Kamis, 18 Juli 2019

Juli 18, 2019

MENTAL SPIRITUAL ORANG KRISTEN DALAM PEKERJAAN

PENDAHULUAN
        Dunia, tempat manusia hidup penuh dengan pekerjaan. Semua sisi kehidupan selalu saja ada pekerjaan. Oleh sebab itu, setiap manusia yang hadir dalam dunia pasti bekerja, dan ia akan berhenti bekerja ketika nafasnya berhenti (meninggal). Itulah sebabnya, ada istilah “hidup untuk bekerja dan bekerja untuk hidup.
          Ada benarnya juga kedua istilah itu dipakai dalam konteks manusia. Bila “hidup untuk bekerja” itu artinya ia lahir dan hidup pasti bekerja, bukan lahir dan hidup tanpa bekerja. Sedangkan “Bekerja untuk hidup” itu artinya manusia harus bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya selama ia diperkenankan Tuhan untuk hidup.
          Manusia tidak hanya bekerja, tetapi ia butuh mental spiritual yang kuat sebagai dasar kinerjanya. Tanpa mental yang baik besar kemungkinan ia menjadi pesimis dan tidak lagi menjalankan tugas yang diamanatkan Tuhan baginya, yaitu bekerja (mengelola dan memelihara) segala potensi yang menghidupkannya.
         
APA ITU KERJA
Pengertian Kerja
Sebelum lebih jauh berbicara materi ini, lebih awal kita perlu mengerti apa itu yang disebut dengan KERJA. Berikut di bawah ini penjelasan tentang kata kerja itu.
1.         Kerja artinya: 1) kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat); 2) sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian.
2.         Bekerja adalah: melakukan suatu pekerjaan (perbuatan).
3.         Pekerjaan adalah 1) barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dan sebagainya); tugas kewajiban; hasil bekerja; perbuatan; 2) pencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan; sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah.

Pe-kerja-an  Menurut Beberapa Ahli
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pikiran mereka mengenai apa yang dimaksud dengan pekerjaan. Mari kita lihat konsep beberapa ahli di bawah ini:
1.        Ornstien dan Levine
Pekerjaan adalah sebuah karier yang dilakukan dalam sebuah kehidupan. Dalam bidang apapun, karier akan menjadi sebuah pengertian dari sebuah pekerjaan yang memiliki bidang tersendiri.
2.        Schein
Pekerjaan adalah sebuah kumpulan pekerjaan yang membangun sebuah set norma yang khusus dan berasal dari perannya yang khusus dalam ruang lingkup masyarakat.
3.        Danin
Pekerjaan adalah sebuah pengakuan dan perananya mampu dalam mengerjakan sebuah hal, yang menjadi sebuah kegiatan yang akan rutin dilakukan.
4.        Daniel bali
Pekerjaan adalah sebuah aktivitas intelektual yang dipelajari sebelumnya dan menjadi sebuah keahlian yang menjadi sebuah kegiatan rutin yang dilakukan dan profesi penting untuk memiliki ketrampilan yang teknis dan moral dalam ruang lingkup masyarakat.
Maka, secara sederhana boleh dipahami bahwa kerja itu adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk bisa  mencapai suatu tujuan yang diinginkannya, yaitu imbalan berupa uang atau barang.
Konsep Pemerintah Tentang Kerja
Terlepas dari beberapa definis yang telah dipaparkan di atas, saya pingin mengemukakan definisi kerja menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan RI No. 13 Tahun 2013 Konsep kerja yang disusun dalam UU tersebut pada prinsipnya tidak lepas dari konsep pembangunan nasional, yaitu  dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Di dalam Bab I UU Ketenagakerjaan pasal 2 menyebutkan bahwa Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dari bunyi fasal tersebut di atas kita sudah bisa mengerti bahwa kerja itu adalah suatu usaha yang dilakukan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Pekerjaan dan Profesi
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang tidak bergantung pada suatu keahlian tertentu. Jadi setiap orang dimungkinkan memiliki pekerjaan namun tidak semuanya tertumpu pada satu profesi. Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang atau barang bagi seseorang.
Profesi adalah suatu kegiatan yang sangat bergantung pada keahlian tertentu. Seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Nah, ciri-ciri dari pekerjaan yang profesi adalah memiliki pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun, memiliki status yang tinggi di masyarakat dan biasanya akan menerima gaji.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara pekerjaan dan profesi ada memiliki perbedaan. Kerja itu pengertiannya umum sedang profesi sifatnya khusus. Seorang yang bekerja, kerja apa saja, tanpa memiliki keahlian khsusu, ia pun bisa bekerja. Sedangkan profesi dituntut keahlian dan ketrampilan khusus yang dimiliki lewat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

