ALLAH BEBAS MEMILIH DAN
MENGASIHI
Roma 9:14-26
POKOK PIKIRAN
- Ayat 1-5 : Israel adalah bangsa pilihan Allah
- Ayat 6-13 : Allah bebas menentukan pilihan-Nya
- Ayat 14-29 : Allah bebas menyatakan kasihan-Nya
PENGANTAR
Surat Roma ditulis Paulus pada akhir perjalanan yang ketiga penginjilannya (Rm
15:25). Setelah mengaku percaya pada
Yesus Kristus, Paulus begitu dimusuhi oleh kaum bangsanya, Yahudi, sehingga ia
menjadi target pembunuhan mereka.
Pada satu sisi rasul ini begitu mencintai orang-orang sebangsanya, tetapi di sisi lain ia lebih
cenderung terpanggil menginjili suku-suku lain di luar bangsanya, sehingga ia
dijuluki sebagai “rasul orang-orang kafir.” Sekalipun ia menginjili orang-orang
dari suku bangsa lain, namun perhatian pada suku bangsanya tetap terjaga.
Pada bagian pembacaan kita kali ini (9:1-29), Paulus memberikan pemahaman
teologinya kepada kaum Yahudi bahwa keselamatan manusia (Yahudi maupun non-Yahudi)
ada di dalam dan melalui Yesus Kristus. Sekalipun bangsa Yahudi (Israel)
merupakan bangsa yang dipilih khusus dan memperoleh perjanjian dengan Allah,
tetapi kasih keselamatan tidak saja diperuntukan kepada bangsanya itu melainan
untuk semua suku bangsa. Keselamatan Allah yang diberlakukan dalam dunia adalah
bersifat universal (umum) dan tidak partikularistik (khusus). Sekalipun ia tahu
betul kalau Yesus Kristus, Juruselamat dunia itu, hadir melalui bangsanya
sendiri, Israel, tetapi keselamatan bukan hanya diperuntukan kepada mereka
melainan kepada semua bangsa. Pandangan teologis Paulus inilah yang mendasari catatan
surat Paulus pada fasal yang akan kita jadikan sebagai bahan perenungan firman
Tuhan kali ini.
Fasal 9:1-29 adalah catatan surat
Paulus yang bersifat pribadi, karena ia membahas tentang rahasia pekerjaan
Allah dalam sejarah. Rasul Paulus adalah seorang Yahudi, dan ia mengasihi
bangsanya. Tetapi ia merasa kalau bangsanya itu gagal dan tidak mau mengakui
berita tentang Yesus Kristus. Mengapa bisa sampai seperti itu? Apakah ada
seberkas harapan untuk mereka dari Allah? Ataukah Allah telah membuang mereka
dan mereka kehilangan statusnya sebagai bangsa perjanjian? Berbicara soal ini
Paulus begitu menyadari kalau ia pun sedang menyinggung soal pribadinya sendiri
sebagai anak suku bangsa itu.
ISI RENUNGAN
1.
Israel adalah bangsa pilihan Allah (1-5)
Sesungguhnya Paulus menyatakan pandangan teologinya kepada kaum bangsa
Yahudi tidak berdasarkan pada pikiran teologi manusianya, melainkan berdasarkan
pada Yesus Kristus dan Roh Kudus. Ia menegaskan bahwa tidak dapat disangkal dan
dirubah status bangsa Israel sebagai bangsa perjanjian Allah. Bahwa Allah
memilih Israel dan mereka diangkat sebagai anak dari Allah, yang memperoleh
kemuliaan, perjanjian, hukum Taurat, ibadah dan janji-janji Allah, yang
notabene tak dimiliki oleh suku bangsa lain. Ini suatu kekhususan dari
orang-orang Yahudi. Apalagi, Yesus Kristus, Anaka Allah (Mesias), Juruselamat
manusia, dihadirkan Allah melalui suku Israel (Yahudi). Menurut Paulus, ini
suatu kemuliaan bangi orang-orang Yahudi, yang tak dimiliki oleh suku bangsa
lain dalam dunia ini. Tetapi sayang, orang-orang Yahudi tidak mengakui Yesus
Kristus dan menerima Injil keselamatan Allah di dalam kehidupan iman mereka.
Hal ini yang sangat disesali Paulus sepanjang karienya.
2.
Allah bebas menentukan pilihan-Nya (6-13)
Sekalipun orang Yahudi tidak mengakui dan menolak Yesus sebagai
Juruselamat, namun ia tegaskan bahwa janji Allah tetap ada dan berlaku, baik
kepada orang-orang Yahudi sampai sekarang (saat Paulus menulis surat ini).
