TEGAS MENEGUR YANG SALAH
Mikha 3:1-12
PENGANTAR
Mikha dalam bahasa Ibrani
disebut “mikayahu” yang artinya “Siapakah seperti
Yahwe?” (Mik 7:18). Nabi Mikha hidup di sekitar abad ke-8 sM yaitu di zaman
raja Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia. Mikha adalah nabi yang bekerja sezaman
dengan nabi Yesaya. Dalam tugas
profetisnya, Mikha lebih
banyak menyoroti isu sosial-keagamaan; sedangkan Yesaya berperang langsung
dalam dunia politik kerajaan (2 Raj 19-20;Yes 39). Yesaya berhubungan dengan
penduduk dan kegiatan kota, sedangkan Mikha menyaksikan perkara-perkara yang
terjadi di antara masyarakat kecil di desa-desa.
Nabi Mikha dipanggil oleh
Tuhan sebagai sebagai “corong” Allah untuk menyatakan kesalahan yang dilakukan
Israel dan Yehuda terhadap Tuhan. Karena kesalahan itulah Israel (Utara) dan
Yehuda (Selatan) mengalami kehancuran, tawanan dan pembuangan di tangan kerjaan
Asyur. Permasalahan sosial dan keagamaan menjadi titik penekanan faktual dalam
pemberitaan nabi Mikha. Ia mengkritisi kesenjangan sosial antara kaya dan
miskin, kecil dan besar; diskriminasi di antara kelompok-kelompok masyarakat.
Itulah sebabnya ia disebut sebagai pelopor
masyarakat kecil. Selain itu, nabi ini pun mengkritisi kinerja para imam
yang konon mementingkan laba dibanding kepentingan spiritualnya kaum Israel dan
Yehuda. Kehidupan sosail dua kerajaan ini merosot drastis, spiritual masyarakat
begitu bobrok di mata Tuhan. Akibatnya Tuhan menghukum sebagai pelajaran dan
memberi harapan ketika terjadi pertobatan di kalangan umat-Nya.
ISI RENUNGAN
Pembacaan kita di fasal 3:1-12 merupakan nubuat langsung
nabi Mikha. Dalam bagian fasal ini nabi Mikha menyampaikan kritiknya terhadap para
pemimpin dan nabi-nabi palsu kerajaan Israel dan Yehuda. Ada beberapa hal
penting yang dikemukakan nabi Mikha terkait dengan kinerja para pemimpin dan
nabi-nabi palsu tersebut.
1.
Sikap Mikha terhadap pemimpin yang jahat (1-4)
Pada bagian ini nabi Mikha berseru kepada para pemimpin
Yehuda dan Israel bahwa selayaknya mereka harus paham tentang keadilan di
tengah-tengan masyarakat. Tetapi, mengapa para pemimpin itu harus membenci
kebaikan dan mencintai kejahatan? Mengapa para pemimpin itu bersikap jahat terhadap
masyarakat yang dipimpinya? Sesungguhnya para pemimpin itu bekerja dan
memberdayakan masyarakatnya agar hidup dan berkembang jauh lebih baik. Namun,
pada kenyataannya justru sebaliknya para pemimpin itu semakin jahat dan
mengejar keuntungan perutnya sendiri; sedangkan masyarakat yang sedang
dipimpinnya terus dikuras dan ditindas menjadi semakin miskin dan melarat. Melihat
kondisi yang tidak sehat di tengah-tengah kehidupan sosian dan keagamaan kaum
Yehudan dan Israel yang demikian, dengan tegas nabi Mikha berkata bahwa perbuatan
yang demikian membuat Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dan tidak akan mendengar
doa para pemimpin itu.
2.
Mikha membedakan dirinya dengan para nabi palsu (5-6)
Pada bagian ini nabi Mikha menyampaikan nubuat firman
Tuhan terhadap para pemimpin Yehuda dan Israel, secara khusus para nabi palsu di
dua kota itu. Mikha berkata bahwa para nabi yang menyesatkan umat Tuhan dengan
cara membisniskan firman Tuhan untuk mengenyangkan dirinya, Tuhan akan menjadikan
hari-hari hidup mereka di dalam kegelapan (malam). Matahari (anugerah) Allah
akan terbenam (redub) sehingga kehidupan mereka tidak dipenuhi kebahagiaan.
Selain itu, para pelihat tidak lagi diberi kesempatan untuk mengetahui rahasia
Allah yang sesungguhnya. Lalu, bagaimana dengan eksistensi dan wibawa pelayanan
nabi Mikha di tengah-tengah kinerja para pemimpin dan nabi-nabi palsu di
Yehudan dan Israel? Nabi ini dengan tegas berkata bahwa ia berbeda dengan para
nabi palsu itu. Mikha mengatakan bahwa di dalam dirinya terdapat kekuatan (keberanian),
terdapat kuasa Roh Tuhan, prinsip keadilan dan keperkasaan, sebagai corong Allah untuk memberitakan
pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh kaum Yehudan dan Israel.
