Kamis, 30 Januari 2020

Januari 30, 2020
TEGAS MENEGUR YANG  SALAH
Mikha 3:1-12

PENGANTAR
Mikha dalam bahasa Ibrani disebut “mikayahu” yang artinya “Siapakah seperti Yahwe?” (Mik 7:18). Nabi Mikha hidup di sekitar abad ke-8 sM yaitu di zaman raja Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia. Mikha adalah nabi yang bekerja sezaman dengan nabi Yesaya. Dalam tugas profetisnya, Mikha lebih banyak menyoroti isu sosial-keagamaan; sedangkan Yesaya berperang langsung dalam dunia politik kerajaan (2 Raj 19-20;Yes 39). Yesaya berhubungan dengan penduduk dan kegiatan kota, sedangkan Mikha menyaksikan perkara-perkara yang terjadi di antara masyarakat kecil di desa-desa.
Nabi Mikha dipanggil oleh Tuhan sebagai sebagai “corong” Allah untuk menyatakan kesalahan yang dilakukan Israel dan Yehuda terhadap Tuhan. Karena kesalahan itulah Israel (Utara) dan Yehuda (Selatan) mengalami kehancuran, tawanan dan pembuangan di tangan kerjaan Asyur. Permasalahan sosial dan keagamaan menjadi titik penekanan faktual dalam pemberitaan nabi Mikha. Ia mengkritisi kesenjangan sosial antara kaya dan miskin, kecil dan besar; diskriminasi di antara kelompok-kelompok masyarakat. Itulah sebabnya ia disebut sebagai pelopor masyarakat kecil. Selain itu, nabi ini pun mengkritisi kinerja para imam yang konon mementingkan laba dibanding kepentingan spiritualnya kaum Israel dan Yehuda. Kehidupan sosail dua kerajaan ini merosot drastis, spiritual masyarakat begitu bobrok di mata Tuhan. Akibatnya Tuhan menghukum sebagai pelajaran dan memberi harapan ketika terjadi pertobatan di kalangan umat-Nya.

ISI RENUNGAN
        Pembacaan kita di fasal 3:1-12 merupakan nubuat langsung nabi Mikha. Dalam bagian fasal ini nabi Mikha menyampaikan kritiknya terhadap para pemimpin dan nabi-nabi palsu kerajaan Israel dan Yehuda. Ada beberapa hal penting yang dikemukakan nabi Mikha terkait dengan kinerja para pemimpin dan nabi-nabi palsu tersebut.
1.            Sikap Mikha terhadap pemimpin yang jahat (1-4)
Pada bagian ini nabi Mikha berseru kepada para pemimpin Yehuda dan Israel bahwa selayaknya mereka harus paham tentang keadilan di tengah-tengan masyarakat. Tetapi, mengapa para pemimpin itu harus membenci kebaikan dan mencintai kejahatan? Mengapa para pemimpin itu bersikap jahat terhadap masyarakat yang dipimpinya? Sesungguhnya para pemimpin itu bekerja dan memberdayakan masyarakatnya agar hidup dan berkembang jauh lebih baik. Namun, pada kenyataannya justru sebaliknya para pemimpin itu semakin jahat dan mengejar keuntungan perutnya sendiri; sedangkan masyarakat yang sedang dipimpinnya terus dikuras dan ditindas menjadi semakin miskin dan melarat. Melihat kondisi yang tidak sehat di tengah-tengah kehidupan sosian dan keagamaan kaum Yehudan dan Israel yang demikian, dengan tegas nabi Mikha berkata bahwa perbuatan yang demikian membuat Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dan tidak akan mendengar doa para pemimpin itu.
2.            Mikha membedakan dirinya dengan para nabi palsu (5-6)
Pada bagian ini nabi Mikha menyampaikan nubuat firman Tuhan terhadap para pemimpin Yehuda dan Israel, secara khusus para nabi palsu di dua kota itu. Mikha berkata bahwa para nabi yang menyesatkan umat Tuhan dengan cara membisniskan firman Tuhan untuk mengenyangkan dirinya, Tuhan akan menjadikan hari-hari hidup mereka di dalam kegelapan (malam). Matahari (anugerah) Allah akan terbenam (redub) sehingga kehidupan mereka tidak dipenuhi kebahagiaan. Selain itu, para pelihat tidak lagi diberi kesempatan untuk mengetahui rahasia Allah yang sesungguhnya. Lalu, bagaimana dengan eksistensi dan wibawa pelayanan nabi Mikha di tengah-tengah kinerja para pemimpin dan nabi-nabi palsu di Yehudan dan Israel? Nabi ini dengan tegas berkata bahwa ia berbeda dengan para nabi palsu itu. Mikha mengatakan bahwa di dalam dirinya terdapat kekuatan (keberanian), terdapat kuasa Roh Tuhan, prinsip keadilan dan keperkasaan, sebagai corong Allah untuk memberitakan pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh kaum Yehudan dan Israel.
3.            Yerusalem hancur karena sikap para pemimpinya (9-12)
Setelah menyampaikan hukuman Allah dan perbedaan dirinya dengan para pemimpin serta nabi-nabi palsu itu, nabi Mikha berkata dengan jelas dampak yang bakal terjadi atas Yehuda dan Israel. Nabi Mikha mengatakan bahwa semua pemimpin Yehudan maupun Israel, yaitu  para  pejabat pemerintah, para hakim, para imam dan para nabi, yaitu mereka yang muak terhadap keadilan dan membengkokkan segala yang lurus, yang bekerja hanya untuk uang, dan menyampaikan harapan-harapan palsu kepada umatnya, Tuhan akan bertindak menjatuhi hukuman, yaitu.  Sion (tempat berdirinya Bait Allah) akan dibajak dan kota Yerusalem (sebagai pusat pemerintahan kerajaan Yehuda) akan hancur.

