CARA MENYUSUN RENUNGAN
PENGANTAR
Berbicara tentang
bagaimana menyusun satu renungan adalah bicara tentang suatu pekerjaan yang
praktis dan tidak bersifat teoritis semata. Artinya, dalam menyusun renungan
itu membutuhkan kerja praktis dari orang yang hendak merenungankan firman Tuhan
untuk disampaikan. Beberapa pokok bahasan sehubungan dengan judul materi di
atas antara lain : 1) Pemahaman renungan, 2) Landasan renungan, 3) Penyampai
dan penerima firman, dan 4) Cara menyusun renungan. Kita segera mulai dengan
pokok pertama.
1. PEMAHAMAN RENUNGAN
Istilah renungan punya
arti tersendiri. Kita merenung bila kita memusatkan pikiran pada satu pokok.
Atau bila kita memikirkan sesuatu secara diam dan mendalam, itu kita sementara
merenung. Pokok renungan kita secara khusus ialah firman Tuhan. Perlu diketahui
bahwa firman Tuhan pada mulanya disampaikan secara lisan, yang harus
direnungkan oleh penerima firman. Contohnya Maria, ketika ia menerima pesan
dari malaikat Gabriel tentang kelahiran Juruselamat, ia secara mendalam
merenungkan dalam hatinya (Luk. 1:29). Begitu pula setelah kelahiran
Yesus, ketika para gembala menyampaikan berita kepadanya tentang Anak itu,
dikatakan bahwa Maria menyimpan segala perkara itu dalam hatinya dan
merenungkannya (Luk. 2:19). Jelas bahwa perenungan merupakan upaya
memahami sesuatu yang datangnya dari luar, yang walaupun disampaikan dalam
bahasa yang sederhana, namun maknanya terselubung. Oleh karena itu proses
perenungan terhadap firman Tuhan sangatlah penting dilakukan oleh setiap orang
percaya dalam aspek kehidupannya setiap hari.
2. LANDASAN RENUNGAN
Yang menjadi landasan
satu-satunya menyusun renungan firman Tuhan adalah Alkitab. Menyusun renungan
bukan bersumber dari buku-buku para ahli teologi, walaupun ia mahir dalam
membahas masalah-masalah agama. Juga renungan tidak didasarkan pada pengalaman
iman seseorang, betapa pun pengalaman itu menarik hati. Rasul Paulus
menganjurkan kepada kita bahwa Alkitab merupakan sumber untuk mengajar,
mendidik dan menasihati (lih. 2 Tim. 3:15-17). Itulah sebabnya Alkitab
merupakan satu-satunya pokok pemberitaan renungan kepada setiap orang untuk
memperoleh keselamatan dan kesejahteraan (2 Tim. 3:15b dan 17).
3. PENYAMPAI DAN PENERIMA RENUNGAN
3.1. Penyampai
Penyampai renungan patut
mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ia bebas memilih nats pembacaan Alkitab,
kecuali itu sudah ditentukan oleh gereja (sinode, klasis dan jemaat)
atau ia mengikuti daftar persekutuan pembaca Alkitab. Nats yang telah dipilih
itu harus diteliti untuk mendapat apa yang disebut dengan pokok/inti berita.
Seorang penyampai renungan patutlah berdoa meminta kuasa Tuhan hadir dalam
pribadinya dan berbicara kepadanya melalui kuasa Roh Kudus. Penyampai firman
sebagai “alat” untuk menyampaikan maksud dan rencana Tuhan bagi para
pendengar. Karena itu ia sudah harus punya komitmen dengan Tuhan, bersedia
membuka diri dan dipakai oleh Tuhan.
3.2. Penerima
Obyek (pusat) penyampaian renungan
oleh sang penyampai ialah kepada para pendengar (jemaat). Sebelum penyampai
renungan menyampaikan renungannya kepada para pendengar – apakah itu PKB, PW,
PAM atau PAR – ia harus mengenal kondisi pendengarnya, apakah kebutuhan rohani
mereka, masalah-masalah apakah yang umum dialami oleh mereka dan lain
sebagainya. Dengan mengetahui konteks pendengar itu, renungan firman Tuhan yang
disampaikan akan mengena pada kebutuhan para penerima.
4. MENYUSUN RENUNGAN
Pembahasan tentang cara
menyusun renungan ini, saya tidak mengatakan kepada saudara-saudara bahwa cara
inilah satu-satunya rumusan yang patent di pakai untuk menyusun suatu renungan.
Saya percaya ada juga rumusan-rumusan lain yang mungkin bisa dipakai untuk
saudara memahami firman Tuhan untuk disampaikan kepada pendengar.
Ada beberapa tahapan yang akan
ditempuh oleh seorang penyampai renungan sebelum ia menyampaikan firman Tuhan kepada
para pendengarnya, yaitu:
4.1. Tahap Persiapan Awal
Yang dimaksud dengan tahap persiapan
awal adalah seorang penyampai firman Tuhan pertama ia harus membuka diri kepada
Tuhan. Maksudnya, ia harus utama memohon bantuan Tuhan melalui kuasa Roh Kudus
dalam doanya, untuk memberi hikmat guna memahami bagian firman Tuhan yang
hendak direnungkan dan disampaikan.