KERJA MENURUT ALKITAB
Ada pandangan umum orang Kristen yang mencurigai bahwa kerja itu adalah kutukan dari Tuhan, bukan berkat. Hal itu terkait dengan kejatuhan manusia pertama, Adam dan Hawa di taman Eden. Apakah memang pandangan demikian berdasarkan kesaksian Alkitab? Berikut ini kita akan melihat bersama-sama tentang apa kata Alkitab tentang kerja itu; artinya apa dasar Alkitabiah tentang kerja itu.
Pandangan Alkitab Perjanjian Lama (PL)
Dalam Perjanjian Lama kerja itu amat dihormati, khususnya pekerjaan keahlian. Orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat barang-barang (seperti tukang perak, pengasah batu, tukang kayu, tukang tenun) sangat dihormati.
1.        Kerja adalah Bagian yang Utuh dari Kehidupan
Bagi orang Yahudi, kerja merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia. Karena itu, kerja itu merupakan tanggung jawab keluarga. Artinya, pendidikan tentang kerja sudah dimulai sejak bertumbuh di dalam keluarga; dan peranan seorang ayah adalah mendidik anak-anaknya harus dimulai dari dini, yaitu melalui nasihat dan contoh kongkrit yang ditunjukkan. Itulah sebabnya orang Yahudi selalu berkata bahwa kerja itu adalah intisari dari kehidupan manusia.
Perlu dipahami oleh kita bahwa sebelum Adam dan Hawa (manusia) jatuh dalam dosa, tugas utama yang diberikan Allah kepada manusia itu adalah kerja. Adan dan Hawa diberikan tugas untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (Kej. 2:15). Perhatikan kata mengusahakan dan memelihara. Kedua kata itu memiliki arti kerja yang dipercayakan Allah dan menjadi tanggung jawab manusia. Kerja yang dilakukan Adam dan Hawa tidak sama seperti sesudah mereka jatuh ke dalam dosa; kerja mereka di awal itu tidak sulit karena semua sudah tersedia bagi mereka oleh Allah. Tetapi, ketika mereka jatuh dalam dosa, maka kerja itu menjadi sulit karena butuh kerja keras untuk mencapai  kehidupan yang lebih baik.
Banyak orang Kristen memahami bahwa ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, maka kerja yang dilakukan oleh manusia pun menjadi terkutuk. Pandangan ini berdasarkan Kejadian 3:16-19 yang menjelaskan hukuman yang terima Adam dan Hawa; Hawa melahirkan dan Adam bekerja dengan susah payah). Bila dipahami secara baik, sebenarnya nas pembacaan itu tidak mengajarkan kepada kita kalau kerja itu terken kutuk atau merupakan hasil dari kutukan. Sama halnya di sini tidak diajarkan bahwa melahirkan anak itu terkutuk atau wanita itu terkutuk. Nas itu mengajarkan bahwa sejak saat itu (kejatuhan dalam dosa) Adam dan Hawa (termasuk kita) untuk bertahan hidup sangat sulit tanpa kelimpahan di dalam taman Eden (di waktu lampau dan zaman sekaran di waktu kini), dan bahwa maut akan menjadi akhir bagi semua orang.
2.        Setiap Orang Harus Bekerja
Dalam Keluaran 34:21 berkata: “Enam hari lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga.” Nas ini hendak menjelaskan kepada kita bahwa “Enam hari lalamnya engkau bekerja,” adalah suatu perintah bukan pilihan. Maka, manusia harus bekerja untuk menopang hidupnya, tetapi satu hari dalam seminggu itu wajib dikuduskan (disendirikan) untuk Tuhan.
          Manusia harus bekerja bukannya malas bekerja dalam hidupnya, mengingat kerja itu adalah tugas yang dinamis yang diberikan oleh Allah. Dalam Amsal 3:6-8 menerangkan bahwa manusia penting belajar dari semuat yang setia bekerja keras mengumpulkan makanan agar tetap bertahan hidup. Manusia pun harus bekerja untuk masa kelangsungan hidupnya. Tanpa kerja, kelangsungan hidup pasti terhenti. Itulah sebabnya kemalasan bagi orang Yahudi adalah kutukan.
3.        Kerja Keras Memberikan Kepuasan
Kitab Amsal penuh dengan peringatan tentang kerja keras. “Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak” (Amsal 18:9).  “Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar” (Amsal 19:15). Perjanjian Lama mencela kemalasan dan memuji kerja keras.
          Manusia tidak boleh menjauhi kerja, melainkan dipuaskan oleh hasil kerja tangan atau pikirannya. “Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak” (Pkh 5:11). “Dalam tiap jerih payah ada keuntungan” (Ams 14:23). “Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagianya” (Pkh 3:22)
4.        Setiap Pekerjaan yang Halal Dihormati
Dalam Perjanjian Lama disampaikan bahwa segala jenis pekerjaan mendapatkan pujian, seperti: kerja buruh (1 Raj 5:7-18); pekerjaan manual (Kel 36:1-2); pekerjaan dagang/kepemimpinan (Daniel, Musa); usaha yang membutuhkan pikiran/ilmiah (Daniel). Sedangkan sejumlah pekerjaan tertentu dianggap “tidak halal” atau tidak dihormati. Antara lain adalah pelacuran, memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi, pemungut pajak.

