanaan itu karena TUHAN mempunyai hak yang mutlak dalam pengambilan keputusan-Nya. Tidak ada satu suku manapun, termasuk Israel, yang dapat menginterfensi keputusan mutlak TUHAN itu. Ia bebas memilih dan bebas memusnahkan.

Allah yang disembah kaum Israel adalah TUHAN yang bebas mengikat perjanjian-Nya dengan Israel. Bangsa Israel adalah salah satu suku yang dipilh dan diikat perjanjian oleh Allah; sehingga mereka disebut bangsa perjanjian. Karena ia yang dipilih maka ia pun diangkat sebagai bangsa yang disayangi Allah. Itulah hak mutlah Allah. Tak harus ada suku bangsa lain yang iri terhadap Israel karena sudah memang demikian keputusan Tuhan. Siapakah di antara kita yang dapat mengubah keputusan perjanjian Tuhan dengan Israel? Tidak ada!

Nabi Musa menegaskan bahwa Israel adalah bangsa yang dipilih Tuhan sebagai bangsa perjanjian Allah; yang telah diikat bersama nenek moyangnya, Abraham, Isakh dan Yakub. Oleh karena ikatan perjanjian itulah Allah berhak membebaskan Israel dari tanah Mesir. Sehingga Ia menuntut Israel untuk mendengar dan menjalankan seluruh perintah-Nya. Mengingat perjanjian yang sedemikian kuat, Allah mengasihi Israel sebagai bangsa yang sangat dikasih-Nya secara turun temurun. Tuntutan Allah bagi Israel ialah patuh dan setia kepada Allah. Siapa yang tidak patuh dan setia kepada Allah, konsekuensinya ialah Ia bebas dengan kuasa-Nya yang tak terbatas menghukum dan membunuh.

Karena itu, perintah Musa sebelum Israel memasuki tanah Kanaan, adalah berpegang teguh pada seluruh ketetapan dan peraturan Allah yang disampaikan nabi Musa. Melanggar karena tidak patuh mendapat hukuman, tetapi setia menjalankan ketetapan dan peraturan Allah mendapat berkat. Ada satu hal yang begitu penting disampaikan nabi Musa kepada bangsa Israel (lih.ayt 12) bahwa bilamana bangsa Israel mendengar dan menjalankan seluruh ketetapan dan peraturan yang diberikan Allah kepada mereka, jaminan yang akan diperoleh bangsa Israel ialah: Tuhan akan setia memegang perjanjian dan kasih setia-Nya yang telah diikat dengan Abraham, Isak dan Yakub. Bahwa perjanjian itu tidak dapat dipindahkan bilamana Israel setia kepada TUHAN.

Ketegasan Musa demikian mengingat pengaruh kekafiran tujuh suku Kanaan itu dapat saja menjadi ancaman bagi keimanan kaum Israel pada TUHAN, saat ketika mereka mendiami tanah Kanaan. Sekali-kali kepercayaan kepada TUHAN jangan beranjak dari kehidupan spiritual kaum Israel. Musa begitu berharap agar keyakinan kepada TUHAN yang membawa mereka keluar dari tanah Mesir, jangan sekali-kali berubah melainkan utuh dan kuat kepada TUHAN.

Apakah dalam sejarah perjalana bangsa Israel kita menemukan fakta kalau Allah telah memindahkan perjanjian-Nya kepada salah satu suku tertentu di luar bangsa Israel? Tidak kan? Perjanjian Allah itu, perjanjian yang dimulai dari Abraham, Isakh dan Yakub, tetap diikat dan berjalan dalam sejarah, sampai Ia sendiri menggenapinya di dalam Yesus Kristus, Tuhan kita. Perjanjian Allah dengan Israel memberi jalan kepada seluruh bangsa menemukan Tuhan di dalam Yesus Kristus. Jadi, Israel adalah alat dari Allah bagi penyelamatan dunia. Itulah sebabnya Allah begitu kuat memegang perjanjian-Nya dengan Israel.

Perjanjian Allah kini telah digenapi di dalam Yesus Kristus; dan perjanjian itu bersifat kekal untuk semua bangsa. Bahwa setiap orang yang menaruh percayanya dan menjalankan seluruh hukum Tuhan, konsekuensinya ialah perjanjian keselamatan itu tidak dapat dipindahkan dari padanya. Kita adalah bangsa Israel yang baru, imamat yang rajani, persekutuan orang-orang percaya yang dibaharui oleh Yesus Kristus, maka perjanjian keselamatan itu, tak dapat dipindahkan/tak dapat dihilangkan kalau kita setia kepada Tuhan. Yang dituntut dari kita ialah setia pada perintah-Nya, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita.

Refleksi:

1.        Dunia sekarang, tempat kita tinggal begitu berkembang pesat. Tidak ada yang sanggup membendung arus modernisasi dunia. Perkembangan selalu berjalan di dalam waktu; ada yang mendatangkan pengaruh yang positif dan ada pula yang negatif. Budaya dunia begitu kuat mempengaruhi keyakinan kita pada Tuhan; perkembangan dunia IPTEK, di bidang telekomunikasi dan informasi dengan jalur internet yang memukau, membuat orang lupa pada Tuhan. Aplikasi online banyak menawarkan komunikasi yang murah dan terjangkau semua lapisan masyarakat, sampai-sampai kita lupa membagi kasih secara nyata pada sesama kita.

2.        Tawaran-tawaran vasilitas murah seperti obat-obatan yang menjanjikan kesembuhan, akibatnya kita lupa pada kuasa Tuhan.

3.        Musa menegaskan kepada kita agar pengaruh yang mendatangkan keburukan terhadap keyakinan kita kepada Tuhan, penting sekali ditantang dan dihancurkan. Sebab bila kita mengikutinya dan melupakan Tuhan, maka konsekuensinya ialah Tuhan bakal mengambil janji keselamatan dari hidup kita.



Syalom!!!

0 komentar:

Posting Komentar