HIDUP BENAR, MEMULIAKAN
TUHAN
Yesaya 29:9-16
PENGANTAR
Yesaya adalah seorang nabi dunia Perjanjian Lama, yang tentunya kita tahu
karakternya dalam menyampaikan firman Tuhan bagi umatnya sendiri. Yesaya yang
berarti “Yahwe menyelamatkan” adalah seorang nabi pemberani, tulus hati dan
sedikitpun tidak gentar menghadapi para pemimpin kerajaan, para nabi palsu dan
umat kaum Yehuda dan Israel yang tidak lagi hidup benar di mata Tuhan.
Keterpanggilan nabi Yesaya oleh Tuhan begitu penting bagi pertumbuhan
rohani kaum Yehuda dan Israel. Yesaya dipanggil Tuhan untuk mengubah karakter
umatnya dan mengritisi tabiat para pemimpin (kerajaan dan para nabi), agar
berubah sesuai keinginan Tuhan, bukan berdasarkan keinginan dirinya. Itulah
sebabnya, ketika sepanjang ia bekerja untuk mengubah perilaku buruk kaum Israel
dan pemimpinnya, tantangan yang dihadapi nabi ini begitu berat. Bilamana
kedatapatan ada umat dan pemimpin kaum Israel dan Yehuda yang kembali pada
kebenaran Allah, alangkah bahagianya Yesaya karena karena hal itu. Tetapi, bila hal itu tak
kunjung ada, bagi nabi Yesaya, itu adalah perilaku manusia yang benar-benar
buta dan tuli akan kebenaran Allah yang disampaikannya kepada mereka. Buta dan
tuli adalah kiasan yang dipakai nabi Yesaya menggambaran kehidupan rohani kaum
Yehuda dan Israel dengan para pemimpinnya yang tidak lagi hidup benar di mata
Tuhan. Kata hidup benar dimata Tuhan ini terkait dengan perilaku para nabi yang
mencari keuntungan dari pekerjaannya untuk memperkaya dirinya sendiri, sehingga
melupakan kebenaran yang sesungguhnya diberlakukan di tengah-tengah tugas
pekerjaannya. Sedangkan untuk umat, hal yang benar di mata Tuhan itu terkait
erat perilaku kasih di tengah masyarakat; orang yang kaya bukanya menolong
melainkan menindas yang miskin dan mencari laba untuk kepentingannya sendiri,
dan membiarkan kaum yang lemah menjadi korban dari ketidakadilan yang
dilakukannya. Ibadah yang dilakukan di hadapan Tuhan tidak dengan tulus,
melainkan hanya kebiasaan belaka. Karena itu, menurut Yesaya, mereka perlu
diselamatkan dari sikap kegelapan hidup itu.
ISI RENUNGAN
Pembacaan kita ini terbagi dalam tiga bagian sebagai berikut:
1.
Bangsa yang sudah menjadi buta dan tuli terhadap firman Tuhan (9-12). Sesungguhnya amat sulit mengubah cara hidup dan karakter kaum Yehuda dan
Israel pada nilai kebenaran Allah. Dalam pembacaan ini kita melihat nabi Yesaya
begitu tegas menegur kaum Israel, secara khusus para pemimpinnya yang enggan
mendengar nasihan yang disampaikan kepada mereka. Ia berkata bahwa para
pemimpin itu telah menjadi mabuk, tetapi bukan karena anggur dan pusing bukan
karena arak, sehingga mata mereka tertutup pada kebenaran Allah. Akibatnya para
pemimpin, yakni para nabi itu dibuat Tuhan menjadi tertidur nyenyak (Ibr. “tardema”). Tardema itu bukan keadaan tidur biasa yang dibutuhkan tiap malam
oleh manusia. Tardema itu adalah suatu keadaan psikosomatis di mana manusia
seperti sedang “tidur nyenyak” dan kehilangan segala kesadaran dan seolah-olah
mati terhadap rangsangan dari luar. Karena itu, sebagai akibat dari tardema itu, maka segala apa yang
dinubuatkan nabi Yesaya seolah-olah merupakan kitab tertutup. Dalam arti,
segala nasihat nabi Yesaya, sekalipun berulang-ulang disampaikan, para pemimpin
itu tidak mengerti tentang kebenaran Tuhan (buta rohani).