Pandangan Alkitab Perjanjian Baru (PB)
Pada prinsipnya konsep kerja dalam Perjanjian Lama tidak dibuang, melainkan diambil menjadi konsep Perjanjian Baru. Namun, dalam Perjanjian Baru konsep kerja diperkuat lagi dengan menitik-beratkan pada yang bekerja dan yang memberi pekerjaan. Maksudnya, PB menekankan soal orang yang bekerja dan orang yang memberi pekerjaan.
1.        Tidak bekerja, tidak makan
Surat 2 Tesalonika 3:10 mengatakan, “Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan,” demikian tegas Paulus kepada orang-orang Kristen di kota tesalonika. Bagi Paulus, kerja itu penting. Karena dengan bekerja manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang tanpa bekerja kehidupannya bisa tak mungkin berproses.
2.        Bekerja untuk mencukupilah kebutuhan keluarga
Tidak ada orang yang bekerja untuk hidupnya sendiri. Seorang ayah atau ibu bekerja untuk kehidupan keluarganya. Paulus berkata kepada Timotius, “Tetapi jika ada seseorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman” (1 Tim 5:8). Penekanan Paulus di sini bagi seorang Kristen adalah kerja itu untuk memenuhi kebutuhan fisik keluarganya. Tekanannya adalah pada kebutuhan, bukan kemewahan.
3.        Menjadi pekerja yang taat dan penurut
Seorang pekerja Kristen yang dituntut ialah bekerja setia, taat dan menjadi penurut, sebagai wujud imannya kepada Yesus Kristus yang taat sampai mati di atas kayu salib karena menjalankan seluruh perintah Allah Bapa-Nya. Paulus menegaskan kepada orang Kristen di Kolose: “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan” (Kol 3:22). Menurut Paulus, setiap orang Kristen, apapun alasannya, ia wajib setia, taat dan menjadi seorang penurut kepada orang yang memimpinnya. Hal ini merupakan wujud ketaatannya kepada Tuhan. Ingat, setia, taat dan penurut sangat berbeda dengan takut. Yohanes Pembaptis pun pernah menegaskan kepada murid-muridnya, “Cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Luk 3:14). Maksud Yohanes ialah segala kebutuhan hidup seorang dibiayai murni dari hasil pendapatannya, bukan harus diambil dari kepunyaan orang lain.
4.        Menjadi majikan yang adil
Paulus pernah berkata kepada majikan-majikan Kristen di kota Kolose bahwa “Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah kamu juga mempunyai tuan di sorga” (Kol 4:1). Penekanan Paulus ini terkait dengan sikap setiap majikan (pemimpin) untuk lebih memperhatikan sikap jujur dan adil pada para pekerjanya. Sikap peras, merampas dan menahan hak milik pekerjanya, merupakan tindakan yang tak terpuji bagi orang kalangan orang Yahudi ( bnd. Im 19:13).

