Minggu, 28 Juli 2019

Juli 28, 2019

MEMBANGUN HUBUNGAN PRIBADI DENGAN ALLAH

PENDAHULAN
"Yesus Kristus memanggilmu datang pada-Nya"
Mengapa begitu penting membangun/menjalin hubungan dekat dengan Allah? Apa belum cuku dengan ibadah yang sering kita laksanakan setiap minggu? Belum lagi dengan ibadah-ibadah kelompok dan ibadah unsur-unsur jemaat yang sering kita aktif mengikutinya? Ditambah pula dengan keterlibatan kita dengan ibadah-ibadah kerukunan, ibadah kantor yang sering saja dilaksanakan? Bila dipikir-pikir seluruh aktifitas hidup kita hampir dipenuhi dengan ibadah semata, bukan? Maka demikian hubungan dekat yang bagaimana lagi yang harus dibuat oleh kita dengan Tuhan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas bukan tidak mungkin, tetapi selalu saja muncul dibenak kita, karena kita sudah kehilangan kebutuhan akan kehadiran Tuhan dalam hidup. Okelah, soal daftar ibadah yang disebutkan di atas memang merupakan aktifitas persekutan orang-orang percaya, tetapi soal hubungan dekat secara pribadi dengan Tuhan perlu mendapat perhatian serius dari kita sendiri. Mengapa? Karena Tuhan dipercaya adalah Allah yang berkuasa atas hidup kita, sehingga kita pun butuh Ia ada dalam hidup secara pribadi.
Apa itu membangun hubungan pribadi dengan Tuhan? Membangun sama artinya dengan mendekatkan diri dengan Allah. Kata membangun mempunyai pengerti suatu tindakan (inisiatif) atau usaha dari seseorang yang membutuhkan Tuhan dekat dengan-Nya. Dengan kata lain, upaya dari seseorang membawa dirinya dekat dengan Tuhan yang ada di dekatnya.
Baiklah, mari kita lihat mengapa sampai kita begitu merasa penting membangun hubungan dekat kita dengan Tuhan.

DASAR HUBUNGAN PRIBADI DENGAN TUHAN
Hubungan seorang wanita dan seorang pria dapat terjalin mesra hingga pada jenjang pernikahan tentu saja karena tertanam kepercayaan di antara mereka. Seorang wanita percaya pada sang pria idamannya karena ia akan bakal menjadi seseorang yang akan melindunginya; sebaliknya sang pria percaya pada wanita idamannya karena ia akan menjadi seorang penolong yang setia kepadanya. Hubungan pribadi kita dengan Tuhan dapat digambarkan seperti itu. Nah, mengapa kita membangungan hubungan pribadi dengan Tuhan? Ada tiga hal penting yang menjadi dasar bangunan hubungan pribadi dengan Tuhan.

1.                 Iman (Kepercayaan)
Membangun hubungan dekat dengan Tuhan karena memang kita beriman (percaya) kepada-Nya. Kalau bukan karena percaya mana mungkin kita menjalin hubungan dekat dengan Tuhan. Iman merupakan perekat kepercayaan kita kepada-Nya, dan karena itu dalam membangun hubungan dekat dengan Tuhan diperlukan iman itu. Kita percaya bahwa hanya dengan Tuhan kita dapat memperoleh berkat-Nya. Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan menandakan kalau kita menyerahkan seluruh hidup dan kerja untuk dikendalikan oleh Tuhan. Banyak contoh dalam Alkitab, baik dalam PL dan PB yang menceritakan penyerahan diri seseorang karena percaya kepada Tuhan. Misalnya Abraham yang menyerahkan anaknya dikorbankan kepada Tuhan oleh karena imannya kepada Tuhan (Kej 22:1-19; Rm   4:12). Musa, yang oleh karena imannya menjalankan seluruh perintah Tuhan, sekalipun ia tidak diizinkan memasuki tanah perjanjian, Kanaan (Kej 31-34). Sekalipun Musa telah tiada tetapi Yosua, dengan memiliki iman yang sungguh kepada Tuhan ia tetap percaya kepada Tuhan yang berkuasa atas hidupnya (Yos 24:15b). Paulus dalam hidup dan karyanya memiliki iman yang teguh karena Yesus mengubah hidupnya menjadi berkat bagi orang lain (Kis 27:25). Karena dengan iman ada pengampunan menurut mereka, Tuhanlah sumber keberhasilan setiap orang yang dekat dengan Tuhan. Bahwa dengan iman kepada Tuhan ada pengampunan dosa (Mat 9:2; Kis 10:43) dan Kehidupan kekal/keselamatan (Yoh 3:36, 11:25 dan Kis 16:31).