Tetapi, ada tetapinya, bahwa Allah itu mempunyai kuasa dan kebebasan untuk
menentukan pilihan. Hal ini Paulus memberi contoh kisah beberapa tokoh leluhur
bangsa Israel, tentang bagaimana Allah punya hak menentukan pilihan-Nya kepada
siapa Ia mengadakan perjanjian itu.
Paulus berkata bahwa sekalipun Abraham memiliki dua orang anak laki-laki,
dari perempuan yang berbeda: Hagar mempunyai Ismael
dan Sara mempunyai Isak, tetapi Isak-lah yang dipilih Allah sebagai anak
perjanjian-Nya. Begitu pula dengan kisah Ribra yang memiliki dua orang anak
kembar, Esau dan Yakub. Di antara kedua anak kandung Isak itu, Allah jauh lebih
memilik ikatan perjanjian dengan Isak dibanding dengan Esau.
3.
Allah bebas menyatakan kasih-Nya (14-18)
Pertanyaan untuk kaum Yahudi, apakah dengan keputusan Allah sedemikan itu,
yang kelihatan pilih kasih,
memastikan kalau Allah tidak adil? Menurut Paulus, Mustahil! Artinya, tidak
mungkinlah Allah bertidak pilih kasih seperti itu. Paulus menunjukkan contoh
kongkrit dalam PL tentang sejarah pembebasan bangsa Israel di Mesir. Bahwa
Allah menegaskan kepada nabi Musa bahwa Ia punya kuasa dan kebebasan mutlak
dalam menentukan pilihan belas kasihannya kepada siapa saja; bukan karena perbuatan/kehendak orang
melainkan karena kemurahan hati Allah.
Ketika bangsa Israel berjuang untuk membebaskan dirinya
dari belenggu penindasan di Mesir, Musa berjuang berkali-kali membebaskan
bangsanya, tetapi Firaun keras hati mempertahankan bangsa itu. Mulai dengan
tula pertama sampai kesepuluh barulah Allah membebaskan bangsa Israel meninggalkan tanah Mesir dengan
kuasa Tuhan yang perkasa. Menurut Paulus, hati seorang Firaun menjadi keras karena
maksud rencana dan rancangan Allah, agar bangsa
Israel percaya bahwa yang membebaskan mereka bukanlah hasil usahanya melainkan
kehendak bebas Allah (17-18).
4.
Bangsa lain pun Allah menyatakan kasih-Nya
Lalu, siapa yang harus dipersalahkan dari kisah di atas? Apakah Tuhan yang pilih kasih dan tidak adil itu, atau siapa?
Menjawab pertanyaan itu, Paulus menegaskan dengan keras bahwa siapakah manusia
itu, yang berani sekali dengan lancang menyalahkan Tuhan? Ia memberi gambaran pendek tentang tukang perik dan tanah liatnya. Bahwa tukang periku mempunyai
hak atas tanah liatnya; ia bebas membuat periuk sesuka hatinya sesuai dengan
maksud dan tujuannya. Karena itu, siapakah dengan manusia itu, yang berani
sekali mengatur Tuhan sebagai penciptannya. Dapatkan manusia mengatur Allah
sesuai dengan kemaunnya sendiri? Tidak! Itu tidak mungkin. Tuhan-lah yang mempunyai hak penuh untuk memilih dan mengasihi.
Pandangan teologi Paulus ini menjadi pukulan telak bagi kau Yahudi bahwa
Allah itu punya kuasa yang tak terbatas. Ia memiliki hak untuk memilih dan
mengasihi semua orang, baik orang-orang Yahudi maupun non-Yahudi. Allah
menghadirkan Yesus Kristus membuka pintu perjanjian Allah, yaitu kehidupan
kekal di sorga, bukan saja kepada kaum Yahudi melainkan juga kaum non-Yahudi
yang percaya kepada-Nya selaku Mesias, Anak Allah yang hidup.
REFLEKSI
1. Kita harus bersyukur
bahwa kehadiran Yesus dalam hidup kita begitu berarti bagi keselamatan dunia.
Yesus harus diyakini sebagai Tuhan yang berkuasa atas hidup kita;
2. Tuhan yang kita sebah
adalah Tuhan yang berkuasa dan bebas menentukan pilihan-Nya. Kita tidak punya
kuasa untuk mengatur Tuhan sesuai dengan maunya kita.
3. Kita pun bersyukur karena
keselamatan yang dikaryakan oleh Allah di dalam Yesus Kristus, telah mendorong
kita semua meyakini bahwa keselamatan itu bukan diperuntukan kepada suku-suku
tertentu, melainkan kepada semua suku. Oleh karena Yesus Kristus, kita telah
dipersatukan dalam karya keselamatan yang telah menyatuhkan kita dari berbagai
suku yang berbeda, namun memiliki iman yang sama, yaitu kepada Yesus Kristus,
Tuhan dan Kepala Gereja kita.
Amin!!!
0 komentar:
Posting Komentar