PEKERJA KRISTEN
Pengertian Pekerja Kristen
          Apa yang dimaksud dengan pekerja Kristen, dan siapakah yang disebut pekerja Kristen? Sebelum menjawab pertanyaan itu, perlu diluruskan ungkapan yang sering salah diucapkan oleh kita tentang pekerja Kristen dan pekerja gereja.
Sebutan pekerja Kristen sifatnya umum sedangkan pekerja gereja khusus sifatnya. Misalnya, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di instansi Pemerintah; seorang pegawai swasta di sebuah perusahaan yang beragama Kristen, mereka disebut sebagai pekerja Kristen atau pegawai yang beragama Kristen. Seorang pendeta, pastor atau gembala yang hari-hari hidupnya bekerja di dalam gereja, mereka pun juga disebut pekerja Kristen, karena mereka adalah pengikut Kristus (memiliki iman pada Kristus.
Namun, secara khusus bagi pekerja Kristen, baik yang profesinya sebagai pendeta, pastor atau gembala dan para pejabata fungsi lainnya seperti penatua, syamas, penginjil, guru jemaat dan pengajar, mereka inilah sering disebut pekerja gereja. Lalu, bagi mereka yang dipilih dan dilantik sebagai panitia dalam gereja juga disebut pekerja gereja? Singkat saja jawabannya, ya! Alsannya karena mereka mengerjakan pekerjaan Tuhan dalam gereja.
Maka, boleh disimpulkan secara sederhana, semua orang Kristen, baik yang bekerja di dunia pemerintah, swasta, dan gereja, semuanya disebut sebagai pekerja yang beragama Kristen karena memiliki iman kepada Yesus Kristus. Mereka ini sering disebut pengikut Kristus (orang Kristen) yang bekerja. Orang Kristen yang bekerja, semuanya disebut sebagai pekerja beragama Kristen. Sama halnya pula sebutan kepada seorang siswa yang beragama Kristen yang mengikuti pendidikan di sekolah tertentu, mereka disebut sebagai siswa Kristen atau siswa yang beragama Kristen.

Simbol dan Tanda Pekerja yang Beragama Kristen
Setiap agama manapun dalam dunia memiliki simbol-simbol tertentu yang membedakannya dengan agama-agama yang lain. Setiap penganut Agama Kristen misalnya memiliki sejumlah simbol yang sering dipajang sebagai tanda identitas keagamaannya.
 Berikut ini ada beberapa simbol Kristen yang umumnya digunakan setiap penganutnya, di antaranya: Salib, Burung merpati (Roh Kudus), Lida-lida api (Roh Kudus), Cawan dan Roti(Perjamuan Kudus), bangunan gedung ibadah, dls. Selain simbol, ada juga tanda, misalnya melipat tanggan dan menutup mata (tanda berdoa), nyanyiannya, gedung gerejanya, dls.

  PENDIDIKAN UNTUK BEKERJA
Adakah di antara kita yang diizinkan Tuhan lahir dalam dunia ini untuk tidak bekerja? Saya rasa kita semua lahir tidak lain dan tidak bukan adalah untuk bekerja demi hidup kita.
 Bekerja untuk memenuhi kelangsungan hidup dalam dunia tidak terlepas dari sebuah proses pembentukan pengetahuan (ilmu), pengalaman, karakter, mental dan spiritual manusia. Proses pembentukan inilah yang kita sebut pendidikan. Bagaimana mungkin seorang pegawai negeri, pegawai swasta, pegawai gereja, dls, bisa berpengetahuan (berilmu), berpengalaman, berkarakter, bermental dan berspiritualitas sehingga dapat bekerja dengan baik tanpa pendidikan? Tidak mungkin, kan? Saya rasa, semua manusia, siapapun dia, bisa bekerja karena ia telah mengikuti pendidikan, entah yang formal maupun yang non-formal.
Landasan Konstitusional
Setiap warga negara, baik yang beragama Kristen maupun penganut agama yang lain, diberi perhatian serius pada pendidikan (pelatihan) para pekerja. Hal ini tentu bertolak  dari konsep pembangunan nasional, yaitu  dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
          Pada Bab V tentang Pelatihan Kerja dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2013 sangat jelas diuraikan tentang pelatihan bagi para pekerja. Berikut ini saya mengutip beberapa pasal agar kita dapat mengetahuinya.
1.         Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan (Bab V pasal 9)
2.         Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja (Bab V pasal 10:2).
3.         Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang (Bab V pasal 10:3)
4.         Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja (Bab V pasal 11)
5.         Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (Bab V pasal 12:3)
6.         Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja (Bab V pasal 18:1)
7.         Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi kompetensi kerja (Bab V pasal 18:2)
8.         Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat pula diikuti oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman (Bab V pasal 18:3)

