Minggu, 22 November 2020

November 22, 2020

 KASIH ADALAH PRINSIP HIDUP ORANG KRISTEN

1 Korintus 13:1-13

 

Si Semut dikasihi Tuhan
      Surat 1 Korintus 13:1-13, menurut saya, sudah tidak asing lagi di pendengaran kita, sebaba tulisan rasul Paulus ini sudah berkali-kali diajarkan oleh hamba-hamba Tuhan yang lain. Saat ini kita kembali merenungkannya sebagai pelajaran berharga, agar konsep dan praktek kasih tidak suram melainkan tetap hidup, kuat dan bertumbuh subur dalam kehidupan kita setiap waktu  dan tempat.

      Pasal 13 Surat 1 Korintus adalah lanjutan dari pembahasan Paulus tentang karunia rohani pada 1 Kor 14:1-25. Rasul Paulus menegaskan bahwa bila Jemaat Korintus mempunyai banyak karunia roh tapi tanpa memiliki kasih, hal itu tidak berguna sama sekali (ayat 1Kor 13:1-3). Tetapi, bila karunia-karunia rohani itu didasarkan di dalam kasih, sudah pasti sangat berguna bagi pertubumbuhan tubuh Kristus (persekutuan orang percaya). Sebagai satu-satunya keadaan dimana karunia rohani dapat memenuhi kehendak Allah, maka kasih haruslah menjadi prinsip yang mengendalikan semua manifestasi rohani. Karena itu, Paulus menasihati jemaat Korintus untuk "mengejar kasih itu dan berusaha memperoleh karunia Roh" (1Kor 14:1). Mereka harus dengan sungguh-sungguh menginginkan hal-hal dari Roh karena mereka dengan tulus ingin menolong, menghibur, dan memberkati orang lain dalam hidup ini.

      Bila kita membaca secara baik keseluruhan fasal ini, sesungguhnya menjelaskan tentang jemaat di Korintus, yang pada kenyataannya  dipenuhi dengan semangat membanggakan diri karena memiliki Roh. Mereka merasa bijaksana dan mempunyai pengetahuan khusus. Mereka menyombongkan kedewasaan spiritual, seolah-olah mereka telah mencapai tujuan iman yang sempurna, karena punya semua karunia roh, khususnya karunia berbahasa roh. Jemaat Korintus membanggakan dirinya sebagai orang-orang yang paling rohani (1 Kor 2:13-15). Selain itu, banyak pula persoalan lain di Korintus, seperti pertikaian internal antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain (1 Kor 1:11-12), bahkan semangat untuk membalas dendam kepada orang lain (1 Kor 6:1-8), tidak ada rasa peduli terhadap saudara-saudara yang imanya lebih lemah (1 Kor 8:7-13).

      Melihat panorama persoalan yang  rumit di tengah-tengah persekutuan Jemaat Korintus demikian, rasul Paulus hadir melalui suratnya menentang sikap kesombongan itu. Bagi Paulus, orang-orang Kristen Korintus telah menyangkal buah-buah Roh, sementara mereka lebih membanggakan karunia-karunia Roh itu. Itulah sebabnya Paulus menulis sebuah nyanyian tentang kasih di pasal 13 ini, untuk mencelikkan mata hati Jemaat Korintus bahwa apa yang telah dan sedang dibanggakan itu hanyalah sebuah kesia-siaan oleh karena mereka tidak memiliki hal yang utama, yakni Kasih (1 kor 12:31b). Paulus ingin menunjukkan bahwa penggunaan karunia rohani yang benar harus bersumber dari kasih, bukan dari keinginan roh manusia.

      Coba perhatikan ayat 1-3 fasal pembacaan kita, dimana rasul Paulus menggunakan kata “sekalipun”. Kata ini adalah kata penghubung untuk menandai perlawanan makna. Kata ini sama artinya dengan kata “meskupun”, atau “walaupun.” Paulus menegaskan bahwa “sekalipun aku dapat berkata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing”. “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat, mengetahui segala rahasia, memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu dan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku”. Dalam hal ini, menurut Paulus, kasih adalah segalanya, kasih adalah sumber dari karunia-karunia rohani, kasih adalah hakikat dan prinsip Allah, kasih adalah karakter Allah sendiri.