2.                 Pengharapan
Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan menuntut pengharapan setiap orang yang dekat dengan-Nya. Pengharapan menjadi dasar bagi setiap orang yang membangun hubungan dengan Tuhan. Bila seseorang tak memiliki pengharapan, apa manfaatnya memiliki iman? Pengharapan itu harus menempel ketat pada iman. Percuma kalau beriman tanpa memiliki pengharapan, sebab bila pengharapan itu tak dimiliki bagaimana iman dapat berfungsi sebagai perekat antara kita dengan Tuhan. Pengharapan itu membuat mata Tuhan tertuju kepada orang berpengharapan kepada-Nya  (Maz 33:18; Rat 3:21). Pemazmur 71 berkata bahwa “Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah,” ini merupakan perkataan orang yang percaya dan membangun hubungan dekat dengan Tuhan.

3.                 Kasih
Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa di antara iman, pengharapan dan kasih, kasilah yang paling besar di antara mereka. Maksud Paulus di sini ialah bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam dunia ini itu karena kasih. Allah menciptakan alam dunia ini dan segala yang hidup, termasuk manusia  di dalamnya itu karena kasih. Proses perjalan sejarah keselamatan Allah pun berjalan dalam bingkai kasih Allah. Itulah sebabnya Kristus merumuskan secara singkat sepuluh hukum Tuhan menjadi dua hukum kasih yang terbesar dalam hidup manusia. Ketegasan Yesus “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu dan akal budimu,” mengambarkan kalau seorang yang membangun hubungan dekat dengan Tuhan sebagai tanda kalau ia mengasihi Tuhan dalam hidupnya. Kasih harus menjadi dasar utama selain iman dan pengharapan. Kasih harus menjadi bagian dari roh dan jiwa kita kepdapa Tuhan. Percuma bila kita memiliki iman dan pengharapan, tapi tak memiliki kasih, apa untungnya membangun hubungan dekat dengan Tuhan. Kita membangun  hubungan pribadi dengan Tuhan karena kita mengasihi Tuhan dengan segena hati dan jiwa kita.

MEMBANGUN HUBUNGAN KARENA KEBUTUHAN
          Manusia tidak saja memiliki kebutuhan jasmani melainkan rohani. Sekalipun kebutuhan jasmani seperti makan, minum, pakaian dan lainnya, manusia pun butuh rohaninya dipenuhi. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan rohani itu? Kebutuhan rohani yang dimaksud disini ialah menyangkut dengan ketenangan batin seseorang. Dapatkah makan, minum dan seluruh kekayaan kita dapat memberi ketenangan batin dalam hidup seseorang? Bukan saja perut kita yang diisi dengan makanan, melainkan rohani kita pun butuh diisi dengan ketenangan yang memberi damai sejahtera.
          Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan memberi tanda bahwa sebenarnya kita begitu butuh ketenangan batin, sehingga seluruh hidup dan karya kita membuahkan hasil yang baik. Sebagian orang lebih cenderung mencari ketenangan melalui berbagai hal yang dianggap dapat mengobati batinnya seperti hiburan malam dengan berbagai pesta pora miras, narkoba dls. Pertanyaan untuk kita, apakah solusi seperti itu sanggup membuat batin kita menjadi sehat? Tentu saja tidak mungki.
          Jalan satu-satunya mencari solusi menuju suasana batin yang aman, Alkitab menegaskan kalau hanya melalui Tuhan. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28). Perkataan Yesus ini merupakan suatu panggilan kepada setiap orang Kristen, kalau hanya melalui Yesus ada kelegaan. Maka, membangun hubungan pribadi dengan Tuhan merupakan solusi tepat akan kebutuhan rohani kita, tidak melalui jalan lain. Sebab bila kita melalui jalan pintas yang lain, ujung-ujungnya ialah kebinasaan.
          Tak dapat disangkal bahwa setiap manusia butuh kehidupan batin yang tenang, dan rohani (spiritual) yang segar. Sebab dengan memiliki batin rohani yang segar dan kuat, kita mampu menjalani hidup ini secara nyaman.         

