ORANG
KECIL BERIMAN BESAR
Matius
15:21-28
(Sebuah refleksi singkat membangun iman
pada Yesus Kristus)
Coba
kita sama-sama memperhatikan satu kalimat yang diungkapkan Tuhan Yesus kepada
perempuan Kanaan: Tidak patut mengambil
roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing. Kita
garis bawahi satu kata, yang mungkin bagi kita amat terlalu kasar diungkapkan
Tuhan Yesus kepada Perempuan Kanaan itu, yaitu anjing.
Apa
maksud Yesus menyebut status perempuan Kanaan tadi sebagai anjing? Apakah perkataan Yesus merupakan hinaan langsung kepada
perempuan itu; ataukah dibalik perkataan “anjing” itu ada maksud tertentu oleh
Tuhan Yesus? Hal inilah yang kita akan pelajari bersama-sama di dalam bagian
pembacaan ini.
Jika
kita baca bagian pembacaan ini secara biasa-biasa saja, atau dalam bahasa
teologi disebut leterlik (memahami bacaan
ini secara huruf saja), maka janganlah berharap kita dapat menemukan arti
yang sebenarnya. Dan bila sampai kita hanya membaca dan mengerti uangkapan
Yesus itu secara hurufia (kata-kata saja),
maka kita akan berkesimpulan jelek, kalau Tuhan Yesus itu terlalu kasar, tidak
sopan dalam bertutur terhadap harga diri si perempuan Kanaan tadi. Jika ingin
mengetahui apa maksud Yesus menggunakan kata anjing terhadap perempuan itu, maka kita perlu mengetahui
latarbelakangnya; mengapa Tuhan Yesus menggunakan kata anjing kepada perempuan Kanaan itu.
Setelah
mempelajari bagian ini secara baik, Saya menemukan bahwa sebenarnay perkataan anjing oleh Tuhan Yesus itu merupakan
gambaran tentang kondisi pertentangan sosial/masyarakat yang sangat kuat,
antara masyarakat orang Yahudi dan masyarakat non-Yahudi. Oran Kanaan adalah
masyarakat non-Yahudi. Orang Yahudi menganggap orang-orang Kanaan sebagai
orang rendah dengan sebutan anjing
(bhs. Yunani “kuon”). Nah, dalam konteks pembacaan kita saat ini, Yesus sengaja
memakai bahasa orang Yahudi, yaitu kata anjing
itu kepada perempuan Kanaan, dan tentunya juga kepada kita di zaman ini (karena
kita bukan orang Yahudi), adalah hanya sebatas menegur sikap orang Yahudi yang
terlalu arogan, tidak manusiawi terhadap orang non-Yahudi. Kata yang dipakai
Tuhan Yesus bukanlah kuon melainkan kunarion yang berarti: anjing kecil.
Bagi
para pencinta anjing, anjing kecil berarti adalah hewan yang kecil dan tak
terlalu kuat; ia butuh disayang, dipelihara, dirawat dijaga dan diperlakukan
dengan baik. Bukan anjing jalanan sebagaimana yang dimengerti oleh kebanyakan
orang untuk menunjukkan makna negatif dibalik julukan anjing. Tuhan Yesus menyebut perempuan Kanaan itu sebagai kunarion, anjing kecil, yang pada
zamannya dipandang sebagai masyarakat kalangan bawah dan hina – lebih merupakan
sebuah ujian. Posisi rendah perempuan Kanaan itu berlapis dua: pertama, ia seorang perempuan, dan kedua, ia sebagai bangsa Kanaan.
Karena itu ia rentan terhadap perlakuan semena-mena.
Apakah
perempuan Kanaan itu tidak marah karena status dirinya disebut anjing oleh Tuhan Yesus? Tidak samasekali!
Karena memang dia sendiri sadar diri kalau ia bukan orang Yahudi (suatu kelompok masyarakat yang menganggap diri
lebih superior), dan ia pun adalah seorang perempuan yang lemah, tidak
masuk hitungan dalam struktur adat. Itulah sebabnya, ketika Tuhan menyebutnya
sebagai anjing, dia pun mengakuinya
bukan sebagai anjing benaran, tetapi sebagai gambaran orang kecil, rendah dan
tak masuk hitungan dalam struktur adat orang Yahudi. Karena itu, si perempuan
ini membalas perkataan Yesus dengan mengakui bahwa dirinya memang bukanlah anjing, benaran, tetapi bahwa dirinya
itu adalah orang kecil, orang lemah, orang yang tidak diperhitungkan dalam
kehidupan masyarakat. Sebab itu, ia butuh dikasihani, butuh diperhatiakan,
walau hanya sebentar. Hal itu tergambar dalam perkataannya: Benar Tuhan, namun anjing itu makan
remah-remah yang jatuh dari meja tuannya. Artinya, sebagai seorang
perempuan rendah, sebagai orang bukan Yahudi, sebagai orang kecil dan lemah,
masih mengharapkan kasih sayang dari orang-orang besar, kaya, bermartabat,
berwibawa, dls.
