MAKNA
KONFERENSI MISI PEKABARAN INJIL
Pdt. Didimus Watopa, S.Th
(Mantan Wakil Sekretaris BPAM Sinode GKI Di
Tanah Papua)
1) Misi
pekabaran Injil adalah sesuatu yang suci dan datangnya dari Allah.
2) Ketika
Marturia itu dilaksankan atau dikerjakan maka lahirlah Koinonia, dan ketika
Koinonia itu semakin kuat, ia menjadi kebutuhan dari umat.
3) Semua
persoalan politik sosial, ekonomi, kesehatan dan budaya adalah masalah teologi
bagi GKI Di Tanah Papua. Entah persoalan-persoalan tersebut harus menjadi
“hamba” bagi teologi. Bila persoalan-persolan di atas menjadi raja terhadap
teologi, maka di situlah terdapat kekacauan. Semua ilmu itu harus menjadi hamba
bagi teologi. Contohnya seorang seorang pendeta menjadi petugas pemegang tas
pejabata pemerintah.
4) Pekabaran
Inji dan Pekabar Injil: Pekabaran Injil memuat kabar berita dari sorga,
sedangkan pekabar Injil adalah pelaku itu sendiri. Karena itu, bicara soal
pekerjaan Pekabaran Injil, itu bukan milik penginjil melainkan milik semua
orang, termasuk para pendeta yang bertugas memberitakan Injil.
5) Ada
sepucuk doa yang dikirimkan oleh Pdt. Oswal Rumbino yang berbunyi sebagai
berikut: “Jauhkan dari padaku Kecurangan
dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah
aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya kalau aku kenyang aku tidak
menyangkalMu, atau kalau aku miskin aku mencuri dan mencemarkan Allahku”
(Amsal 30:8,9). Kutipan dari Amsal ini, bagi saya, begitu penting sekali. Ini
bicara soal keseimbangan. Sangat perlu sekali ada keseimbangan antara koinonia,
marturia dan diakonia.
Misi itu adalah sesuatu yang datang
kepada kita sebagai muatan. Menjadi pertanyaan untuk kita semua, “Kendaraan
yang hendak mengangkat muatan itu, kendaraan yang seperti apa?”
Sejak 1984 struktur program kerja yang
membentuk pemahaman kita tentang visi dan misi, yaitu sejak lahirnya Visi
Kerajaan Allah. Modelnya seperti ini: GKI di Tanah Papua, Visi Teologia
Kerajaan Allah, Misinya adalah: KOINONIA
– MARTURIA – DIAKONIA. Ketiga tugas pokok gereja ini diterjemahkan dalam
empat program, yaitu: Bidang Umum, Bidang Teologi, Bidang Daya dan Bidang Dana;
yang dikerjakan oleh Departemen, Bidang (Sinode) Komisi (Klasis) dan Urusan
(Jemaat), untuk mewujudkan jemaat-jemaat yang mandiri dan misioner. Ini yang
nampak dalam sistimatika penyusunan.
Kemudian, model yang berikut adalah
Plening, Monitoring dan Evaluasi membangun visi dan misi. Ini adalah kendaraan
lain, kendaraan yang telah berjalan sejak Visi Teologia Kerajaan Allah ada.
Kendaraan ini sangat teruji dan telah berjalan, mampu melewati semua tantangan.
Kendaraan ini pasti harus dimodifikasi kembali. Saya tahu, kalau kita tidak mau
merubah suatu pemahaman dalam sruktur. Visi selalu di depan dan misi adalah
hasil (dan itu adalah masa lalu, sesuatu yang berlalu) itu adalah hasil, dan
kita ada disini. Ini dua kendaraan yang kita pakai dalam menerjemahkan visi
misi kita. Karena misi ini melahirkan P4G (Pokok-Pokok Program Pelayanan
Gereja) yang harus di kerjakan oleh bidang, depatemen, dan lembaga.
Bagaimana misi GKI saat ini, Marturia, Koinonia
dan Diakonia yang melahirkan P4G, melalui empat bidang program yang digumuli
dalam sidang-sidang yang perlu diterjemahkan dalam mencapai jemaat-jemaat yang
misioner? Misi ini terputus! Bagaimana kita menyambungnya kembali? Nah, di sini
P4G tinggal sendiri, lembaga, departemen dan bidang kerja sendiri, jemaat dan
klasis pun kerja sendiri, karena tiap-tiap pendeta punya pengalaman membina
jemaat itu sendiri-sendiri; semua tidak berjalan dalam misi bersama. Tri
panggilan gereja tenggelam dalam bidang program, dan masing-masing tidak nampak
secara utuh. Sekali lagi, bagaimana kita menyambungnya kembali.
