ALLAH
BERHAK MEMILIH ISRAEL
Ulangan
7:6-12
Mungkinkah
menurut anda Allah yang kita sembah adalah TUHAN yang tidak adil, atau yang bersikap jahat terhadap manusia lain di luar suku Israel. Mungkinkah
kita berpendapat pula kalau Allah yang kita sembah adalah TUHAN yang suka main
pilih-kasih
terhadap manusia? Bisa saja pendapat kita sedemikian bila membaca keseluruhan
Ulangan 7:1-12. Setidaknya, menurut pikiran saya, kok bisa ya, Allah begitu
kejam terhadap suku-suku (orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang
Kanaan,orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus) yang mendiami tanah Kanaan
(7:1-5). Padahal keyakinan umum kita bahwa eksistensi manusia adalah segambar
dengan Allah (Imago Dey) karena diciptakan oleh tangan Allah sendiri. Iya kan?
Andaikan gerakan genosida yang dilakukan orang Israel terhadap
tujuh suku Kanaan pada waktu lalu itu berlaku dalam konteks zaman kita sekarang
ini, saya pikir komnas HAM akan pasang badan untuk membela hak kemanusiaannya
tujuh suku itu. Dan tentu saja bangsa Israel akan diajukan ke Pengadilan
HAM Internasional.
Masalah ini, kemungkinan besar akan menjadi peredebatan
panjang dan rumit, karena tentu saja Israel pun mempunyai alasan mendasar, mengapa sampai mereka melakukan tindakan genosida itu. Ujung-ujungnya masalah ini
dikembalikan kepada Tuhan; mengingat TUHAN-lah yang merekomendasikan tindakam
pemusnahan tujuh suku di Kanaan itu.
Bila bangsa
Israel mengembalikan kasus pelanggaran HAM yang dilakukan mereka terhadap tujuh
suku Kanaan kepada Allah, maka sudah pasti Israel cuci tangan dari kesalahannya kepada TUHAN. Lalu,
siapa yang dapat mengadili TUHAN? Apakah pengadilan tinggi di Indonesia?
Ataukah pengadilan tinggi internasinal? Kalaupun Tuhan diadili oleh manusia,
maka Ia akan menjawab dengan kuasa-Nya yang tak terbatas. Fasal 7:6-12 mengetengahkan
jawaban Tuhan atas pertanyaan itu.
Allah menegaskan
kepada bangsa Israel melalu nabi Musa bahwa ketujuh suku bangsa Kanaan
sepenuhnya telah diserahkan Allah untuk dimusnahkan oleh bangsa Israel; mereka
harus ditumpas habis sama sekali. Israel dilarang mengikat perjanjian dengan
mereka, dan jangan mengasihi tujuh bangsa tersebut. Selain itu, jangan terjadi
perkawinan di antara anak-anak Israel dengan anak-anak tujuh suku itu. Semua
rumah ibadah dengan sejumlah simbol agama ketujuh suku tersebut, menurut Allah, wajib dimusnahkan. Hal yang terakhir ini bila dikaitkan
dengan konteks kita sekarang, maka ini sudah masuk dalam kategori diskriminasi/kekerasan
terhadap golongan agama tertentu.
Pertanyaan untuk
kita, apakah Allah yang salah dalam hal ini? Ataukah nabi Musa-lah yang menjadi
biang dari semua kesalahan Israel? Jawaban yang tepat ialah Allah dan Musa
tidak salah dalam hal ini. Lalu mengapa? Nah, disinilah Allah akan menjawab
pertanyaan itu. Allah menjawab lewat perantaraan Musa bahwa Israel diizinkan
melakukan tindakan pemusnahan kepada ketujuh suku di tanah Kanaan itu karena TUHAN
mempunyai hak yang mutlak dalam pengambilan keputusan-Nya. Tidak ada satu suku manapun, termasuk Israel, yang dapat
menginterfensi keputusan mutlak TUHAN itu. Ia bebas memilih dan bebas
memusnahkan.
Allah yang
disembah kaum Israel adalah TUHAN yang bebas mengikat perjanjian-Nya dengan
Israel. Bangsa Israel adalah salah satu suku yang dipilh dan diikat perjanjian
oleh Allah; sehingga mereka disebut bangsa perjanjian. Karena ia yang dipilih
maka ia pun diangkat sebagai bangsa yang disayangi Allah. Itulah hak mutlah
Allah. Tak harus ada suku bangsa lain yang iri terhadap Israel karena sudah
memang demikian keputusan Tuhan. Siapakah di antara kita yang dapat mengubah
keputusan perjanjian Tuhan dengan Israel? Tidak ada!
