Senin, 10 Februari 2020

Februari 10, 2020

NAMA BAIK KARENA HATI YANG BAIK
Amsal 22:1-16

PENGANTAR
Kitab Ayub disebut sebagai karya paling matang dari hikmat kebijaksanaan umat Israel, sedangkan Amsal adalah kitab yang memuat buah hasil hikmat yang paling tua. Kitab Ayub adalah karya seni sastra yang masak-masak dipikirkan dan rapi tersusun oleh seorang sastrawan yang berbakat. Sedangkan kitab Amsal merupakan kumpulan buah-pikiran dan pengalaman kehidupan dari seorang sastrawan sedang-sedang saja.
         Raja Daud dikenal sebagai sumber tradisi mazmur di Israel, sedangkan Salomo dikenal sebagai sumber tradisi hikmat (Amsal) karena dikatakan ia yang menulis tentang amsal-amsal tersebut. (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya (1 Raj 4:32). Menurut catatan para teolog kitab PL bahwa ucapan-ucapan bijak raja Salomo ini, ketika ia kerajaan Israel Raya runtuh dan terpecah menjadi dua bagian, yakni kerajaan Israel (Samaria) dan kerajaan Yehuda (Yerusalem), semua ucapan bijak raja itu dikumpulkan kembali di masa kepemimpinan Hizkia, raja Yehuda. Pada saat itu Hizkia mengadakan reformasi kultus dan menyuruh para tokoh kaum Lewi kembali mengangkat seluruh ucapan-ucapan bijak raja Salomo untuk dijadikan sebagai pelajaran teologis-praktis bagi kehidupan kaum Israel di masa-masa pembuangan mereka. Kumpulan karya Salomo inilah yang dikenal dengan sebutan Salomonik atau ucapan-ucapan bijak Salomo (Amsal 10:1-22:6). Sedangkan Amsal  25:1-29 merupakan formulasi baru yang ditulis oleh para tokoh kaum Lewi di masa kepemimpinan Hizkia yang menjadi dokumen bagi kita sekarang ini. Ini yang dikenal dengan sebutan koleksi amsal Hizkianik.
          Amsal yang dirumuskan oleh Salomo merupakan ucapan-ucapan bijak yang bertolak dari seluruh kehidupan manusia, baik dari sisi perilakun dan sifat-sifat manusia, kehidupan nyata manusia dalam pergaulan hidupnya, pekerjaannya dan hubungannya dengan Tuhan. Semua itu terekam jelas dalam seluruh ucapan-ucapan bijak Salomo di masa hidup dan kepemimpinannya sebagai seorang raja Israel.
ISI RENUNGAN
        Bagian pembacaan kita saat ini (Amsal 22:1-16) merupakan kumpulan nasihat Salomo atau yang disebut Salomik yang dinilai begitu berarti bag setiap kaum Yahudi. Dalam bagian ini Salomo mengawali nasihatnya dengan mengataan suatu pandangan yang luar biasa nilainya, yaitu “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar...” (Amsal 22:1a).
                    Entalah, kita tidak tahu, apa alasan mendasar sehingga Salomo dengan jujur berkata seperti itu? Apakah karena hal itu terkait dengan kondisi kaum Israel pada waktu itu, ataukah bertolak dari pengalaman hidup pribadinya? Sekali lagi, kita tidak tahu. Tetapi, bila membaca keseluruh pembacaan kita ini maka setidaknya bisa memberi gambaran pada kita bahwa sering kekayaan itu selalu menjadi tuntutan setiap orang untuk meningkatkan prestise, popularitas, kehebatannya, dls. Apakah demikian? Maksud saya, apakah dengan memiliki kekayaan dalam hidup ini menentukan nama baik kita? Tentu saja tidak, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Salomo.
        Nama baik tidak terkait dengan kekayaan dan kekayaan pun tidak menentukan nama baik seseorang. Walaupun kekayaan yang diperoleh dengan berbagai cara yang ditempuh, sekali-kali tidak menentukan nama baik seseorang. Nama baik itu terkait-erat dengan sikap dan perbuatan kita secara praktis sosial. Semua orang, entah yang kaya maupun yang miskin memiliki nilai harga diri yang sama karena sama-sama diciptakan Tuhan. Banya fakta yang telah bercerita pada kita bahwa lantaran nama baiknya diinjak-injak orang lain, orang tersebut mati-matian mempertahankan diri hanya sebuah nama baik. Ingat, nama baik terkait erat dengan harga diri.
        Dalam pembacaan ini kita tidak diantar untuk membahas tiap-tiap ayat guna menemukan inti pesan Tuhan pada ibadah ini, melainka lebih melihat secara umum apa pesan Salomo bagi orang Kristen sekarang. Sebelum membahas lebih jauh, perlu diperhatikan bersama bahwa kata-kata bijak Salomo pada prinsipnya menekankan pada konteks kekinian maupun konteks yang akan datang (terutama generasi muda), terkait dengan kehidupan praktis orang-orang percaya (takut akan Tuhan).
        Ada beberapa hal penting yang dikemukakan Salomo bila berbicara soal nama baik lebih berharga dari pada kekayaan, dengan memunculkan pertanyaan seperti ini: “Bagaimana orang Kristen menjaga nama baiknya?” Jawaban Salomo singkat saja di ayat 4, yaitu takut akan Tuhan. Bagi Salomo, orang yang takut akan Tuhan memiliki hati takluk dibawa keinginan Tuhan. Berikut ini raja Israel itu memberi beberapa hal terkait dengan hati orang yang takut pada Tuhan.
1.        Kerendah hati ( Amsal 22:4 a)
Kerendahan hati setiap orang percaya tidak saja ditunjukkan kepada sesamanya melainkan juga di hadapan Tuhan. Menurut Salomo, orang yang rendah hati akan diganjari Tuhan dengan kekayaan, kehormatan dan kehidupan. Orang yang rendah hati selalu dikasihi dan dihormati setiap orang, sehingga ia meninggalkan nama baiknya terus menjadi buah bibr setiap orang yang pernah mengenalnya.
2.        Tidak serong hati (Amsal 22:5a)
Salomo berkata bahwa orang yang serong hatinya atau tidak memiliki prinsip hidup tetap bersama Tuhan, maka duri dan perangkap (persoalan dan masalah) selalu mengiringi jalan hidupnya sepanjang waktu. Serong hati mengakibatkan seseorang menjadi pribadi yang kehilangan jalan keluar dari permasalahan hidup, sehingga membawanya menuju pada tindakan yang menghancurkan nama baiknya.
3.        Baik hati (Amsal 22:9a)
Kebaikan tentu sulit untuk dilupakan. Saat kita mengalami kesulitan dan ada seorang yang baik hati hadir menolong kita, tentunya kebaikan orang itu sulit untuk dilupakan. Nilai terbesar yang dilihat oleh kita bukan terletak pada barang atau benda yang diberikan itu, melainkan terletak pada nilai kebaikan hatinya. Orang baik itu, menurut Salomo, diberkati oleh Tuhan karena kasihnya pada orang lain yang membutuhkan pengasihannya. Nah, nilai kebaikan hati orang baik, apapun alasan dan kapanpun, ia selalu diingat sepanjang waktu perihal kebaikan dan nama baiknya.
4.        Kesucian hati (Amsal 22:11a)
Pembicaraan atau ucapan seseorang tergambar isi hatinya. Ada pepatah yang berkata, “dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati sukar ditebak.” Tetapi, bila ucapan seseorang menggambarkan hati seseorang, maka paling tidak kita dapat menduga kedalaman hatinya. Iya kan? Salomo berkata bahwa orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis (baik, sopan) bicaranya menjadi sahabat raja. Maksud Salomo adalah ketika pembicaraan kita jujur seperti ketulusan hati kita, maka semua orang, terutama para pemimpin dapat mempercaya kita. Nama baik pun diukur dari kesucian hati seseorang.

