Minggu, 07 Juli 2019

Juli 07, 2019

CARA MENYUSUN RENUNGAN


PENGANTAR
Berbicara tentang bagaimana menyusun satu renungan adalah bicara tentang suatu pekerjaan yang praktis dan tidak bersifat teoritis semata. Artinya, dalam menyusun renungan itu membutuhkan kerja praktis dari orang yang hendak merenungankan firman Tuhan untuk disampaikan. Beberapa pokok bahasan sehubungan dengan judul materi di atas antara lain : 1) Pemahaman renungan, 2) Landasan renungan, 3) Penyampai dan penerima firman, dan 4) Cara menyusun renungan. Kita segera mulai dengan pokok pertama.

1.     PEMAHAMAN RENUNGAN
Istilah renungan punya arti tersendiri. Kita merenung bila kita memusatkan pikiran pada satu pokok. Atau bila kita memikirkan sesuatu secara diam dan mendalam, itu kita sementara merenung. Pokok renungan kita secara khusus ialah firman Tuhan. Perlu diketahui bahwa firman Tuhan pada mulanya disampaikan secara lisan, yang harus direnungkan oleh penerima firman. Contohnya Maria, ketika ia menerima pesan dari malaikat Gabriel tentang kelahiran Juruselamat, ia secara mendalam merenungkan dalam hatinya (Luk. 1:29). Begitu pula setelah kelahiran Yesus, ketika para gembala menyampaikan berita kepadanya tentang Anak itu, dikatakan bahwa Maria menyimpan segala perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya (Luk. 2:19). Jelas bahwa perenungan merupakan upaya memahami sesuatu yang datangnya dari luar, yang walaupun disampaikan dalam bahasa yang sederhana, namun maknanya terselubung. Oleh karena itu proses perenungan terhadap firman Tuhan sangatlah penting dilakukan oleh setiap orang percaya dalam aspek kehidupannya setiap hari.

2.     LANDASAN RENUNGAN
Yang menjadi landasan satu-satunya menyusun renungan firman Tuhan adalah Alkitab. Menyusun renungan bukan bersumber dari buku-buku para ahli teologi, walaupun ia mahir dalam membahas masalah-masalah agama. Juga renungan tidak didasarkan pada pengalaman iman seseorang, betapa pun pengalaman itu menarik hati. Rasul Paulus menganjurkan kepada kita bahwa Alkitab merupakan sumber untuk mengajar, mendidik dan menasihati (lih. 2 Tim. 3:15-17). Itulah sebabnya Alkitab merupakan satu-satunya pokok pemberitaan renungan kepada setiap orang untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteraan (2 Tim. 3:15b dan 17).

3.     PENYAMPAI DAN PENERIMA RENUNGAN
3.1.  Penyampai
Penyampai renungan patut mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ia bebas memilih nats pembacaan Alkitab, kecuali itu sudah ditentukan oleh gereja (sinode, klasis dan jemaat) atau ia mengikuti daftar persekutuan pembaca Alkitab. Nats yang telah dipilih itu harus diteliti untuk mendapat apa yang disebut dengan pokok/inti berita. Seorang penyampai renungan patutlah berdoa meminta kuasa Tuhan hadir dalam pribadinya dan berbicara kepadanya melalui kuasa Roh Kudus. Penyampai firman sebagai “alat” untuk menyampaikan maksud dan rencana Tuhan bagi para pendengar. Karena itu ia sudah harus punya komitmen dengan Tuhan, bersedia membuka diri dan dipakai oleh Tuhan.
3.2.  Penerima
Obyek (pusat) penyampaian renungan oleh sang penyampai ialah kepada para pendengar (jemaat). Sebelum penyampai renungan menyampaikan renungannya kepada para pendengar – apakah itu PKB, PW, PAM atau PAR – ia harus mengenal kondisi pendengarnya, apakah kebutuhan rohani mereka, masalah-masalah apakah yang umum dialami oleh mereka dan lain sebagainya. Dengan mengetahui konteks pendengar itu, renungan firman Tuhan yang disampaikan akan mengena pada kebutuhan para penerima.

