NAMA BAIK KARENA HATI YANG BAIK
Amsal 22:1-16
PENGANTAR
Kitab Ayub disebut sebagai karya paling matang dari hikmat
kebijaksanaan umat Israel, sedangkan Amsal adalah kitab yang memuat buah hasil hikmat yang paling tua. Kitab Ayub
adalah karya seni sastra yang masak-masak dipikirkan dan rapi tersusun oleh
seorang sastrawan yang berbakat. Sedangkan kitab Amsal merupakan kumpulan
buah-pikiran dan pengalaman kehidupan dari seorang sastrawan sedang-sedang
saja.
Raja Daud dikenal sebagai sumber
tradisi mazmur di Israel, sedangkan Salomo dikenal sebagai sumber tradisi
hikmat (Amsal) karena dikatakan ia yang menulis tentang amsal-amsal tersebut.
(lih. Ams
1:1; Ams
10:1; Ams
25:1). Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya (1
Raj 4:32). Menurut catatan para teolog kitab PL bahwa ucapan-ucapan
bijak raja Salomo ini, ketika ia kerajaan Israel Raya runtuh dan terpecah menjadi
dua bagian, yakni kerajaan Israel (Samaria) dan kerajaan Yehuda (Yerusalem),
semua ucapan bijak raja itu dikumpulkan kembali di masa kepemimpinan Hizkia,
raja Yehuda. Pada saat itu Hizkia mengadakan
reformasi kultus dan menyuruh para tokoh kaum Lewi kembali mengangkat seluruh
ucapan-ucapan bijak raja Salomo untuk dijadikan sebagai pelajaran teologis-praktis bagi kehidupan kaum Israel di masa-masa pembuangan mereka. Kumpulan karya Salomo inilah yang dikenal dengan sebutan Salomonik atau
ucapan-ucapan bijak Salomo (Amsal 10:1-22:6). Sedangkan Amsal 25:1-29 merupakan formulasi baru yang ditulis oleh para tokoh
kaum Lewi di masa kepemimpinan Hizkia yang menjadi dokumen bagi kita sekarang
ini. Ini yang dikenal dengan sebutan koleksi amsal Hizkianik.
Amsal yang dirumuskan oleh
Salomo merupakan ucapan-ucapan bijak yang bertolak dari seluruh kehidupan
manusia, baik dari sisi perilakun dan sifat-sifat manusia, kehidupan nyata
manusia dalam pergaulan hidupnya, pekerjaannya dan hubungannya dengan Tuhan.
Semua itu terekam jelas dalam seluruh ucapan-ucapan bijak Salomo di masa hidup
dan kepemimpinannya sebagai seorang raja Israel.
Bagian
pembacaan kita saat ini (Amsal 22:1-16) merupakan kumpulan nasihat Salomo atau
yang disebut Salomik yang dinilai begitu berarti bag setiap kaum Yahudi. Dalam bagian
ini Salomo mengawali nasihatnya dengan mengataan suatu pandangan yang luar
biasa nilainya, yaitu “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar...”
(Amsal 22:1a).
Entalah, kita tidak tahu, apa alasan mendasar sehingga
Salomo dengan jujur berkata seperti itu? Apakah karena hal itu terkait dengan kondisi
kaum Israel pada waktu itu, ataukah bertolak dari pengalaman hidup pribadinya?
Sekali lagi, kita tidak tahu. Tetapi, bila membaca keseluruh pembacaan kita ini
maka setidaknya bisa memberi gambaran pada kita bahwa sering kekayaan itu
selalu menjadi tuntutan setiap orang untuk meningkatkan prestise, popularitas,
kehebatannya, dls. Apakah demikian? Maksud saya, apakah dengan memiliki
kekayaan dalam hidup ini menentukan nama baik kita? Tentu saja tidak,
sebagaimana yang dimaksudkan oleh Salomo.
Nama baik
tidak terkait dengan kekayaan dan kekayaan pun tidak menentukan nama baik
seseorang. Walaupun kekayaan yang diperoleh dengan berbagai cara yang ditempuh,
sekali-kali tidak menentukan nama baik seseorang. Nama baik itu terkait-erat
dengan sikap dan perbuatan kita secara praktis sosial. Semua orang, entah yang
kaya maupun yang miskin memiliki nilai harga diri yang sama karena sama-sama
diciptakan Tuhan. Banya fakta yang telah bercerita pada kita bahwa lantaran
nama baiknya diinjak-injak orang lain, orang tersebut mati-matian
mempertahankan diri hanya sebuah nama baik. Ingat, nama baik terkait erat
dengan harga diri.