3.
Yerusalem hancur karena sikap para pemimpinya (9-12)
Setelah menyampaikan hukuman Allah dan perbedaan dirinya
dengan para pemimpin serta nabi-nabi palsu itu, nabi Mikha berkata dengan jelas
dampak yang bakal terjadi atas Yehuda dan Israel. Nabi Mikha mengatakan bahwa
semua pemimpin Yehudan maupun Israel, yaitu
para pejabat pemerintah, para
hakim, para imam dan para nabi, yaitu mereka yang muak terhadap keadilan dan
membengkokkan segala yang lurus, yang bekerja hanya untuk uang, dan
menyampaikan harapan-harapan palsu kepada umatnya, Tuhan akan bertindak
menjatuhi hukuman, yaitu. Sion (tempat
berdirinya Bait Allah) akan dibajak dan kota Yerusalem (sebagai pusat
pemerintahan kerajaan Yehuda) akan hancur.
APLIKASI
Mencermati bagian pembacaan ini dengan baik
maka ada beberapa hal yang perlu dihayati bersama dalam konteks kehidupan kita:
1) Bahwa dalam hidup ini kita
selalu dituntut untuk memilih dua pilihan, yaitu baik dan buruk; adil dan tidak
adil, benar dan salah, baik di tengah kehidupan keluarga, jemaat, masyarakat
dan pekerjaan kita. Tentu saja Tuhan berharap agar keputusan kita selaku
pengikut-Nya ialah pada hal yang baik, bukan yang salah. Bila keputusan kita
pada hal yang baik pasti mendatangkan berkat, sedangkan pada hal yang buruk
sudah pasti mendatangan hukuman. Demikian pandangan nabi Mikha yang disampaikan
kepada kaum Yehuda dan Israel.
2) Secara khusus pesan nabi
Mikha ini ditujukan kepada setiap pemimpin, baik yang mengaryakan dirinya di
dunia pemerintahan (negara), politik, sosial, agama dan budaya (adat). Yang
jelasnya, menurut nabi Mikha, setiap pemimpin, siapapun orangnya, apapun lembaganya,
wajib menjunjung tinggi nilai keadilan, kebenaran dan kejujuran menurut
pandangan Allah, bukan pandangan dirinya. Seorang pejabat pemerintah misalnya,
dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dituntut jujur, adil dan benar di
mata Tuhan. Ia tidak kompromi dengan suap, merancang kejahatan terhadap orang
lain. Begitu pula, seorang hamba Tuhan (pendeta, penatua, syamas, guru jemaat, penginjil,
pengajar gereja dan para aktiv gereja) yang bekerja pada ladang Tuhan untuk tidak
menguras jemaatnya sendiri demi kepentingan dirinya. Bila ada pekerja Tuhan
yang membisniskan firman Tuhan demi memperkaya dirinya, maka tepatlah yang dikatakan nabi Mikha sebagai
pekerja palsu di ladang Tuhan (lih ayt 11). Sebaliknya, seorang pekerja Tuhan
yang telah paham benar tentang kebenaran, keadilan, dan yang mencintai
kebaikan, pekerjaannya ialah membangun yang rusak menjadi baik, yang susah
menjadi senang, yang jauh menjadi dekat dengan Tuhan. Ini adalah panggilan
mulia Tuhan bagi setiap pekerja-Nya di tengah-tengah kontek berjemaat. Karakter
dan sifat nabi Mikha menjadi contoh terbaik bagi setiap pekerja Tuhan, yaitu
memiliki kekuatan (keberanian), Roh Tuhan, keadilan dan keperkasaan untuk
melakukan yang baik dan benar sehingga mendatangkan berkat bagi umatnya.
3) Keluarga adalah organisasi
terkecil dalam masyarakat kita, dan sekaligus ia adalah jemaat kecil di dalam
sebuah jemaat (gereja) yang besar. Selaku imam (ayah) dan penolong (ibu)
keluarga, kita adalah pemimpin yang dituntut mengedepankan nilai-nilai
kebenaran, keadilan dan kejujuran menurut Allah di tengah-tengah rumah tangga
kita. Bila kita tidak menegakkan nilai-nilai
itu dengan baik, jangan salah berpikir, bila Tuhan memalingkan wajahnya
dan menutup telingannya dari setiap doa yang kita sampaikan kepada-Nya. Secara khusus bagi seorang pemuda yang kelak menjadi
seorang pemimpin di kemudian hari, mari belajarlah seperti nabi Mikha yang
sungguh mengedepankan nilai kebenaran, keadilan dan kejujuran dalam kinerjanya
dalam setiap hidup dan kerjanya yang mendatangkan berkat bagi dirinya sendiri
maupun banyak orang.
Syalom!
0 komentar:
Posting Komentar