Senin, 10 Februari 2020

Februari 10, 2020

ALLAH BEBAS MEMILIH DAN MENGASIHI
Roma 9:14-26

POKOK PIKIRAN
§  Ayat 1-5           : Israel adalah bangsa pilihan Allah
§  Ayat 6-13         : Allah bebas menentukan pilihan-Nya
§  Ayat 14-29       : Allah bebas menyatakan kasihan-Nya
PENGANTAR
Surat Roma ini ditulis oleh Paulus pada akhir perjalanan yang ketiga penginjilannya (Rm 15:25). Setelah pengakuannya percaya pada Yesus Kristus, Paulus begitu dimusuhi oleh kaum bangsanya, Yahudi, sehingga ia menjadi target pembunuhan mereka.
Pada satu sisi ia begitu mencintai orang-orang sebangsanya, tetapi di sisi lain ia lebih cenderung terpanggil menginjili suku-suku lain di luar bangsanya, sehingga ia dijuluki sebagai “rasul orang-orang kafir.” Sekalipun ia menginjili orang-orang dari suku bangsa lain, namun perhatian pada suku bangsanya begitu besar.
Pada bagian pembacaan kita kali ini (9:1-29), Paulus memberikan pemahaman teologinya kepada kaum Yahudi bahwa keselamatan manusia (Yahudi maupun non-Yahudi) ada di dalam dan melalui Yesus Kristus. Sekalipun bangsa Yahudi (Israel) merupakan bangsa yang dipilih khusus dan memperoleh perjanjian dengan Allah, tetapi kasih keselamatan tidak saja diperuntukan kepada bangsanya itu melainan untuk semua suku bangsa. Keselamatan Allah yang diberlakukan dalam dunia ini adalah bersifat universal (umum) dan tidak partikularistik (khusus). Sekalipun ia tahu betul kalau Yesus Kristus, Juruselamat dunia itu, hadir melalui bangsanya sendiri, Israel, tetapi keselamatan bukan hanya diperuntukan kepada mereka melainan kepada semua bangsa.
Nah, pandangan teologis Paulus di atas inilah yang mendasari catatan surat Paulus pada fasal yang akan kita jadikan sebagai bahan perenungan firman Tuhan dalam minggu berjalan. 
Fasal 9:1-29 merupakan catatan surat Paulus yang bersifat pribadi, karena ia membahas tentang rahasia pekerjaan Allah dalam sejarah. Rasul Paulus adalah seorang Yahudi, dan ia mengasihi bangsanya. Tetapi ia merasa kalau bangsanya itu gagal dan tidak mau mengakui berita tentang Yesus Kristus. Mengapa bisa sampai seperti itu? Apakah ada seberkas harapan untuk mereka dari Allah? Ataukah Allah telah membuang mereka dan mereka kehilangan statusnya sebagai bangsa perjanjian? Berbicara soal ini Paulus begitu menyadari kalau ia pun sedang menyinggung soal pribadinya sendiri sebagai anak suku bangsa itu.    
ISI PEMBACAAN
1.        Israel adalah bangsa pilihan Allah (1-5)
Sesungguhnya Paulus menyatakan pandangan teologinya kepada kaum bangsa Yahudi tidak berdasarkan pada pikiran teologi manusianya, melainkan berdasarkan pada Yesus Kristus dan Roh Kudus. Ia menegaskan bahwa tidak dapat disangkal dan dirubah status bangsa Israel sebagai bangsa perjanjian Allah. Bahwa Allah memilih Israel dan mereka diangkat sebagai anak dari Allah, yang memperoleh kemuliaan, perjanjian, hukum Taurat, ibadah dan janji-janji Allah, yang notabene tak dimiliki oleh suku bangsa lain. Ini suatu kekhususan dari orang-orang Yahudi. Apalagi, Yesus Kristus, Anaka Allah (Mesias), Juruselamat manusia, dihadirkan Allah melalui suku Israel (Yahudi). Menurut Paulus, ini suatu kemuliaan bangi orang-orang Yahudi, yang tak dimiliki oleh suku bangsa lain dalam dunia ini. Tetapi sayang, orang-orang Yahudi (suku bangsa Paulus) tidak mengakui Yesus Kristus dan menerima Injil keselamatan Allah di dalam kehidupan iman mereka. Hal ini yang sangat disesali Paulus sepanjang karienya.
2.        Allah bebas menentukan pilihan-Nya (6-13)
Sekalipun orang Yahudi tidak mengakui dan menolak Yesus sebagai Juruselamat, namun ia tegaskan bahwa janji Allah tetap ada dan berlaku, baik kepada orang-orang Yahudi sampai sekarang (saat Paulus menulis surat ini). Tetapi, ada tetapinya, bahwa Allah itu mempunyai kuasa dan kebebasan untuk menentukan pilihan. Hal ini Paulus memberi contoh kisah beberapa tokoh leluhur bangsa Israel, tentang bagaimana Allah punya hak menentukan pilihan-Nya kepada siapa Ia mengadakan perjanjian itu.
