Senin, 09 September 2019

September 09, 2019

SALING MENABUR KASIH
Kisah Rasul 28:1-10

Ayat 1-6     : Kesan Iman terhindar dari racun ular
Ayat 7-10   : Kesan iman mujizat kesembuhan

Perjalanan terakhir rasul Paulus menuju pada kematiannya cukup dijelaskan pada Kisah Rasul 27-28. Lukas sungguh mengetahui perjalanan akhir Paulus itu, sebab dialah yang menemani Paulus, melewati lautan dan badai menuju kota Roma, sebagai kota tercurahnya darah Paulus. Lukas menuangkan kisah itu dalam bagian terakhir buku Kisah Para Rasul ini yaitu pada fasal 27 dan 28, dan dialamatkan kepada Teofilus. Kisah terakhir karya dan hidup Paulus diceritakan secara saksama untuk membuktikan di pendengaran Teofilus kalau “rasul orang-orang kafir” itu mengakhiri hidupnya di Italia, Roma. Ini sebuah kisah nyata yang dramatis. Lukas membuktikan kepada Teofilus bahwa menuju pada detik-detika terakhir karya Paulus tidak dilalui dalam suasana nyaman, melainkan dalam suasana kritis.
Kisah 28:1-10 memberikan penjelasan kalau selama 14 hari Paulus, Lukas dan Aristarkhus (seorang dari Antiokhia) beserta awak kapal lainnya yang menumpang sebuah kapal menuju Roma terkandas di pulau Malta, akibat badai yang hampir menelan korban jiwa. Pulau Malta adalah sebuah pulau kecil yang luasnya kira-kira 246 km persegi, dan letaknya di tengah-tengah Laut Tengah, 95 km di selatan Sisilia. Pulau ini dihuni masyarakat Fenisia kira-kira abad 10 sM. Nama pulau itu diambil dari bahasa setempat artinya “tempat perlindungan”.
Dalam catatan penulis Lukas bahwa ketika Paulus tiba di pulau Malta, ada dua peristiwa yang terjadi yang amat perlu diperhatikan oleh Teofilus.
1.          Terhindar dari racun ular (1-6)
Dalam bagian ayat-ayat ini menceritakan tentang bagaimana Paulus dan seluruh awak kapal ditolong dengan ramah oleh penduduk pulau Malta. Dan dalam suasana akrab mengelilingi api yang sedang menghangatkan badan para awak kapal itu, tiba-tiba Paulus dipagut seekor ular berbisa. Peristiwa itu melahirkan opini penduduk setempat kalau dewi keadilan sedang bermurkah terhadap Paulus, “Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh dewi keadilan” (ayt. 4). Demikian perkataan beberapa orang penduduk pulau Malta yang pada waktu itu menyaksikan Paulus dipagut ular. Sudah pasti orang yang dipagut ular berbisa akan berdampak pada kematian, bila tidak cepat-cepat diberi obat penangkal racun. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Paulus tetap kuat dan tetap baik kondisinya, walaupun ia tidak meminum obat anti racun ular. Pada akhirnya Paulus bukan lagi dianggap sebagai musuh dewi keadilan, melainkan seorang dewa. Ini peristiwa yang pertama.
2.     Mujizat kesembuhan (7-10)
Lebih lanjut Lukas menjelaskan kepada Teofilus bahwa bukan hanya mujizat bebas dari pagutan ular berbisa itu, melainkan Paulus pun mendemonstrasikan kuasa Tuhan di depan mata Pubelius, Gubernur pulau Malta, yang begutu baik menyambut dan menjamu Paulus dan seluruh awak kapal itu. Kesembuhan ayah Pubelius dari kesakitan demam dan disentri, menjadi kesaksian dan berita sukacita di pendengaran dan hati seluruh masyarakat pulau Malta. Selama 3 (tiga) bulan Paulus, Lukas dan Aristarkhus menetap di pulau Malta, mereka melakukan tugas pelayanan kasih, yaitu tugas kemanusiaan, penyembuhan bagi mereka yang mengalami kesakitan. Dan pada akhirnya, Lukas bercerita bahwa selama tiga bulan di tengah-tengah masyarakat pulau Malta itu, mereka dihormati. Bahkan pada saat mereka hendak berangkat menuju kota Roma, penduduk pulau itu menyediakan segala bekal yang diperlukan Paulus. Inilah peristiwa yang kedua