Kalau kita bicara tentang Bidang
Program Umum, Teologia, Daya dan Dana, sebenarnya Bidang Teologia pelaksanaya
adalah Depatemen Pekabaran Injil,
Departemen Pembinaan Jemaat dan Departemen Diakonia. Bidang Daya pelaksananya
dikerjakan oleh Departemen Pendidikan, YPK, STT I.S. Kijne, Universitas Ottow
Geissler, Puspenka. Bidang Umum pelaksananya adalah Litbang, Sekretariat,
Hukum, KPKC, Kemitraan. Bidang Dana pelaksananya Ekubang, Keuangan. Jadi, yang
nampak adalah bidang-bidang yang saya jelaskan, tetapi Marturia, Koinonia dan
Diakonia tidak nampak jelas. Tri-panggilan gereja tenggelam dalam empat bidang
program, dan tri- kemandirian kita adalah Bidang Teologia, Daya dan Dana,
menjadi samar-samar, lalu Bidang Umum posisinya di mana?
Kalau kita bicara Marturia dalam Bidang
Teologia, ada Departemen Pembinaan
Jemaat, Departemen Pekabaran Injil, Departemen Diakonia, Bidang Keadilan
Perdamaian Keutuhan Ciptaan, Bidang Pendidikan; bagaimana bagian-bagian ini
memberi kesaksian gereja masuk ke dalam Marturia, sehingga ia tidak terkurung.
Bicara tentang Koinonia: ada Bidang Umum, Departemen Litbang, KPKC, Bidang
Sekretariat, Pensiunan. Kalau kita bicara Koinonia, mungkin saja Departemen Litbang, Kemitraan, Hukum dan Ham
saja. Bidang Diakonia adalah semua yang berhubungan dengan Deparetemen Diakonia
agar semua Keuangan, Ekubang, Pensiun dan Tata Usaha menjadi bagian dari
diakonia gereja. Sehingga kita melihat semua ini menjadi bagian dari pelayanan.
Silahkan mempertimbangkannya sendiri.
Kondisi perangkat struktur saat ini
adalah kita baca peraturan tentang struktur organisasi, Bab I pasal 1 ayat 1-6.
Ayat 1 berbunyi “Struktur Organisasi Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua harus
disusun berdasarkan visi.” Visi kita
adalah Teologi Kerajaan Allah yang hadir karena tri-panggilan gereja itu.
Struktur itu disusun seperti itu. Karena itu, Marturia dibatasi pada Departemen
Pekabaran Injil dan Departemen Pembinaan Jemaat, yang disebut sebagai Bidang
Teologi, termasuk di dalamnya Departemen
Diakonia. Dua dari tri-panggilan
gereja menjadi satu. Bicara soal Koinonia, apakah hanya menjadi kekayaan dan
keistimewaan yang memberi makna pada sebuah pengakuan GKI, dan itu hanya nampak
dalam konvensi kita (Tata Gereja), dan tidak nampak dalam perangkat struktur
dan keistimewaan yang hanya terdapat dalam tata gereja saja, dan tidak nampak
dalam perangkat struktur. Siapa yang mengamankan tata gereja dalam sturkutur organisas?
Ini pertanyaan untuk kita.
Ketika
marturia dikerjakan maka Koinonia itu akan nampak. Apakah ada jemaat-jemaat
yang perlu diperkuat, kalau basis ini tidak diperkuat persekutuannya dengan para pekabar Injil itu sendiri, maka
koinonia hanya sebatas pengakuan saja.
Di struktur kita ia berada di bidang mana, ia bisa terjaga lebih lama.
Diakonia
telah dibatasi pada sebuah Yayasan, yang sekarang dikenal sebagai Departemen
Diakonia, dengan hanya empat atau lima kegiatan. Saya pikir ini merupakan kondisi
yang sedang terjadi.
Apa persoalan misi bagi GKI Tanah
Papua? Yang pertama, segala hal yang
dikerjakan oleh GKI adalah sesuatu yang
merupakan pergumulan teologi, semua disiplin, kekayaan ilmu pengetahuan
non-teologi, harus menjadi “hamba” bagi
teologi. Jadi, persoalan politik, ekonomi, sosial dan bahkan uang, itu
bukan persoalan teologi, melainkan masalah theologi.
Yang kedua bagaimana GKI bicara-bicara mengenai
Tuhan Allah melalui Marturia, Diakonia
dan Koinonia sebagai misi dalam melanjutkan pekerjaan Tuhan Allah dalam dunia
ini? Saya rasa itulah yang sebentar kita akan dengar dari berbagai nara sumber:
bagaimana Pdt. Sumihe akan bicara tentang Misi Pekabaran Injil dari perspektif
Koinonia, Pdt. Anthon Rumbewas dari perspektif Diakonia dan Pdt. Daniel Kaigere
akan bicara perspektif Marturia, supaya kita bangun-susun persepsi ini secara
bersama-sama.
Demikian
penyampaian singkat saya, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.
Syalom!
(Materi ini disampaikan pada Konferensi Pekebaran Injil ke-II GKI Di Tanah Papua pada 1-3 Februari 2013 di Sorong, Papua Barat)
0 komentar:
Posting Komentar