2.
Ibadah lahiriah dan sia-sia (14-14). Pada bagian ini nabi Yesaya menegaskan bahwa akibat dari kebutaan rohani
yang dialami para nabi palsu itu, telah menjalar bagi kehidupan umatnya
sendiri, yakni kaum Yehuda dan kaum Israel. Dampaknya begitu terlihat jelas
dalam segala peribadatan yang dilakukan mereka kepada Tuhan. Menurut nabi
Yesaya, sebagaimana yang difirmankan Tuhan bahwa karena kebutahan rohani yang
sedang dialami kedua umat itu, membuat mereka melaksanakan ibadah dan
memuliakan Allah hanya dengan bibirnya, tapi hatinya menjauh dari Tuhan. Mereka
melakukan peribadatan kepada Tuhan hanya sekedar karena tuntutan para pemimpin
agamanya. Itulah gejala rutinitasisme, formalisme dan tradisionalisme belaka,
agar dilihat bahwa mereka itu begitu agamais di kalangan orang lain. Oleh
karena itu, menurut Yesaya, Tuhan akan hadir dan melakukan hal-hal yang ajaib
bagi umat-Nya, yaitu hikmat orang-orang yang berhikmat akan hilang dan kearifan
orang-orang yang arif akan bersembunyi.
3.
Bangsa yang menipu diri sendiri terhadap Tuhan (15-16). Dalam bagian yang terakhir ini, kalau kita pahami secara baik, terlihat
nabi Yesaya mengungkapkan ketegasnya terhadap para pemimpin kaum Yehuda dan
Israel, yakni para nabi dan semua orang yang bodoh bahwa mereka akan kena
celaka akibat menyembunyikan dalam-dalam rancangannya dan perbuatan jahat di
hadapan Tuhan. Seakan-akan, menurut Yesaya, kaum Yehudan dan Israel menganggap
perbuatan jahat mereka itu tidak diketahui oleh Tuhan, sehingga mereka berkata:
“Siapakah yang melihat kita dan siapakah yang mengenal kita?” Tetapi, Yesaya
menegaskan bahwa sekalipun mereka memutar balikan segala kebenaran itu, Tuhan
lebih berkuasa atas mereka sebagai Penciptanya. Hal itu terlihat dalam sebuah
prosa singkat yang ditulis nabi Yesaya seperti ini: Apakah tanah liat dapat
dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata
tentang yang dibuatnya: “Bukan dia yang membuat aku”; dan apa yang dibentuk
berkata tentang yang membentuknya: “Ia tidak tahu apa-apa?” Arti prosa ini
adalah kaum Israel (tanah liat) tidak dapat disamakan dengan Tuhan (tukang
periuk), sebab bukan tanah liat menjadikan dirinya menjadi periuk, melainkan
tukang periuk itulah yang menjadikan tanah liat menjadi sebuah periuk.
PERTANYAAN PA
1.
Bagian Pertama (Teguran terhadap para nabi palsu)
a)
Apa yang dimaksud oleh
Yesaya dengan “Matamu yang tertutup dan buta semata-mata?”
b)
Apa maksud Yesaya dengan
kata “Jadilah mabuk tetapi bukan karena anggur, dan pusing tetapi bukan karena
arak?”
c)
Apa maksud Yesaya
berkata: “Sebab Tuhan telah membuat kamu tidur nyenyak. Matamu telah dipejamkan
dan mukamu telah ditundungi (ditutup)”
2.