4.    MENYUSUN RENUNGAN
Pembahasan tentang cara menyusun renungan ini, saya tidak mengatakan kepada saudara-saudara bahwa cara inilah satu-satunya rumusan yang patent di pakai untuk menyusun suatu renungan. Saya percaya ada juga rumusan-rumusan lain yang mungkin bisa dipakai untuk saudara memahami firman Tuhan untuk disampaikan kepada pendengar.
Ada beberapa tahapan yang akan ditempuh oleh seorang penyampai renungan sebelum ia menyampaikan firman Tuhan kepada para pendengarnya, yaitu:
4.1. Tahap Persiapan Awal
Yang dimaksud dengan tahap persiapan awal adalah seorang penyampai firman Tuhan pertama ia harus membuka diri kepada Tuhan. Maksudnya, ia harus utama memohon bantuan Tuhan melalui kuasa Roh Kudus dalam doanya, untuk memberi hikmat guna memahami bagian firman Tuhan yang hendak direnungkan dan disampaikan.
4.2. Tahap Pembacaan Alkitab
Pada tahapan ini perlu diperhatikan baik oleh seorang penyampai firman Tuhan, bahwa isi tulisan di dalam Alkitab itu ditulis tidak semuanya dengan bahasa yang mudah dimengerti/dipahami. Sebab ada bagian-bagian tertentu dalam Alkitab yang ditulis menggunakan simbol-simbol, perumpamaan-perumpamaan, ceritera-ceritera dan nubuat-nubuat dengan bahasa yang perlu diartikan secara praktis untuk dimengerti. Oleh sebab itu, setiap perenung  firman Tuhan diharapkan dapat membaca nats Alkitab yang telah dipilih, paling kurang 3 (tiga) kali. Mengapa tiga kali? Bahwa dengan berkali-kali membaca bagian nats renungan dengan baik, dengan sendirinya perenung sebagai pemberita firman Tuhan itu dapat mengerti alur pikiran dari nats tersebut. Sangatlah tepat Marthen Luther menegaskan bahwa “khotbah yang baik adalah membaca Alkitab secara baik dan benar bagi para pendengar”. Apabila nats yang hendak direnungkan masih kurang jelas, ada nats-nats lain di sekitar nats renungan kita yang amat perlu dibaca; dan apabila ada nats-nats sejajar, seperti nats Matius 4:1-11 terdapat juga pada Markus 1:12-13 dan Lukas 4:1-13, si perenung perlu camkan secara baik demi memperoleh pemahaman yang tajam. Selain itu, ada pula nats-nats PL yang dikutip dalam PB yang sungguh perlu dibaca dalam rangka memahami nats yang hendak direnungkan itu. Untuk itu, ada beberapa alat bantu untuk memahami nats:
a.         Kamus Alkitab (lihat lampiran pada Alkitab)
b.         Konkordansi Alkitab (lihat catatan kaki ayat-ayat Alkitab)
c.         Pengantar suatu kitab ( ada juga terlampir dalam Alkitab dan ada pula buku-buku terpisah seperti buku Pengantar/Pembimbing PL  dan PB serta buku Tafsiran PL dan PB).
4.3. Tahap Renungan
Dalam tahapan ini diharapkan seorang perenung firman Tuhan dapat menyusun kerangka nats. Yang dimaksud dengan kerangka nats adalah tahap-tahap cerita atau pokok-pokok pikiran di dalam suatu nats pembacaan. Kita mengambil Matius 4:1-11 menjadi contoh untuk menyusun kerangka yang dimaksud.
Ayat 1-2    : Tuhan lapar ketika di gurun
Ayat 2-4    : Tuhan dicobai iblis membuat batu menjadi roti
Ayat 5-7    : Tuhan dicobai iblis untuk menjatuhkan diri dari bagunan Bait suci
Ayat 8-10  : Tuhan dicobai untuk menerima kuasa dengan menyembah iblis
Ayat 11     : Tuhan menang dan tidak dicobai iblis lagi
Dengan membuat/menyusun kerangka renungan seperti ini, kita dapat mudah mengetahui tahapan-tahapan ceritera mulai dari awal hingga pada suatu puncak atau klimaks ceritera. Dalam ceritera di atas dapat dilihat bahwa awal dari ceritera ialah ketika Yesus diajak iblis untuk membuat batu menjadi roti, lalu meningkat pada puncak atau klimaks ceritera ketika Yesus diminta untuk menjatuhkan diriNya dari atas bangunan Bait suci. Dan pada akhirnya akhir dari ceritera itu ialah iblis tidak lagi kembali mencobai Yesus karena kemenangan kuasaNya.
Dari hasil penyusunan kerangka itu, perenung diminta untuk melihat dengan cermat apa yang dapat ditarik sebagai refleksi di tengah-tengah kehidupan pribadi, persekutuan dan kehidupan sosial. Kalau sudah memperoleh bahan refleksi, perenung segera menyusun hasil dari renungan itu dalam suatu tulisan, yang nantinya dapat disampaikan kepada para pendengar. Nah, dalam penyusunan renungan itu, perlu membuat suatu pengantar renungan, yang bisa dikutip dari ayat 1-2, atau bias juga dengan pengalaman pencobaan seseorang (dari buku-buku kesaksian atau pun dari kesaksian hidup orang lain). Pengantar renungan sebaiknya jangan terlampau panjang, cukup sebagai pembuka renungan dan penjelasan latar belakang nats bagi pendengar.

PENUTUP
Diharapkan kepada kita semua bahwa pekerjaan renungan akan firman Tuhan, semata-mata bukanlah oleh seorang hamba Tuhan semata (Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil, Penatua dan Syamas), melainkan pekerjaan setiap warga Gereja. Setiap warga jemaat senantiasa merenungkan firman Tuhan sebagai santapan rohani dalam kehidupannya. Itulah sebabnya, lewat tulisan ini kita sama-sama dapat mengisi satu dengan yang lain lewat berita firman Tuhan, agar kita semakin mengetahui rencanaNya dalam hidup kita. Senantiasalah berdoa agar Tuhan selalu mengilhami RohNya yang kudus kepada kita untuk mengerti maksudNya.
Semoga bermanfaat!!!!


Buku Bacaan
1)             Wuwungan, O.E.Ch, Bina Warga, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997
2)             PGI, Berjalan Bersama, Manado : PGI Wilayah Sulut dan Sulteng, 1989
3)             Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Jakarta : 1996


0 komentar:

Posting Komentar