      Setelah menyampaikan ketegasan itu, rasul Paulus menyebutkan daftar tentang hakikat dan prinsip kasih Allah yang sesungguhnya kepada Jemaat Korintus, agar mereka dapat mengubah paradigma berpikir yang keliru dan kembali pada jalan pikiran Roh Allah yang hakiki. Perhatikanlah ayat 4-10 Paulus menjelaskan dua hal penting tentang hal kasih:

1.       Sifat Kasih Allah (4-7)

Sifat kasih Allah adalah sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak membangahkan diri dan tidak sombong. Kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih itu tidak bersukacita karena ketidakadilan, melainkan karena kebenaran. Kasih itu menutup segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

2.       Subtansi Kasih Allah (8-10)

Subtansi dari kasih Allah adalah kekal, ia tidak pernah berkesudahan. Nubuat para nabi dan rasul akan berakhir karena ia tidak sempurna; bahasa roh akan berhenti karena ia terbatas, pengetahuan manusia akan lenyap karena ia tidak lengkap. Tetapi, sekali lagi, kasih Allah tidak akan berkesudahan. Kenapa? Karena ketika Allah yang adalah Kasih itu, Yang Sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna akan lenyap. Artinya, ketika Tuhan Yesus Kristus datang dalam kesempurnaan-Nya, segala karunia yang Jemaat Korintus (bahkan kita sekarang ini) yang suka membangga-banggakan karunia itu pasti dilenyapkan oleh Dia.

      Setelah panjang lebar Paulus menjelaskan sifat dan subtansi Kasih Allah tadi, di ayat 11-12 ia mengajak Jemaat Korintus untuk bisa mengevaluasi diri bahwa mereka bukan lagi sebagai kanak-kanak yang berlaku seperti kanak-kanak, melainkan sudah dewasa dalam Tuhan, maka mereka harus meningalkan sifat kekanak-kanakan dan hidup menjadi orang dewasa di dalam Roh dan kebenaran.

      Dengan memahami nasihat Paulus ini, ada beberapa hal penting yang perlu kita maknai dalam hidup kita masing-masing maupun persekutuan berjemaat kita sekarang ini.

1.   Kasih adalah hal yang utama dalam kehidupan pribadi, keluarga dan persekutuan kita. Kasih itu bukan sebuah slogan, bukan kata-kata kosong, melainkan sebuah praktek yang nyata dalam setiap konteks kehidupan. Kasih itu tidak abstrak tetapi nyata. Kasih harus melandasi seluruh praktek kita dalam dunia ini. Kalau waktu lalu kita berselisih, sekarang kasih mendamaikan; kalau waktu lalu kita mendendam, sekarang memaafkan dan berdamai. Tak ada manfaatnya bila kita terlihat rohani, tetapi kita tidak memiliki kasih itu. Kasih harus diletakan dalam seluruh ruang dan pergerakan persekutuan, kesaksian dan pelayan kita semua dalam jemaat kita masing-masing. Ingat, Jemaat kita bertumbuh dan hidup sampai saat ini, hanya karena di dalam Roh Kasih Allah.

2.    Kita perlu belajar untuk rendah hati menggunakan semua talenta, karunia yang Tuhan berikan kepada kita, baik untuk pelayanan di gereja maupun di tempat kerja kita masing-masing. Kerendahan hati menunjukkan kalau Roh Kasih itu selalu menguasai kita untuk menjadi berarti bagi sesama (keluarga, di tempat kerja, masyarakat dan jemaat kita sendiri). Kita semua tahu bahwa  karunia-karunia itu penting dalam jemaat kita, tetapi janganlah karunia-karunia itu dijadikan sebagai ajang pamer kemampuan dan ajang pamer kesombongan rohani kita, melainkan untuk melayani Tuhan dan membuktikan kepada dunia bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Karakter Kasih Allah yang nyata, yang menjadikan diri kita menjadi anak-anak Tuhan yang setia mengasihi saudara kita, setiap orang dan semua orang, tanpa mengenal batas waktu dan tempat. Tuhan setia mengasihi kita. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar