SALING
MENABUR KASIH
Kisah
Rasul 28:1-10
Ayat
1-6 : Kesan Iman terhindar dari
racun ular
Ayat
7-10 : Kesan iman mujizat kesembuhan
Perjalanan
terakhir rasul Paulus menuju pada kematiannya cukup dijelaskan pada Kisah Rasul
27-28. Lukas sungguh mengetahui perjalanan akhir Paulus itu, sebab dialah yang
menemani Paulus, melewati lautan dan badai menuju kota Roma, sebagai kota
tercurahnya darah Paulus. Lukas menuangkan kisah itu dalam bagian terakhir buku
Kisah Para Rasul ini yaitu pada fasal 27 dan 28, dan dialamatkan kepada
Teofilus. Kisah terakhir karya dan hidup Paulus diceritakan secara saksama
untuk membuktikan di pendengaran Teofilus kalau “rasul orang-orang kafir” itu
mengakhiri hidupnya di Italia, Roma. Ini sebuah kisah nyata yang dramatis.
Lukas membuktikan kepada Teofilus bahwa menuju pada detik-detika terakhir karya
Paulus tidak dilalui dalam suasana nyaman, melainkan dalam suasana kritis.
Kisah
28:1-10 memberikan penjelasan kalau selama 14 hari Paulus, Lukas dan
Aristarkhus (seorang dari Antiokhia) beserta awak kapal lainnya yang menumpang
sebuah kapal menuju Roma terkandas di pulau Malta, akibat badai yang hampir
menelan korban jiwa. Pulau Malta adalah sebuah pulau kecil yang luasnya
kira-kira 246 km persegi, dan letaknya di tengah-tengah Laut Tengah, 95 km di
selatan Sisilia. Pulau ini dihuni masyarakat Fenisia kira-kira abad 10 sM. Nama
pulau itu diambil dari bahasa setempat artinya “tempat perlindungan”.
Dalam
catatan penulis Lukas bahwa ketika Paulus tiba di pulau Malta, ada dua
peristiwa yang terjadi yang amat perlu diperhatikan oleh Teofilus.
1. Terhindar dari racun ular (1-6)
Dalam
bagian ayat-ayat ini menceritakan tentang bagaimana Paulus dan seluruh awak
kapal ditolong dengan ramah oleh penduduk pulau Malta. Dan dalam suasana akrab
mengelilingi api yang sedang menghangatkan badan para awak kapal itu, tiba-tiba
Paulus dipagut seekor ular berbisa. Peristiwa itu melahirkan opini penduduk
setempat kalau dewi keadilan sedang bermurkah terhadap Paulus, “Orang ini sudah
pasti seorang pembunuh, sebab meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak
dibiarkan hidup oleh dewi keadilan” (ayt. 4). Demikian perkataan beberapa orang
penduduk pulau Malta yang pada waktu itu menyaksikan Paulus dipagut ular. Sudah
pasti orang yang dipagut ular berbisa akan berdampak pada kematian, bila tidak
cepat-cepat diberi obat penangkal racun. Tetapi pada kenyataannya tidaklah
demikian. Paulus tetap kuat dan tetap baik kondisinya, walaupun ia tidak
meminum obat anti racun ular. Pada akhirnya Paulus bukan lagi dianggap sebagai
musuh dewi keadilan, melainkan seorang dewa. Ini peristiwa yang pertama.