Dalam
pembacaan ini kita tidak diantar untuk membahas tiap-tiap ayat guna menemukan
inti pesan Tuhan pada ibadah ini, melainka lebih melihat secara umum apa pesan
Salomo bagi orang Kristen sekarang. Sebelum membahas lebih jauh, perlu
diperhatikan bersama bahwa kata-kata bijak Salomo pada prinsipnya menekankan
pada konteks kekinian maupun konteks yang akan datang (terutama generasi muda),
terkait dengan kehidupan praktis orang-orang percaya (takut akan Tuhan).
Ada beberapa
hal penting yang dikemukakan Salomo bila berbicara soal nama baik lebih
berharga dari pada kekayaan, dengan memunculkan pertanyaan seperti ini:
“Bagaimana orang Kristen menjaga nama baiknya?” Jawaban Salomo singkat saja di
ayat 4, yaitu takut akan Tuhan. Bagi Salomo, orang yang takut akan Tuhan
memiliki hati takluk dibawa keinginan Tuhan. Berikut ini raja Israel itu
memberi beberapa hal terkait dengan hati orang yang takut pada Tuhan.
1.
Kerendah
hati ( Amsal 22:4 a)
Kerendahan hati setiap orang percaya tidak saja
ditunjukkan kepada sesamanya melainkan juga di hadapan Tuhan. Menurut Salomo,
orang yang rendah hati akan diganjari Tuhan dengan kekayaan, kehormatan dan
kehidupan. Orang yang rendah hati selalu dikasihi dan dihormati setiap orang,
sehingga ia meninggalkan nama baiknya terus menjadi buah bibr setiap orang yang
pernah mengenalnya.
2.
Tidak
serong hati (Amsal 22:5a)
Salomo berkata bahwa orang
yang serong hatinya atau tidak memiliki prinsip hidup tetap bersama Tuhan, maka
duri dan perangkap (persoalan dan masalah) selalu mengiringi jalan hidupnya
sepanjang waktu. Serong hati mengakibatkan seseorang menjadi pribadi yang
kehilangan jalan keluar dari permasalahan hidup, sehingga membawanya menuju
pada tindakan yang menghancurkan nama baiknya.
3.
Baik hati (Amsal 22:9a)
Kebaikan tentu sulit untuk
dilupakan. Saat kita mengalami kesulitan dan ada seorang yang baik hati hadir
menolong kita, tentunya kebaikan orang itu sulit untuk dilupakan. Nilai
terbesar yang dilihat oleh kita bukan terletak pada barang atau benda yang
diberikan itu, melainkan terletak pada nilai kebaikan hatinya. Orang baik itu,
menurut Salomo, diberkati oleh Tuhan karena kasihnya pada orang lain yang
membutuhkan pengasihannya. Nah, nilai kebaikan hati orang baik, apapun alasan
dan kapanpun, ia selalu diingat sepanjang waktu perihal kebaikan dan nama
baiknya.
4.
Kesucian hati (Amsal 22:11a)
Pembicaraan atau ucapan seseorang tergambar isi hatinya.
Ada pepatah yang berkata, “dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati sukar
ditebak.” Tetapi, bila ucapan seseorang menggambarkan hati seseorang, maka
paling tidak kita dapat menduga kedalaman hatinya. Iya kan? Salomo berkata
bahwa orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis (baik, sopan) bicaranya
menjadi sahabat raja. Maksud Salomo adalah ketika pembicaraan kita jujur
seperti ketulusan hati kita, maka semua orang, terutama para pemimpin dapat
mempercaya kita. Nama baik pun diukur dari kesucian hati seseorang.
PENERAPAN
Belajar firman Tuhan
dalam bagian pembacaan kita pada saat ini, maka ada beberapa hal yang penting
disampaikan kepada umat sbb:
- Kerendahan hati, tidak serong hati, baik hati dan kesucan hati adalah wujud dari orang yang takut akan Tuhan. Sebagai orang yang percaya dan takut pada Tuhan, marilah kita belajar dari pesan-pesan bijak Salomo untuk benar-benar mengajari kita bahwa nama baik kita tidak diukur dari harta melainkan dari perbuatan baik kita pada sesama. Hal ini penting sekali ditanamkan bagi anak-anak kita untuk masa yang akan datang.
- Hati kita adalah pusat kebaikan dan kejahatan. Bila hati diperuntukan untuk kejahatan maka ujung-ujungnya akan mencoreng nama baik sebagai anak-anak Tuhan; sedangkan bila hati itu digunakan untuk kebaikan, maka jangan kuatir bahwa kebaikan dan nama baik kita akan tetap dikenang sepanjang waktu. Sekali lagi, sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa kebaikan hati kita yang didasari pada ketulusan pasti melahirkan nama baik diri kita sendiri. Nama baik tidak dapat dibayar dengan harta benda dan harta benda apapun tak sanggup menyamai nilai nama baik yang dimiliki setiap orang percaya. Berbuat baik maka kita akan meninggalkan nama baik bukan untuk sebuah popularitas, melainkan karena yang diperintahkan oleh Tuhan. Syalom!!!
0 komentar:
Posting Komentar