Paulus berkata bahwa sekalipun Abraham memiliki dua orang anak laki-laki, dari perempuan yang berbeda; Hagar mempunyai Ismael dan Sara mempunyai Isak, tetapi Isak-lah yang dipilih Allah sebagai anak perjanjian-Nya. Begitu pula dengan kisah Ribra yang memiliki dua orang anak kembar, Esau dan Yakub. Di antara kedua anak kandung Isak itu, Allah jauh lebih memilik ikatan perjanjian dengan Isak dibanding dengan Esau.
3.        Allah bebas menyatakan kasih-Nya (14-18)
Pertanyaan untuk kaum Yahudi, apakah dengan keputusan Allah sedemikan itu, yang kelihatan pilih kasih, memastikan kalau Allah tidak adil? Menurut Paulus, Mustahil! Artinya, tidak mungkinlah Allah bertidak pilih kasih seperti itu. Paulus menunjukkan contoh kongkrit dalam PL tentang sejarah pembebasan bangsa Israel di Mesir. Bahwa Allah menegaskan kepada nabi Musa bahwa Ia punya kuasa dan kebebasan mutlak dalam menentukan belas kasihannya kepada siapa saja; bukan karena perbuatan/kehendak orang melainkan karena kemurahan hati Allah.
Ketika bagsa Israel berjuang untuk membebaskan dirinya dari belenggu penindasan di Mesir, Musa berjuang berkali-kali membebaskan bangsanya, tetapi Firaun keras hati mempertahankan bangsa itu di Mesir. Mulai dengan tula 1 sampai 10 barulah Allah membebaskan bangsa Israel meninggalkan tanah Mesir dengan kuasa Tuhan yang perkasa. Menurut Paulus, hati seorang Firaun menjadi keras itu karena rencana dan rancangan Allah, agar bangsa Israel percaya bahwa yang membebaskan mereka bukanlah hasil usahanya melainkan kehendak bebas Allah (17-18).
4.        Bangsa lain pun Allah menyatakan kasih-Nya
Lalu, siapa yang harus dipersalahkan dari kisah di atas? Apakah Tuhan yang pilih kasih dan tidak adil  itu, atau siapa? Menjawab pertanyaan itu, Paulus menegaskan dengan keras bahwa siapakah manusia itu, yang berani sekali dengan lancang menyalahkan Tuhan?  Ia memberi gambaran pendek tentang Tukang periku dan tanah liatnya. Bahwa tukang periku mempunyai hak atas tanah liatnya; ia bebas membuat periuk sesuka hatinya sesuai dengan maksud dan tujuannya. Karena itu, siapakah dengan manusia itu, yang berani sekali mengatur Tuhan sebagai penciptannya. Dapatkan manusia mengatur Allah sesuai dengan kemaunnya sendiri? Tidak! Tuhan-lah yang mempunyai hak penuh untuk memilih dan mengasihi.
Pandangan teologi Paulus ini menjadi pukulan telak bagi kau Yahudi bahwa Allah itu punya kuasa yang tak terbatas. Ia memiliki hak untuk memilih dan mengasihi semua orang, baik orang-orang Yahudi maupun non-Yahudi. Allah menghadirkan Yesus Kristus membuka pintu perjanjian Allah, yaitu kehidupan kekal di sorga, bukan saja kepada kaum Yahudi melainkan juga kaum non-Yahudi yang percaya kepada Mesias, Anak Allah yang hidup.
PERTANYAAN
1.        Apakah anda yakin kalau anda adalah anak-anak pilihan Allah yang diselamatkan? Jelaskan!
2.        Pernakah anda merasa kalau Tuhan tidak begitu adil dalam hidupmu? Berikan contoh singkat!
3.        Menurutmu, apakah orang lain yang berbeda keyakinan, suku dan bahasa diselamatkan oleh Tuhan, atauakah cuma hanya kita saja?
REFLEKSI
1.        Kita harus bersyukur bahwa kehadiran Yesus dalam hidup kita begitu berarti bagi keselamatan dunia. Yesus harus diyakini sebagai Tuhan yang berkuasa atas hidup kita;
2.        Tuhan yang kita sebah adalah Tuhan yang berkuasa dan bebas menentukan pilihan-Nya. Kita tidak punya kuasa untuk mengatur Tuhan sesuai dengan maunya kita.
3.        Kita pun bersyukur karena keselamatan yang dikaryakan oleh Allah di dalam Yesus Kristus, telah mendorong kita semua meyakini bahwa keselamatan itu bukan diperuntukan kepada suku-suku tertentu, melainkan kepada semua suku. Oleh karena Yesus Kristus, kita telah dipersatukan dalam karya keselamatan yang telah menyatuhkan kita dari berbagai suku yang berbeda, namun memiliki iman yang sama, yaitu kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Kepala Gereja kita.

Syalom!!!!

0 komentar:

Posting Komentar