Landasan Alkitabiah
Jauh sebelum Pemerintah Indonesia ada dan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2018 dirumuskan oleh pemerintah, Alkitab telah memberi kesaksian pada kita bahwa sebelum seorang pekerja hendak masuk dalam dunia kerjanya, lebih awal ia harus dibentuk dalam dunia pendidikan/pelatihan. Sebenarnya ada banyak bagian Alkitab yang berbicara tentang hal itu, namun ada satu bagian kitab dalam Perjanjian Lama, yang menurut saya, sangat jelas berbicara tentang topik tersebut.
          Perhatikan secara baik kitab Daniel 1:1-21. Bagian fasal kitab ini bercerita tentang empat orang tokoh pemuda Israel yang ditawan di kerajaan Babel, yaitu Daniel (Baltsazar), Hananya (Sadrakh), Misael (Mesakh) dan Azarya (Abed-nego). Pada waktu itu, raja yang memerintah ialah Nebukadnezar. Sekalipun status keempat pemuda tersebut sebagai tawanan, namun Tuhan memakai raja Nebukadnezar memberi kesempatan pada mereka mengikuti pendidikan/pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah kerajaan Babel.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan pemerintah Nebukadnezar dalam mempersiapkan pekerja yang handal.

1.        Rekrutmen
Guna mempersiapkan pegawai kerajaan Babel yang handal, berdedikasi tinggi, berpengetahuan baik dan cakap bekerja dalam istana kerajaan, Nebukadnezar memerintah Aspenas, kepala istana kerajaan, untuk merekrut setiap pemuda guna mengikuti pendidikan selama tiga tahun.  
2.        Mengikuti Pendidikan
Adapun Maksud pendidikan/pelatihan yang dilaksanakan raja Nebukadnezar (pemerintahan Babel) adalah untuk melengkapi para pekerja untuk memiliki pengetahuan dan pengalaman bagi kepentingan pelayanan birokrasi pemerintah dan pelayanan publik (masyarakat).    Dan, bersama dengan sejumlah pemuda lainnya, Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego menempuh pendidikan selama tiga tahun. Pendidikan tiga tahun itu ditempuh dalam kondisi yang ketat, baik dalam sisi pelajaran ilmu pengetahuan, budi pekerti, pembentukan karakter, loyalitas, dan sampai pada makan-minum mereka pun menjadi perhatian serius pihak kerajaan atas perintah raja Nebukadnezar.
3.        Ujian Kompetensi Pekerja
Setelah lewat masa pendidikan tiga tahun, Aspenas membawa para pemuda yang mengikuti pendidikan istana kerajaan Babel itu bertemu raja Nebukadnezar. Dalam pertemuan itu, Nebukadnezar mengadakan tes kompetensi setiap murid. Alkitab bersaksi bahwa oleh karena pertolongan pengasihan Tuhan, Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jauh lebih unggul kemampuannya dibanding dengan orang muda yang lain.
4.        Menjadi Pekerja yang Cakap
Melewati tes kompetensi, Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, ditetapkan raja Nebukadnezar menjadi pegawai istananya. Keempat pemuda Israel itu sungguh-sungguh membuktikan di hadapan raja bahwa mereka adalah pekerja yang bukan saja cakap melainkan cerdas dalam berpikir dan bekerja.

