Senin, 10 Februari 2020

Februari 10, 2020
BERTANGGUNG JAWAB DENGAN POTENSI DIRI
Matius 25:14-30

Siapakah di antara kita yang beranggapan kalau ia bukan milik Tuhan? Siapakah di antara kita yang beranggapan kalau ia tak memiliki potensi diri? Saya rasa kita semua, siapapun dia orangnya, adalah ciptaan Tuhan yang memiliki potensi diri. Kita semua diciptakan Tuhan sama di mata-Nya; dan setiap orang Tuhan telah memberi potensi diri yang tentu saja bukan berguna untuk diri sendiri dan orang lain, melainkan berguna pula untuk Tuhan.
Kita begitu berharga di mata Tuhan sehingga kita diangkat dan dijadikan menjadi milik-Nya. Kita tidak saja diciptakan dan diangkat menjadi milik-Nya, melainkan kita pun diberi potensi diri yang tentu saja berguna untuk diri kita sendiri, untuk sesama kita dan untuk Tuhan yang menciptakan kita. Jangan lagi ada di antara kita yang hilang kepercayaan diri bahwa ia tak berarti di mata Tuhan. Pandangan seperti ini sepantasnya dibuang jauh-jauh, dan dilenyapkan dalam ingatan kita. Sekali lagi saya tegaskan bahwa kita adalah milik-Nya dan potensi yang ada pada diri kita masing-masing adalah milik Tuhan. Pertanyaan untuk kita: “Lalu, kalau kita adalah milik Tuhan dan potensi diri kita adalah milik-Nya, apa yang Tuhan mau dari kita? Ini suatu pertanyaan Iman yang butuh jawaban iman pula.
Nah, bila bertolak dari pertanyaan ini, maka penulis Injil Matius memberi jawabannya dalam pembacaan kita saat ini, Matius 25:14-30. Perumpamaan yang memberi pelajaran penting tentang tanggungjawab setiap orang kepunyaan Tuhan dan tanggungjawab pengelolaan potensi dirinya supaya berguna bagi Tuhan. Kita tidak saja menjadi milik Tuhan melainkan kita juga dianggap sebagai orang yang berguna bagi Tuhan.
        Yesus memberi perumpamaan tentang talenta sebagai gambaran kongkrit manusia yang memaksimalkan dirinya sebagai milik Tuhan dan memaksimalkan potensi dirinya menjadi berarti bagi Tuhan, menjadi pelajaran berharga bagi para murid Kristus. Yesus pingin para murid-Nya itu menggunakan potensi diri mereka masing-masing secara maksimal; dan jangan membiarkan potensi itu menjadi tidak berguna. Mengapa? Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup dan Tuhan itu menghidupkan kita menjadi hidup. Kita bukan manusia yang mati sehingga potensi diri kita menjadi mati, melainkan kita hidup maka sepantasnya potensi diri kita harus dihidupkan dan berkembang.
        Dalam perumpamaan ini Yesus menjelaskan kalau ada seorang tuan yang memiliki tiga orang hamba. Sebelum tuan itu pergi, ia memanggil dan memberi tugas tanggungjawab untuk mengelola talenta yang diberikan kepada ketiga hambanya. Hamba yang pertama memiliki 5 talenta, hamba kedua 2 talenta dan hamba ketiga diberikan 1 talenta. Bila berpikir secara logis, sebenarnya tuan itu tidak adil dalam keputusannya. Seharusnya ketiga hamba tuan itu masing-masing diberi 5 talenta yang sama sehingga adil dalam keputusan jumlahnya; bukanny hamba yang pertama yang lebih banyak sedangkan yang lain kurang. Ini sikap kasih tuan yang tidak adil, kasih yang pilih kasih.
Namun, bila dicermati secara baik isi perumpamaan ini, sebenarnya Yesus tidak melihat dari sisi jumlah talenta yang diberikan oleh sang pemilik talenta, melainkan bagaimana dan sejauh mana talenta-talenta yang jumlahnya tidak sama pada setiap hamba itu dikelola, dimaksimalkan secara baik, bertanggung jawab dengan talenta-talenta itu.