APLIKASI
Mencermati bagian pembacaan ini dengan baik maka ada beberapa hal yang perlu dihayati bersama dalam konteks kehidupan kita:
1)       Bahwa dalam hidup ini kita selalu dituntut untuk memilih dua pilihan, yaitu baik dan buruk; adil dan tidak adil, benar dan salah, baik di tengah kehidupan keluarga, jemaat, masyarakat dan pekerjaan kita. Tentu saja Tuhan berharap agar keputusan kita selaku pengikut-Nya ialah pada hal yang baik, bukan yang salah. Bila keputusan kita pada hal yang baik pasti mendatangkan berkat, sedangkan pada hal yang buruk sudah pasti mendatangan hukuman. Demikian pandangan nabi Mikha yang disampaikan kepada kaum Yehuda dan Israel.
2)        Secara khusus pesan nabi Mikha ini ditujukan kepada setiap pemimpin, baik yang mengaryakan dirinya di dunia pemerintahan (negara), politik, sosial, agama dan budaya (adat). Yang jelasnya, menurut nabi Mikha, setiap pemimpin, siapapun orangnya, apapun lembaganya, wajib menjunjung tinggi nilai keadilan, kebenaran dan kejujuran menurut pandangan Allah, bukan pandangan dirinya. Seorang pejabat pemerintah misalnya, dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dituntut jujur, adil dan benar di mata Tuhan. Ia tidak kompromi dengan suap, merancang kejahatan terhadap orang lain. Begitu pula, seorang hamba Tuhan (pendeta, penatua, syamas, guru jemaat, penginjil, pengajar gereja dan para aktiv gereja) yang bekerja pada ladang Tuhan untuk tidak menguras jemaatnya sendiri demi kepentingan dirinya. Bila ada pekerja Tuhan yang membisniskan firman Tuhan demi memperkaya dirinya, maka  tepatlah yang dikatakan nabi Mikha sebagai pekerja palsu di ladang Tuhan (lih ayt 11). Sebaliknya, seorang pekerja Tuhan yang telah paham benar tentang kebenaran, keadilan, dan yang mencintai kebaikan, pekerjaannya ialah membangun yang rusak menjadi baik, yang susah menjadi senang, yang jauh menjadi dekat dengan Tuhan. Ini adalah panggilan mulia Tuhan bagi setiap pekerja-Nya di tengah-tengah kontek berjemaat. Karakter dan sifat nabi Mikha menjadi contoh terbaik bagi setiap pekerja Tuhan, yaitu memiliki kekuatan (keberanian), Roh Tuhan, keadilan dan keperkasaan untuk melakukan yang baik dan benar sehingga mendatangkan berkat bagi umatnya.
3)       Keluarga adalah organisasi terkecil dalam masyarakat kita, dan sekaligus ia adalah jemaat kecil di dalam sebuah jemaat (gereja) yang besar. Selaku imam (ayah) dan penolong (ibu) keluarga, kita adalah pemimpin yang dituntut mengedepankan nilai-nilai kebenaran, keadilan dan kejujuran menurut Allah di tengah-tengah rumah tangga kita. Bila kita tidak menegakkan nilai-nilai  itu dengan baik, jangan salah berpikir, bila Tuhan memalingkan wajahnya dan menutup telingannya dari setiap doa yang kita sampaikan kepada-Nya. Secara khusus bagi seorang pemuda yang kelak menjadi seorang pemimpin di kemudian hari, mari belajarlah seperti nabi Mikha yang sungguh mengedepankan nilai kebenaran, keadilan dan kejujuran dalam kinerjanya dalam setiap hidup dan kerjanya yang mendatangkan berkat bagi dirinya sendiri maupun banyak orang.

Syalom!

0 komentar:

Posting Komentar