KERJA ADALAH TUGAS PANGGILAN TUHAN
          Hidup orang Kristen tidak lepas dari tugas-panggilan Tuhan. Siapakah di antara kita yang hidupnya di luar pengendalian Tuhan? Kita semua, yang pasti, hidup di dalam pengendalian Tuhan. Oleh karena Dia yang mengendalikan hidup manusia, dan manusia pun tidak hidup di luar pengendalian Tuhan, maka segala sesuatu yang diperintahkan oleh-Nya manusia wajib mendengar.
          Allah menempatkan semua manusia dalam dunia adalah bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja, demi kelanjutan hidupnya. Tanpa ia bekerja, konsekuensinya ialah kerja dan hidupnya mati. Maka, selama manusia itu masih hidup, ia pasti bekerja untuk hidup.
          Berbicara tentang kerja bagi manusia sebagai tugas-panggilan Tuhan, sering mengundang perbedaan pandangan. Ada yang berpendapat bahwa pekerjaan yang cocok disebut sebagai panggilan Tuhan adalah  khusus pada pekerjaan Tuhan di dalam gereja. Sedangkan pekerjaaan sekuler (dunia) seperti di bidang pemerintahan, politik, perusahaan, dls, tidak tergolong dari panggilan Tuhan. Pandangan seperti itu, menurut saya begitu keliru. Sebab, semua pekerjaan, apapun jenisnya, adalah pemberian Tuhan bagi setiap orang, dan karenanya, pekerjaan itu adalah panggilan Tuhan.
          Kita akan melihat beberapa kitab yang menjelaskan bahwa kerja apapun yang dikerjakan manusia dalam dunia adalah bagian dari tugas-panggilan yang diberikan Allah kepadanya.

Kerja adalah tugas yang diberikan Tuhan
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa setelah Allah menciptakan alam ini, Adan dan Hawa diberikan tugas untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (Kej. 2:15). Ada dua tugas-tanggung jawab Allah berikan pada manusia, yaitu mengusahakan dan memelihara taman itu. Selain dua kata itu memiliki arti kerja mengusahakan dan memeliharan juga mengandung arti tugas dan tanggung jawab manusia yang dipercayakan Allah kepadanya.
          Tugas mengusahakan dan memelihara adalah tanggung jawab yang tidak bisa disepelekan, karena ia bukan konsepnya manusia, melainkan Allah. Allah yang memberi tugas dan tanggung jawab, manusia yang menjalankannya. Bilama manusia menolak tugas dan tanggung jawab itu, maka ia telah bersikap memberontak terhadap Allah yang menciptakannya. Karena itu, pekerjaan yang dikerjakan oleh manusia dalam dunia, apapun alasannya, ia wajib mengerjakannya dan mempertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Tugas dan Panggilan Tuhan Dalam Pekerjaan
          Pekerjaan apapun yang dilakukan oleh setiap orang, baik sebagai ASN, TNI/POLRI, karyawan perusahaan, pengusaha, petani, nelayan, buru, pekerja gereja, dls; semuanya merupakan pekerjaan yang ditugaskan Allah. Sebagai seorang TNI/Polri misalnya, pekerjaannya adalah penjaga keamanan negera dan masyarakat, maka tanggungjawabnya ialah menjaga keutuhan negara dan bangsanya. Seorang petani, tugasnya ialah mengolah tanah untuk memproduksi makanan demi kepentingan masyarakat umum. Seorang nelayan, tidak saja sekedar menangkap ikan tetapi lebih dari itu tugasnya ialah memeliharan alam lautnya agar ikan tetap ada, untuk selanjutnya ditangkap demi kelangsungan hidup konsumsi masyarakat. Seorang ASN pun terpanggil bekerja pada instansinya tidak saja untuk mendapatkan upah dari pekerjaan itu, melainkan ia pun berperan sebagai pelayan masyarakat.
          Maka dengan demikian, seorang pekerja yang beragama Kristen, sangat penting menyadari tugas dan panggilannya di dalam pekerjaannya itu. Disayangkan, bilama tugas dan tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepadanya selaku seorang ASN tidak dijalankannya dengan baik, itu sama artinya seorang Kristen yang tidak beriman kepada Allah yang memberi tugas dan tanggung jawab itu kepadanya. Iman harus diwujud-nyatakan dalam konteks pekerjaannya. Itu yang dikatakan ibadah.