Nabi Musa
menegaskan bahwa Israel adalah bangsa yang dipilih Tuhan sebagai bangsa
perjanjian Allah; yang telah diikat bersama nenek moyangnya, Abraham, Isakh dan Yakub. Oleh karena ikatan perjanjian itulah Allah berhak membebaskan Israel dari
tanah Mesir. Sehingga Ia menuntut Israel untuk mendengar dan menjalankan
seluruh perintah-Nya. Mengingat perjanjian yang sedemikian kuat, Allah mengasihi
Israel sebagai bangsa yang sangat dikasih-Nya secara turun temurun. Tuntutan
Allah bagi Israel ialah patuh dan setia kepada Allah. Siapa yang tidak
patuh dan setia kepada Allah, konsekuensinya ialah Ia bebas dengan kuasa-Nya
yang tak terbatas menghukum dan membunuh.
Karena itu,
perintah Musa sebelum Israel memasuki tanah Kanaan, adalah berpegang teguh pada
seluruh ketetapan dan peraturan Allah yang disampaikan nabi Musa. Melanggar
karena tidak patuh mendapat hukuman, tetapi setia menjalankan ketetapan dan
peraturan Allah mendapat berkat. Ada satu hal yang begitu penting disampaikan
nabi Musa kepada bangsa Israel (lih.ayt 12) bahwa
bilamana bangsa Israel mendengar dan menjalankan seluruh ketetapan dan
peraturan yang diberikan Allah kepada mereka, jaminan yang akan diperoleh
bangsa Israel ialah: Tuhan akan setia memegang perjanjian dan
kasih setia-Nya yang telah diikat dengan Abraham, Isak dan Yakub. Bahwa
perjanjian itu tidak dapat dipindahkan bilamana Israel setia kepada TUHAN.
Ketegasan Musa
demikian mengingat pengaruh kekafiran tujuh suku Kanaan itu dapat saja menjadi
ancaman bagi keimanan kaum Israel pada TUHAN, saat ketika mereka mendiami tanah
Kanaan. Sekali-kali kepercayaan kepada TUHAN jangan beranjak dari kehidupan
spiritual kaum Israel. Musa begitu berharap agar keyakinan kepada TUHAN yang
membawa mereka keluar dari tanah Mesir, jangan
sekali-kali berubah melainkan
utuh dan kuat kepada TUHAN.
Apakah dalam sejarah
perjalana bangsa Israel kita menemukan fakta kalau Allah telah memindahkan perjanjian-Nya
kepada salah satu suku tertentu di luar bangsa Israel? Tidak kan? Perjanjian Allah itu, perjanjian yang
dimulai dari Abraham, Isakh dan Yakub, tetap diikat dan berjalan dalam sejarah, sampai Ia sendiri menggenapinya
di dalam Yesus Kristus, Tuhan kita. Perjanjian Allah dengan Israel memberi
jalan kepada seluruh bangsa menemukan Tuhan di dalam Yesus Kristus. Jadi,
Israel adalah alat dari Allah bagi
penyelamatan dunia. Itulah sebabnya Allah begitu kuat memegang
perjanjian-Nya dengan Israel.
Perjanjian Allah kini
telah digenapi di dalam Yesus Kristus; dan perjanjian itu bersifat kekal untuk
semua bangsa. Bahwa setiap orang yang menaruh percayanya dan menjalankan
seluruh hukum Tuhan, konsekuensinya ialah perjanjian keselamatan itu tidak
dapat dipindahkan dari padanya. Kita adalah bangsa Israel yang baru, imamat
yang rajani, persekutuan orang-orang percaya yang dibaharui oleh Yesus Kristus,
maka perjanjian keselamatan itu, tak dapat dipindahkan/tak dapat dihilangkan
kalau kita setia kepada Tuhan. Yang dituntut dari kita ialah setia pada
perintah-Nya, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita.
Refleksi:
1.
Dunia sekarang, tempat kita tinggal begitu berkembang pesat. Tidak ada yang
sanggup membendung arus modernisasi dunia. Perkembangan selalu berjalan di
dalam waktu; ada yang mendatangkan pengaruh yang positif dan ada pula yang negatif. Budaya dunia begitu kuat mempengaruhi
keyakinan kita pada Tuhan; perkembangan dunia IPTEK, di bidang telekomunikasi
dan informasi dengan jalur internet yang memukau, membuat orang lupa pada Tuhan. Aplikasi
online banyak menawarkan komunikasi yang murah dan terjangkau semua lapisan
masyarakat, sampai-sampai kita lupa membagi kasih secara nyata pada sesama
kita.
2.
Tawaran-tawaran vasilitas murah seperti obat-obatan yang menjanjikan
kesembuhan, akibatnya kita lupa pada kuasa Tuhan.
3.
Musa menegaskan kepada kita agar pengaruh yang mendatangkan keburukan
terhadap keyakinan kita kepada Tuhan, penting sekali ditantang dan dihancurkan.
Sebab bila kita mengikutinya dan melupakan Tuhan, maka konsekuensinya ialah
Tuhan bakal mengambil janji keselamatan dari hidup kita.
Syalom!!!
0 komentar:
Posting Komentar