Dari cerita ini kita tidak mendapat penjelasan kalau Paulus selama tiga bulan di pulau Malta, telah memberitakan Injil dan mendirikan sebuah jemaat Kristen di tempat itu. Lukas tidak memberi keterangan itu. Penulis Injil ini hanya menjelaskan bahwa yang dilakukan Paulus selama tiga bulan di Malta adalah melakukan tugas kemanusiaan, tugas pelayanan kasih, bagi mereka yang haus akan sentuhan kasih yang nyata. Muncul pertannyaan: “Mengapa Paulus tidak memberitakan Injil Kristus kepada masyarakat pulau itu? Mengapa ia tidak memperkenalkan figur Yesus kepada masyarakat setempat, dan sekaligus mendirikan jemaat Kristen di pulau itu, sebagai basis penginjilan di masa depan, sesuai dengan visi dan misinya? Jawabannya hanya singkat saja. Karena mereka telah memiliki Kasih. Penduduk pulau Malta adalah penduduk bukan Kristen, melainkan penduduk yang berlatar belakang “kafir”. Walaupun “kafir”, artinya mereka tidak tahu tentang Kristus, tetapi bagi Paulus, penduduk itu telah mempraktekan kasih Kristus yang nyata kepada sesama. Penduduk itu telah menunjukkan nilai-nilai praktis Injili. Di dalam agama yang tak mengetahui tentang Kristus, tetapi mereka mempraktekan tentang nilai-nilai kasih Kristus. Karena itu, sangatlah tepat dan sungguh mengangumkan kalau nama pulau itu “tempat perlindungan”. Malta, artinya: “Tempat Perlindungan”. Tuhan sungguh luar biasa, Ia memakai pulau kecil itu menjadi tempat perlindungan bagi Paulus dan teman-temannya. Malta menjadi pulau penghiburan terakhir bagi Paulus, sebelum menuju pada kematiannya di Roma.  Kehendak Tuhan mengantar Paulus dan rekan-rekannya berlindung di pulau Malta, adalah dalam rangka menunjukkan kepada Paulus bahwa pulau yang tak mengenal Kristus itu, terpancar kasih Kristus, dan Paulus akan hidup dalam perlindungan.
Bertolak dari pengalaman pahit ketika menempuh badai di laut dan memiliki kesaksian hidup  di pulau Malta,  Paulus, ketika tiba di Roma ia menulis surat kepada jemaat Kristen di Filipi “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)
a)            Pesan kepada Teofilus:
Apa maksud Lukas menceritakan kisah ini kepada Teofilus? Ada dua hal, yaitu:
Pertama:  agar Teofilus belajar dari kisah hidup Paulus. Lukas mengharapkan Teofilus, di saat menghadapi berbagai benturan hidup, ia tetap mengharapkan kekuatan yang datangnya dari Tuhan. Segala pergumulan hidup senantiasa ditanggung bukan di dalam diri manusia, melainkan di dalam Kristus yang memberikan kekuatan kepadanya. Artinya, janganlah Teofilus mengharapkan Tuhan mengikuti kehendaknya, melainkan dia-lah yang harus mengikuti kehendak Tuhan. Kedua:    agar Teofilus senantiasa menaburkan perbuatan kasih kepada siapa saja, sekalipun tidak seiman dengannya. Sebab dengan menabur kasih ada penghormatan, penghargaan dari orang lain kepadanya, dan bahkan Teofilus senantiasa dipeduli oleh sesamanya.
b)           Pesan kepada umat dewasa ini
Menyaksikan tentang Yesus pertama-tama diawali dengan perbuatan kasih yang nyata secara praktis. Injil praktis menjadi “pintu masuk” bagi pemberitaan Injil dalam bentuk sabda. Perbuatan kasih yang nyata secara praktis merupakan langkah yang paling utama, sebelum kita melaksanakan pemberitaan Injil dalam bentuk sabda. Hal inilah yang dilakukan Paulus dan menjadi contoh kongkrit dalam segala pelayanan gereja dewasa ini.
Jangan bosan-bosan menaburkan perbuatan-perbuatan Injil kepada sesama kita, sebab suatu kelak nanti ia akan menjadi tempat perlindungan bagi kita. Selama nafas ini masih ada, berbuatlah kebaikan kepada sesama kita, sebab disuatu saat dia akan menjadi berkat kepada kita disaat kita membutuhkan pertolongannya.

Semoga bermanfaat!!!
Pdt. Lucky Matui, S.Th

0 komentar:

Posting Komentar