Kerja adalah Ibadah
Kata ibadah dari bahasa Ibrani abodah yang berarti bekerja, melayani; dan dalam bahsa Yunani disebut leitourgia (liturgi) artinya seorang yang mempunyai pekerjaan sebagai hamba yang melayani. Kedua arti kata itu diambil oleh gereja dan memberi arti baru bahwa ibadah adalah pekerjaan atau aktivitas hidup sehari-hari manusia yang senantiasa melayani. Maka dengan demikian, ibadah itu jangan hanya diartikan secara sempit (kebaktian di gereja atau di persekutuan-persekutuan orang percaya lainnya), melainkan harus dimengerti secara luas, yaitu seluruh pekerjaan atau aktivitas orang percaya (pengikut Kristus), baik di tengah-tengah masyarakat, kantor, sekolah, kampus, rumah sakit, bank, pasar, terminal, di laut, di hutan, dls, semuanya adalah ibadah.
          Seorang ASN di kantor dan seorang petani di ladang misalnya, sekalipun tugas, fungsi dan tempat mereka berbeda, namun pada prinsipnya mereka sedang melaksanakan ibadah (pekerjaan, aktivitas, pelayanan) dalam konteks yang nyata sebagai seorang pengikut Kristus. Oleh sebab itu, tuntutan seorang Kristen yang beribadah adalah “mempersembahkan tubuhnya (keberadaan hidup dan pekerjaannya) sebagai persembahan yang hidup yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati,” demikian tegas rasul Paulus kepada orang Kristen di Roma (Rm 12:1).