Perempuan
Kanaan itu melihat figur Yesus adalah Orang Besar yang memiliki kasih-kepedulian
dan kuasa untuk menolong. Yesus adalah Pribadi yang sudah pasti menolong. Yesus
tidak sama seperti orang-orang Yahudi lainnya, yang memang nyata-nyata
kehilangan kasih kepada orang-orang kecil. Itulah iman dari si perempuan Kanaan
itu. Bila kita lihat kronologis cerita perempuan Kanaan ini, sebenarnya imannya
itu bukan terlihat pada saat ia mengucapkan kalimat: Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja
tuannya, tetapi terbukti ketika ia terus saja memaksakan dirinya berjumpa
dengan Yesus. Kita dapat melihat bagaimana orang kecil ini memiliki iman dan
kerinduan yang besar mencari Tuhan Yesus. Belum tentu orang besar beriman
besar, dan belum tentu pula orang kecil beriman kecil (di zaman sekarang ini pun ada orang kecil beriman kecil dan ada pula
orang besar beriman besar; itu kenyataan hidup kita masa kini).
Belajar
dari orang kecil yang beriman besar, perempuan Kanaan ini, maka kita diajarkan
untuk selalu mencari dan mencari Yesus di dalam iman. Dalam menghadapi
persoalan hidup, tantangan hidup, beban hidup, cobalah kita berkaca dari si
perempuan Kanaan ini, yaitu tetap setia mencari Tuhan Yesus. Kita selayaknya
tahu dan harus percaya seperti si perempuan Kanaan tadi bahwa Yesus adalah
figur Orang Besar, yang tidak sama dengan orang-orang
besar di dunia ini, yang kasihnya tidak pilih kasih, yang kasihnya tidak melihat-lihat
orang, melainka kasihNya itu utuh kepada orang-orang yang tengah menghadapi
permasalahan hidup. Ingat, Tuhan Yesus tidak akan pernah mungkin memberimu remah-remah (ampas-ampas) dari berkatNya
kepada kita. Itu bukan sifat dan sikapNya yang sebenarnya. Yesus selalu memberi
dengan utuh segala yang dimilikiNya. Kalau orang-orang
besar di dunia ini, bila memberi pasti hitung-hitung, bukan? Kalau Tuhan
Yesus tidak!
Kalau
kita telah menyadari bahwa Tuhan Yesus kita adalah Pribadi yang berkuasa dan
penuh segalah kemurahanNya, maka apa yang seharusnya kita lakukan? Sederhana
saja. Kita mencari Dia di dalam iman kepercayaan yang utuh, tidak
setengah-setengah. Iman kepercayaan yang utuh dan solid adalah iman yang
mendekat dengan Tuhan, dan bersedia diri menerima apa adanya berkat yang
disediakan Tuhan kepada kita. Iman kita bukanlah iman yang menuntut Tuhan
memberi dengan besar, tetapi iman kita adalah iman yang sudah harus siap
menerima apa adanya dari Tuhan, walaupun kita tahu kalau Tuhan kita adalah
Pribadi yang kaya akan segala kemurahanNya. Iman kita bukanlah iman yang
menuntut, melainkan iman yang menyambut dengan syukur, sebagaimana doa Bapa
Kami yang diajarkan Yesus kepada kita, Berikanlah
makanan kami yang secukupnya. Belajarlah dari perkataan si perempuan Kanaan
tadi Benar Tuhan, namun anjing itu makan
remah-remah yang jatuh dari meja tuannya. Itu iman orang Kristen yang
sederhana, tetapi diperhitungkan Tuhan. Ingat perkataan Yesus setelah selesai
berdialog dengan perempuan Kanaan itu bahwa “Hai ibu besar imanmu…” Yang
berkata iman besar kan bukan para murid Yesus dan orang-orang Yahudi lainnya,
kan? Perkataan “iman besar” itu adalah dari Yesus sendiri. Karena itu, alangkah
baiknya bila iman kita kepadaNya diukur oleh Yesus, dan bukan oleh manusia.
Karena itu, biarkan diri kita mencari Yesus dan mengharapkan kasihnya, sehingga
ada saat tertentu Tuhan yg mengukur iman kita, seberapa besar kepadaNya. Amin.
Semoga bermanfaat!
Pdt. Lucky Matui, S.Th
**Syalom!!!**
0 komentar:
Posting Komentar