LANGKAH MEMBANGUN HUBUNGAN PRIBADI DENGAN TUHAN
     Tiba pada bagaiman membangun hubungan pribadi dengan Tuhan yang efektif, ada beberapa langkah praktis yang dapat dikemukakan di bawah ini:

1.              Membangun hubungan di dalam Doa
Langkah pertama dimana seseorang membangun hubungan dekat dengan Tuhan ialah melalui DOA. Apa itu doa? Doa adalah komunikasi kita dengan Tuhan. Doa adalah nafas hidup kita. Seseorang yang hidup tanpa doa memberi tanda kalau membuat Tuhan jauh dari kita, padahal Tuhan itu begitu dekat dengan kita. Kita dapat merasakan Tuhan begitu dekat dengan kita hanya  sejauh doa kita. Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan dapat dipelajari dari hubungan pribadi Yesus dengan Bapa-Nya di sorga. Yesus selalu membagi waktu yang baik hanya untuk membangun hubungan yang akrab dengan Bapa-Nya melalui doa (Mat 14:23; Mrk 1:35, 6:46, Luk 9:29). Mengapa seperti itu? Sebab dengan berdoa secara pribadi kita dapat mengerti maksud dan rencana Tuhan dalam hidup kita, kita memperoleh kekuatan dari Tuhan, dan kita menjalani seluruh hidup dan karya kita berdasarkan maunya Tuhan dan bukan maunya kita.

2.              Membaca firman Tuhan (Alkitab)
Selain doa, seseorang yang membangun hubungan pribadi degan Tuhan, ia pun sangat perlu membaca firman Tuhan di dalam Alkitab. Ada banyak cara Tuhan menyampaikan maksud-Nya kepada manusia, dan salah satunya ialah melalui Alkitab. Firman Tuhan adalah pelita bagi setia kaki orang percaya dan terang bagi setiap langkahnya (Maz 119:105). Paulus menyurati jemaat di Filipi dan berkata bahwa di dalam firman Tuhan (Alkitab), kita diingatkan hanya melalui Yesus Kristus ada nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra, dan belas kasihan (lih. Fil 2:1).
Sesungguhnya setiap orang yang membaca dan merenungkan firman Tuhan, memberi tanda bahwa ia butuh Tuhan menyampaikan maksud-Nya. Kita akan memahami maksud dan rencana Tuhan dalam hidup ini, bila kita membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Ingat, sejumlah nabi dalam PL seperti Henokh, Metusalah, Abraham, Musa, Elia, Elisa, nabi Yesaya, Yheskiel, Daniel, dls, sanggup memahami maksud dan rencana Tuhan karena hubungan pribadi mereka yang begitu akrab dengan Tuhan.

3.              Melakukan perinta Tuhan
Orang yang membangun hubungan pribadi dengan Tuhan tidak saja berdoa dan memahami firman Tuhan secara pasif, melainan ada implementasi nyata dari doa dan perenungan firman Tuhan. Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (Yak 2:14-26). Artinya bahwa setiap orang yang membangun hubungan pribadi dengan Tuhan, tidak saja berdoa dan berhenti pada memahami firman Tuhan saja, melainan ada tindakan kongkrit pemberlakukan perintah Tuhan di tengah-tengah kehidupan nyata.

PENUTUP
          Akhir dari penyampaian ini saya hanya mengingatkan bahwa tidak ada satu model baku dan mujarab yang dijadikan sebagai standar yang dapat dipakai membangun hubungan dekat kita dengan Tuhan. Masing-masing orang mempunyai kedekatannya sendiri dengan Tuhan; alangkah baiknya bila itu difungsikan secara pribadi dengan Tuhan. Sedangkan yang saya sampaikan saat ini merupakan  petunjuk bagi kita yang pingin membangun hubungan pribadi dengan Tuhan jauh lebih akrab.
Demikian beberapa catatan sederhana, semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Syalom!!!
Pdt. Lucky Matui, S.Th

0 komentar:

Posting Komentar