MENTAL YANG KUAT MENENTUKAN KESUKSESAN
Pekerja Kristen yang Bermental Kristen
Tentunya perjalanan hidup yang dilalui manusia tidak pernah lepas dari tantangan dan kesulitan, baik bagi orang sukses ataupun orang yang gagal. Perbedaannya hanyalah terletak pada kecerdasan masing-masing orang dalam menghadapi dan meresponi berbagai kesulitan hidupnya.
Salah satu penentu kesuksesan seorang pekerja Kristen dalam pekerjaannya ialah mental. Mental yang baik dan kuat menentukan seorang pekerja Kristen mampu memasuki, menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan hidup dalam pekerjaannya. Orang yang memiliki mental baik dan kuat tidak akan pernah mundur dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam proses kehidupan pekerjaannya. Bahkan dia akan mampu mengubah tantangan yang dihadapinya dan menjadikannya sebuah peluang. Mental itu menjadi indikator seberapa kuat seseorang dapat terus bertahan dalam suatu pergumulan, sampai pada akhirnya orang tersebut dapat keluar sebagai pemenang, mundur di tengah jalan atau bahkan tidak mau menerima tantangan sedikit pun. Bahasa sederhananya, mental adalah ukuran sejauh mana kita "tahan banting" terhadap berbagai kesulitan dalam pekerjaan.
          Pernakah Anda mendengar pesan seorang pendeta asal Belanda yang setia mengabdikan dirinya bagi orang Kristen di tanah Papua, Pdt. I.S. Kijne (1947), berkata: “Barang siapa yang bekerja di Tanah Papua ini dengan setia, jujur dan dengar-dengaran, maka ia akan berjalan dari satu tanda heran ke tanda heran yang lain.” Dalam pesan singkat itu Kijne menampilkan tiga hal penting yang terkandung dalam mentalitas kerja seorang pekerja Kristen yang berhasil-guna.
1.        Mental Setia
Apapun alasannya, setia adalah mental yang menghadirkan kesuksesan dalam pekerjaan seseorang. Kijne mengutamakan hal kesetiaan dalam bekerja karena bertolak dari ajarak Kristus yang berkata: “Barang siapa setia dalam perkera-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Luk 16:10). Mental kesetiaan yang dimulai dari dini akan menentukan mental setia di waktu mendatang, yang tentu saja memberi hasil yang terbaik (tanda heran yang satu kepada tanda heran yang lain). Kesetiaan itu bukan saja dituntut dalam hal mengerjakan pekerjaaan kita, melainkan juga kepada Tuhan yang setia.
2.        Mental Jujur
Selain setia, Kjne pun menegaskan seorang pekerja Kristen yang baik harus memiliki mental kejujuran. Jujur adalah sifat dan sikap seseorang yang menyatakan dengan sungguh-sungguh tentang kebenaran. Mental seseorang yang jujur, menurut Kijne, menjadi dasar keberhasil seorang pekerja Kristen dalam pekerjaannya. Kejujuran mendatangkan berkat, berkat apa saja, entah keberhasilan dalam pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan masa depan. Maka, sangat tepatlah  firman Tuhan dalam Mazmur 50:23b menyatakan, “...siapa yang jujur jalannya, keselamatan (=tanda heran) yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.”
3.        Mental Takut akan Tuhan
a.        Iman
Mental seorang pekerja Kristen yang takut akan Tuhan terkait dengan sikap tunduk dan menghormati Tuhan sebagai Allah yang memberi tugas dan tanggung jawab kepadanya. Iman adalah wujudnyata dari sikap takut akan Tuhan dalam seluruh aktivitasnya (ibadahnya). Iman itu sifatnya praktis bukan teoritis. Iman pun harus dinyatakan secara kongkrit oleh setiap pekerja Kristen dalam seluruh pekerjaannya. Kalau tidak, maka benar sebagaimana yang disampaikan rasul kitab Yakobus, “...bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong” (Yak 2:20).
b.        Pengharapan
Seorang pekerja Kristen yang tetap kuat dalam seluruh pekerjaannya (ibadahnya) di segala bidang kehidupan, pengharapan itu jangan sekali-kali jauh dari hidup kita. Kerja tanpa pengharapan pada hakikatnya hidup tanpa kesuksesan. Pengharapan itu motivasi dalam kerja kita yang dipasrahkan penuh di dalam pengendalian dan keputusan Tuhan. Pengharapan pun mendorong seorang pekerja Kristen untuk jauh memandang dan bermipi ke depan tentang kesuksesan di masa yang akan datang.
c.         Kasih
Kasih adalah dasar dari segala kehidupan orang Kristen, dan secara khusus bagi seorang pekerja Kristen. Seorang Kristen bila tidak memiliki kasih, jangan harap seluruh pekerjaannya akan hidup. Tuhan mengasihi kita sehingga Ia menciptakan alam ini untuk dikelola (dikerjakan) oleh kita. Karena kasih, Allah pun memberi kita tugas dan tanggung jawab kepada kita bekerja untuk kepentingan hidup kita. Karena kasih, kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan isteri, suami dan anak-anak kita; tanpa kasih seseorang  bakal tidak melaksanakan tugas  dan tanggung jawab itu dengan setia, jujur dan tanku akan Tuhan. Kasih membuat kita berelasi, bersosialisasi dan bermitra dengan sesama dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan hidup. Kasih membentuk sifat dan sikap (mental) kita menjadi orang benar bertanggung jawab dalam seluruh kerja dan kehidupan kita.

Mental Kesuksesan Kerja
Perlu ditegaskan bahwa Alkitab tidak mengajarkan orang Kristen untuk gagal dalam pekerjaannya. Yang kadang membuat diri kita gagal dalam pekerjaan adalah mental (setia, jujur dan takut akan Tuhan) kita yang tidak kuat. Kita lebih cenderung mengandalkan kemampuan pikiran, tenaga dan finansial, dan kemudian melupakan Tuhan. Kita tidak menyadari bahwa pekerjaan yang sedang kita kerjakan adalah pemberian (anugerah) dari Tuhan. Amsal mengingatkan seorang pekerja Kristen sebagai berikut: “Percayalah Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan.” (Ams 3:5-7)
          Karena itu, pingi suskes dalam pekerjaanmu? Tentu saja semua pingin sukses kan? Pendeta I.S.Kijne memberi solusi berdasarkan firman Tuhan di dalam Alkita bahwa tiga hal yang penting menjadi pedoman kerja setiap pekerja Kristen ialah: Setia, Jujur dan Takut akan Tuhan.

Salam!!!
Pdt. Lucky Matui, S.Th

0 komentar:

Posting Komentar