4.2. Tahap Pembacaan Alkitab
Pada tahapan ini perlu diperhatikan
baik oleh seorang penyampai firman Tuhan, bahwa isi tulisan di dalam Alkitab
itu ditulis tidak semuanya dengan bahasa yang mudah dimengerti/dipahami. Sebab
ada bagian-bagian tertentu dalam Alkitab yang ditulis menggunakan
simbol-simbol, perumpamaan-perumpamaan, ceritera-ceritera dan nubuat-nubuat
dengan bahasa yang perlu diartikan secara praktis untuk dimengerti. Oleh sebab
itu, setiap perenung firman Tuhan diharapkan dapat membaca nats Alkitab
yang telah dipilih, paling kurang 3 (tiga) kali. Mengapa tiga kali? Bahwa dengan
berkali-kali membaca bagian nats renungan dengan baik, dengan sendirinya
perenung sebagai pemberita firman Tuhan itu dapat mengerti alur pikiran dari
nats tersebut. Sangatlah tepat Marthen Luther menegaskan bahwa “khotbah yang
baik adalah membaca Alkitab secara baik dan benar bagi para pendengar”. Apabila
nats yang hendak direnungkan masih kurang jelas, ada nats-nats lain di sekitar
nats renungan kita yang amat perlu dibaca; dan apabila ada nats-nats sejajar,
seperti nats Matius 4:1-11 terdapat juga pada Markus 1:12-13 dan Lukas 4:1-13,
si perenung perlu camkan secara baik demi memperoleh pemahaman yang tajam.
Selain itu, ada pula nats-nats PL yang dikutip dalam PB yang sungguh perlu
dibaca dalam rangka memahami nats yang hendak direnungkan itu. Untuk itu, ada
beberapa alat bantu untuk memahami nats:
a. Kamus Alkitab (lihat lampiran pada Alkitab)
b. Konkordansi Alkitab (lihat catatan kaki ayat-ayat Alkitab)
c. Pengantar suatu kitab ( ada juga terlampir dalam Alkitab dan ada pula
buku-buku terpisah seperti buku Pengantar/Pembimbing PL dan PB serta buku
Tafsiran PL dan PB).
4.3. Tahap Renungan
Dalam tahapan ini diharapkan seorang
perenung firman Tuhan dapat menyusun kerangka nats. Yang dimaksud dengan
kerangka nats adalah tahap-tahap cerita atau pokok-pokok pikiran di dalam suatu
nats pembacaan. Kita mengambil Matius 4:1-11 menjadi contoh untuk menyusun
kerangka yang dimaksud.
Ayat 1-2
: Tuhan lapar ketika di gurun
Ayat 2-4
: Tuhan dicobai iblis membuat batu menjadi roti
Ayat 5-7 :
Tuhan dicobai iblis untuk menjatuhkan diri dari bagunan Bait suci
Ayat 8-10 :
Tuhan dicobai untuk menerima kuasa dengan menyembah iblis
Ayat 11
: Tuhan menang dan tidak dicobai iblis lagi
Dengan membuat/menyusun
kerangka renungan seperti ini, kita dapat mudah mengetahui tahapan-tahapan
ceritera mulai dari awal hingga pada suatu puncak atau klimaks ceritera. Dalam
ceritera di atas dapat dilihat bahwa awal dari ceritera ialah ketika Yesus
diajak iblis untuk membuat batu menjadi roti, lalu meningkat pada puncak atau
klimaks ceritera ketika Yesus diminta untuk menjatuhkan diriNya dari atas
bangunan Bait suci. Dan pada akhirnya akhir dari ceritera itu ialah iblis tidak
lagi kembali mencobai Yesus karena kemenangan kuasaNya.
Dari hasil penyusunan
kerangka itu, perenung diminta untuk melihat dengan cermat apa yang dapat
ditarik sebagai refleksi di tengah-tengah kehidupan pribadi, persekutuan dan
kehidupan sosial. Kalau sudah memperoleh bahan refleksi, perenung segera
menyusun hasil dari renungan itu dalam suatu tulisan, yang nantinya dapat
disampaikan kepada para pendengar. Nah, dalam penyusunan renungan itu, perlu
membuat suatu pengantar renungan, yang bisa dikutip dari ayat 1-2, atau bias
juga dengan pengalaman pencobaan seseorang (dari buku-buku kesaksian atau pun
dari kesaksian hidup orang lain). Pengantar renungan sebaiknya jangan terlampau
panjang, cukup sebagai pembuka renungan dan penjelasan latar belakang nats bagi
pendengar.
PENUTUP
Diharapkan kepada kita
semua bahwa pekerjaan renungan akan firman Tuhan, semata-mata bukanlah oleh
seorang hamba Tuhan semata (Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil, Penatua dan
Syamas), melainkan pekerjaan setiap warga Gereja. Setiap warga jemaat
senantiasa merenungkan firman Tuhan sebagai santapan rohani dalam kehidupannya.
Itulah sebabnya, lewat tulisan ini kita sama-sama dapat mengisi satu dengan
yang lain lewat berita firman Tuhan, agar kita semakin mengetahui rencanaNya
dalam hidup kita. Senantiasalah berdoa agar Tuhan selalu mengilhami RohNya yang
kudus kepada kita untuk mengerti maksudNya.
Semoga bermanfaat!!!!
Buku Bacaan
1)
Wuwungan, O.E.Ch, Bina Warga, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997
2)
PGI, Berjalan
Bersama, Manado : PGI Wilayah Sulut dan Sulteng, 1989
3)
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Jakarta : 1996
0 komentar:
Posting Komentar