          Dalam perumpamaan ini, Yesus menjelaskan bahwa dari ketiga hamba tuan itu, yang pertama (pemilik 5 talenta) dan kedua (pemilik 2 talenta) sungguh-sungguh bertanggungjawab dengan tugas yang diamanatkan sang pemilik (tuan) talenta. Sedangkan hamba yang ketiga (pemilik 1 talenta) sama sekali tidak bekerja sebagaimana yang diharapkan sang pemilik talenta. Penulis Injil Matius menulis bahwa Yesus menceritakan pemilik lima talenta dan pemilik dua talenta memiliki dedikasi tinggi terhadap tuannya. Mereka berdua, sekalipun memiliki jumlah talenta yang berbeda, bukanlah menjadi soal, melainkan bagaimana mengelolanya sehingga berlipat ganda. Hamba pemilik lima talenta mengelola lima talentanya dengan baik sehingga berkembang menjadi 10 talenta. Hal yang sama pun terlihat pada pribadi hamba pemilik 2 talenta yang bertambah menjadi 4 talenta.
Menurut Yesus, ini suatu kelimpahan yang sungguh luar biasa. Karena itu, ucapan terimakasih dari tuan dari kedua hamba itu adalah memberi lagi kepercayaan yang besar kepada kedua hamba itu. Mulai dari tugas yang kecil menjadi tugas yang lebih besar; mulai dari 1 bertahap 5,10,15,20, dst. Semua ini berhasil didapati oleh kedua hamba itu karena ada kesetiaan, kerja keras, motivasi diri yang matang; dan yang terpenting ialah karena menghormati Tuhan sebagai pemberi tanggungjawab.
Dalam perumpamaan ini Yesus pun bercerita kalau tuan, sang pemberi talenta itu, begitu murka terhadap hamba ketiga, pemilik 1 talenta. Sudah tidak setia, tidak bertanggungjawab dengan baik, bersikap malas dan kehilangan rasa hormat kepada tuannya, malah mengritisi tuanya. Bagi Yesus, ini suatu sikap diluar nilai-nilai kebenaran Allah. Ini perilaku yang tak terpuji dan tidak mendapat tempat di hati Allah. Karena itu, bukan tidak mungkin, hamba yang malas ini mendapat ganjaran yang setimpal dengan perbuatannya, yaitu satu talenta diambil kembali oleh tuannya, dan masa depan kehidupannya menjadi suram dan hilang.
Refleksi:
          Bertolak dari bagian perumpamaan ini yang menjadi pelajaran penting untuk kita semua, ada beberapa hal yang dapat saya sampaikan kepada kita:
1.   Perumpamaan ini memberi pesan pada kita semua bahwa sebenarnya Yesus mau kita menjadi berarti bagi-Nya. Yesus pingin kita menjadi bermanfaat bagi diri-Nya dengan sejumlah talenta yang telah diberikan kepada kita, entah itu 1,2,3 dan seterusnya. Bagi Yesus harus bermanfaat bagi Tuhan.
2.   Apa itu talenta. Saya tidak mengartikan kata ini secara literal pada saudara sekalian. Tetapi talenta itu melambangkan potensi diri, kemampuan diri dalam setiap orang yang dikasihi Tuhan. Apa itu potensi diri? Bicara soal potensi diri (kemampuan diri) tidak dapat terlepas dari eksistensi manusia itu sendiri, yaitu kepintaran, hikmat, pengetahuan, bakat /ketrampilan, yang ada pada setiap orang, itulah yang dikenal talenta, potensi diri. Selain itu, talenta juga memberi arti kepercayaan yang Tuhan berikan kepada manusia untuk dikelola dan dikembangkan dengan baik demi kemuliaan Tuhan.
3.   Tuhan Yesus mengaharapkan pada kita semua untuk benar-benar bertanggungjawab dengan semua potensi yang ada pada kita. Diri kita, tubuh, roh dan jiwa kita adalah potensi (talenta) yang diberikan oleh Tuhan untuk dikembangkan menjadi berarti bagi Tuhan. Karena itu, kita semua, siapapun dia, bertanggungjawab memakai diri kita menjadi berarti kepada Tuhan.

Salam!!!!

0 komentar:

Posting Komentar