Bagian Kedua (Teguran terhadap umat)
a) Apa maksud Yesaya dengan kata: “dan Tuhan
telah berfirman” Berfirman kepada siapa?
b) Apa maksud Yesaya dengan kata: “Oleh karena
bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya,
padahal menjauh dari padaku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia
yang dihafalkan.
c) Maka sesungguhnya Aku akan melakukan tanda
yang ajaib, yaitu hikmat orang yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang
yang arif akan bersembunyi.
3.
Bagian Ketiga (Teguran terhadap para nabi
palsu dan umat)
a) Apa maksud dengan perkataan nabi Yesaya:
“Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-dalam rancangannya terhadap Tuhan,
yang pekerjaan-pekerjaannya terjadi dalam kegelapan sambil berkata: Siapakah
yang melihat kita dan siapakah yang mengenal kita?”
b) Apa maksud perkataan Yesaya dengan kata-kata
ini: Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa
yang dibuat dapat berkata tentang yang dibuatnya...........”???
APLIKASI
1. Kita semua, siapapun orangnya
yang dihadirkan Tuhan dalam dunia ini adalah untuk menjadi pemimpin. Soal
pemimpin ini, janganlah diartikan sebatas pemimpin sebuah organisasi besar,
seperti pemerintah, gereja, adat, dls, melainkan di segala sisi kehidupan kita.
Seorang ayah atau pun dituntut untuk melakukan pekerjaannya di dalam tuntutan
keadilan, kebenaran dan kejujuran. Begitu pula pemimpin di dalam intitusi
pemerintah, agama, adat dan masyarakat. Menjadi seorang pemimpin haruslah
bekerja di dalam koridor kebenaran, bukan dibalik kepemimpinannya itu
terkandung kepentingan bagi dirinya sendiri. Pemimpin itu harus lebih banyak
mendengar dan mengikuti tuntutan yang diberikan Tuhan kepadanya, bukannya ia
memipin dengan keingnannya sendiri. Gunakan hati kita sebagai seorang pemimpin
untuk lebih banyak mendengar perintah Tuhan. Artinya, pemimpin itu harus lebih
banyak memberi dirinya diatur oleh Tuhan, sehingga mata rohaninya benar-benar
terbuka untuk melihat kebenaran sesungguhnya yang berasal dari Tuhan.
2.
Haruslah dipahami secara baik
bahwa Ibadah yang kita lakukan setiap waktu untuk memuji dan memuliakan Tuhan,
itu bukan konsepnya kita melainkan Tuhan. Tuhan mengajak umat-Nya untuk
beribadah hanya untuk memuliakan diri-Nya, bukan untuk memuliakan pribadi orang
yang beribadah kepada Tuhan. Karena itu, peribadatan yang kita lakukan tidak
sekedar rutinitas belaka melainkan wujudnyata dari iman kita kepada Tuhan.
Ibadah kita pun diharapkan bukan suatu tradisi yang formalitas belaka,
melainkan suatu sikap penghormatan dan tuduk pada Tuhan yang lebih berkuasa
atas hidup kita. Ibadah orang percaya butuh hati yang tulus dan hati yang
rendah hati di hadapan Tuhan, dan bukannya dengan uang, busana yang menawan
sehingga membuat Tuhan dimuliakan, melainkan dengan kerendahan hati dan
perbuatan kasih yang tulus bagi sesama.
3. Dengan begitu, kita dapat
membuat Tuhan betah hadir dan menunjukkan kuasa-Nya dalam hidup dan kerja kita.
Perlu dipahami bersama bahwa dengan mendengar nasihat dan mengikuti perintah
kasih Tuhan, secara pasti kita sedang megakui Tuhan yang adalah Pencipta itu
adalah berkuasa atas hidup dan kerja kita. Dengan bersikap adil, benar dan
jujur dalam seluruh hidup dan karya kita, membuat ibadah (pekerjaan dan
pelayaanan) kita menjadi berarti di di mata Tuhan dan sesama kita.
Syalom!!!
0 komentar:
Posting Komentar