PENERAPAN
Belajar firman Tuhan dalam bagian pembacaan kita pada saat ini, maka ada beberapa hal yang penting disampaikan kepada umat sbb:
  • Kerendahan hati, tidak serong hati, baik hati dan kesucan hati adalah wujud dari orang yang takut akan Tuhan. Sebagai orang yang percaya dan takut pada Tuhan, marilah kita belajar dari pesan-pesan bijak Salomo untuk benar-benar mengajari kita bahwa nama baik kita tidak diukur dari harta melainkan dari perbuatan baik kita pada sesama. Hal ini penting sekali ditanamkan bagi anak-anak kita untuk masa yang akan datang.
  • Hati kita adalah pusat kebaikan dan kejahatan. Bila hati diperuntukan untuk kejahatan maka ujung-ujungnya akan mencoreng nama baik sebagai anak-anak Tuhan; sedangkan bila hati itu digunakan untuk kebaikan, maka jangan kuatir bahwa kebaikan dan nama baik kita akan tetap dikenang sepanjang waktu. Sekali lagi, sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa kebaikan hati kita yang didasari pada ketulusan pasti melahirkan nama baik diri kita sendiri. Nama baik tidak dapat dibayar dengan harta benda dan harta benda apapun tak sanggup menyamai nilai nama baik yang dimiliki setiap orang percaya. Berbuat baik maka kita akan meninggalkan nama  baik bukan untuk sebuah popularitas, melainkan karena yang diperintahkan oleh Tuhan. Syalom!!!

0 komentar:

Posting Komentar