2. Mujizat kesembuhan (7-10)
Lebih
lanjut Lukas menjelaskan kepada Teofilus bahwa bukan hanya mujizat bebas dari
pagutan ular berbisa itu, melainkan Paulus pun mendemonstrasikan kuasa Tuhan di
depan mata Pubelius, Gubernur pulau Malta, yang begutu baik menyambut dan
menjamu Paulus dan seluruh awak kapal itu. Kesembuhan ayah Pubelius dari
kesakitan demam dan disentri, menjadi kesaksian dan berita sukacita di
pendengaran dan hati seluruh masyarakat pulau Malta. Selama 3 (tiga) bulan
Paulus, Lukas dan Aristarkhus menetap di pulau Malta, mereka melakukan tugas
pelayanan kasih, yaitu tugas kemanusiaan, penyembuhan bagi mereka yang
mengalami kesakitan. Dan pada akhirnya, Lukas bercerita bahwa selama tiga bulan
di tengah-tengah masyarakat pulau Malta itu, mereka dihormati. Bahkan pada saat
mereka hendak berangkat menuju kota Roma, penduduk pulau itu menyediakan segala
bekal yang diperlukan Paulus. Inilah peristiwa yang kedua
Dari
cerita ini kita tidak mendapat penjelasan kalau Paulus selama tiga bulan di
pulau Malta, telah memberitakan Injil dan mendirikan sebuah jemaat Kristen di
tempat itu. Lukas tidak memberi keterangan itu. Penulis Injil ini hanya
menjelaskan bahwa yang dilakukan Paulus selama tiga bulan di Malta adalah
melakukan tugas kemanusiaan, tugas pelayanan kasih, bagi mereka yang haus akan
sentuhan kasih yang nyata. Muncul pertannyaan: “Mengapa Paulus tidak
memberitakan Injil Kristus kepada masyarakat pulau itu? Mengapa ia tidak
memperkenalkan figur Yesus kepada masyarakat setempat, dan sekaligus mendirikan
jemaat Kristen di pulau itu, sebagai basis penginjilan di masa depan, sesuai
dengan visi dan misinya? Jawabannya hanya singkat saja. Karena mereka telah
memiliki Kasih. Penduduk pulau Malta adalah penduduk bukan Kristen, melainkan
penduduk yang berlatar belakang “kafir”. Walaupun “kafir”, artinya mereka tidak
tahu tentang Kristus, tetapi bagi Paulus, penduduk itu telah mempraktekan kasih
Kristus yang nyata kepada sesama. Penduduk itu telah menunjukkan nilai-nilai
praktis Injili. Di dalam agama yang tak mengetahui tentang Kristus, tetapi
mereka mempraktekan tentang nilai-nilai kasih Kristus. Karena itu, sangatlah
tepat dan sungguh mengangumkan kalau nama pulau itu “tempat perlindungan”.
Malta, artinya: “Tempat Perlindungan”. Tuhan sungguh luar biasa, Ia memakai
pulau kecil itu menjadi tempat perlindungan bagi Paulus dan teman-temannya.
Malta menjadi pulau penghiburan terakhir bagi Paulus, sebelum menuju pada
kematiannya di Roma. Kehendak Tuhan mengantar Paulus dan rekan-rekannya
berlindung di pulau Malta, adalah dalam rangka menunjukkan kepada Paulus bahwa
pulau yang tak mengenal Kristus itu, terpancar kasih Kristus, dan Paulus akan
hidup dalam perlindungan.
Bertolak
dari pengalaman pahit ketika menempuh badai di laut dan memiliki kesaksian
hidup di pulau Malta, Paulus, ketika tiba di Roma ia menulis surat
kepada jemaat Kristen di Filipi “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)
a)
Pesan kepada Teofilus:
Apa
maksud Lukas menceritakan kisah ini kepada Teofilus? Ada dua hal, yaitu:
Pertama:
agar Teofilus belajar dari kisah hidup Paulus. Lukas mengharapkan Teofilus, di
saat menghadapi berbagai benturan hidup, ia tetap mengharapkan kekuatan yang
datangnya dari Tuhan. Segala pergumulan hidup senantiasa ditanggung bukan di
dalam diri manusia, melainkan di dalam Kristus yang memberikan kekuatan
kepadanya. Artinya, janganlah Teofilus mengharapkan Tuhan mengikuti kehendaknya,
melainkan dia-lah yang harus mengikuti kehendak Tuhan. Kedua: agar
Teofilus senantiasa menaburkan perbuatan kasih kepada siapa saja, sekalipun
tidak seiman dengannya. Sebab dengan menabur kasih ada penghormatan, penghargaan
dari orang lain kepadanya, dan bahkan Teofilus senantiasa dipeduli oleh
sesamanya.
b)
Pesan kepada umat dewasa ini
Menyaksikan
tentang Yesus pertama-tama diawali dengan perbuatan kasih yang nyata secara
praktis. Injil praktis menjadi “pintu masuk” bagi pemberitaan Injil dalam
bentuk sabda. Perbuatan kasih yang nyata secara praktis merupakan langkah yang
paling utama, sebelum kita melaksanakan pemberitaan Injil dalam bentuk sabda.
Hal inilah yang dilakukan Paulus dan menjadi contoh kongkrit dalam segala
pelayanan gereja dewasa ini.
Jangan
bosan-bosan menaburkan perbuatan-perbuatan Injil kepada sesama kita, sebab
suatu kelak nanti ia akan menjadi tempat perlindungan bagi kita. Selama nafas
ini masih ada, berbuatlah kebaikan kepada sesama kita, sebab disuatu saat dia
akan menjadi berkat kepada kita disaat kita membutuhkan pertolongannya.
Semoga
bermanfaat!!!
Pdt. Lucky
Matui, S.Th
0 komentar:
Posting Komentar