RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah Paskah)
Minggu, 19 April 2020
TUHAN, KAYA DALAM RAHMATNYA
Filipi 2:4-5
Syalom! Saya percaya bahwa bagian ayat ini tentunya sudah
didengar melalui perenungan firman Tuhan pada ibadah Minggu pagi tadi. Namun,
tidak mengurangi pengetahuan saudara-saudara sekaliam, malam ini kita
merenungkan ayat 4 dan 5 dari Filipi 2:1-10.
Dalam dunia ini ada orang kaya, orang ekonomi menegah dan
orang miskin. Biasanya orang yang mapan dalam ekonominya, menampilkan segala
kekayaannya. Tidak salah bila media masa, media cetak dan media sosial selalu
mempublikasikan orang-orang tersebut. Padahal, kalau mau dilihat segala harta
kekayaan itu tidak mungkin dibawanya menuju sorga (bnd. Pkh 5:14).
Berbeda dengan Allah. Perlu diingat bahwa sekalipun Allah
itu berkuasa atas semua yang diciptakan-Nya, tetapi kekayaan paling terbesar
yang dimiliki-Nya ialah Kasih dan Rahmat-Nya. Paulus mau mengajak kita semua
memahami besarnya kekayaan Tuhan itu, yang dilimpahkan kepada manusia. Tuhan
tidak pernah menyelamatkan manusia dengan harta benda yang ada dalam dunia ini,
melainkan kekayaan kasih dan rahmat-Nya itu. Kematian dan kebangkitan Tuhan
Yesus Kristus membuktikan pada kita bahwa kekayaan karunia terbesar bagi
manusia ialah Yesus Kristus yang hadir dalam dunia ini, mati dan bangkit,
menebus dan memberi kemenangan bagi kita. Walaupun kita telah berdosa dan
melawan Tuhan, namun kekayaan kasih karunia-Nya diberikan kepada setiap orang
yang hidup di dalam-Nya.
Maka, demikian
yang seharusnya dilakukan oleh setiap manusia Kristen ialah mensyukuri kekayaan
Allah itu dalam kehidupannya. Syukur kepada Tuhan karena sepanjang dalam
pergumulan kita sampai saat ini, rahmat Tuhan dalam kebangkitan-Nya masih tetap
dirasakan, terutama kesehatan, kekuatan
dan nafas hidup yang diberikan Tuhan pada kita. Tuhan setia mencurahkan kekayaan kasih
dan rahmat-Nya. Amin. (Pdt.
Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah
Paskah) Senin, 20 April 2020
PENGHARAPAN
DI DALAM TUHAN
Yesaya 62:1-5
Syalom! Nabi Yesaya adalah seorang nabi PL
yang bekerja di zaman empat raja Yehuda, masing Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia. Nabi ini sebagai motivator
umat Israel agar tetap berpengharapan kepada Tuhan, sekembali dari pembuangan di Babel.
Menurut pemberitaan Yesaya, Tuhan akan membangun kehidupan kaum
Israel menjadi lebih baik, kota yang porakporanda bakal dibangun kembali.
Tetapi, nyatanya pesan-pesan spetakuler itu tak kunjung tiba. Umat
Israel merasa jenuh dan putusasa. Melihat kondisi umat seperti
itu, Yesaya
kembali memotivasikan umat Israel agar tetap punya
pengharapan pada Tuhan. Yesaya
benar-benar prihatin terhadap kehidupan bangsanya.
Pengharapan itu penting, sekalipun
penderitaan menekan. Apapun alasannya, Tuhan pasti menghadirkan
damai dan sukacita menyelimuti kehidupan kita.
Kapan? Tentu pertanyaan itu muncul dalam pikiran kita sekarang ini, saat sedang
dilanda bahaya penyebaran covid-19. Mungkin semua orang bisa memprediksi,
tetapi belum tentu memastikan waktunya dengan tepat, selain Tuhan. Apakah
menanti waktu pembebasan Tuhan yang sampai sekarang ini belum jelas pada kita,
membuat pengharapan orang percaya menjadi terkikis dan hilang? Ataukah, dengan
keadaan kesesakan yang masih dialami
ini, membuat kita semakin menyandarkan pengharapan pada Tuhan. Ingat,
pengharapan orang percaya sekali-kali bukan di luar Tuhan, bukan pada seseorang
yang dianggap hebat, melainkan hanya ada pada Tuhan. Ikuti sepenuh kemauannya
Tuhan, jangan sekali-kali mengikuti kemauannya kita. Dengan demikian,
pengharapan kita kepada-Nya diperhitungkan oleh Tuhan, dan DIA akan bertindak
berdasarkan janji-Nya, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 25:20b). Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
IBADAH UNSUR-UNSUR JEMAAT (Malam) Senin,
20 April 2020
KESELAMATAN ADALAH DARI TUHAN
Yunus 2:1-10
Syalom!!!
Saudara-saudara yang terkasih.
Nama Yunus berarti ‘merpati.’ Bahwa manusia menerima nama
binatang, merupakan gejala yang cukup biasa dalam Perjanjian Lama. Misalnya
Hulda (2 Raja. 22:14) berarti ‘tikus buta’, Debora (Hak. 4:4) berarti ‘lebah’,
dan Kaleb (Bil. 13:6) berarti ‘anjing,’ dan masih banyak lagi, sekitar empat
puluh nama seperti itu dalam kitab perjanjian lama.
Sebenarnya
kitab Yunus bukan sebuah kitab kenabian, melainkan sebuah kitab cerita
pembinaan yang pendek. Isi dari kitab ini lebih banyak membahas tentang seorang
nabi “Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer,” yang disebut namanya dalam 2 Raj 14:25;
Yun 1:1. Nabi Yunus bernubuat selama pemerintahan raja Yerobeam II (783-743 SM)
di Israel utara.
Bila
mencermat kitab Yunus dengan baik, maka kita akan menemukan suatu inti teologi
yang begitu sarat maknanya di dalam kitab empat fasal ini. Bahwa kitab ini
menjadi sebuah kitab yang mengritisi sikap kaum Yahudi yang mematok bahwa
keselamatan Allah hanya diperuntukan bagi kaum Yahudi (partikularisme);
sedangkan kaum di luar bangsa Yahudi wajib dibinasakan oleh Allah.
Keterpanggilan
kita dalam pelayanan gereja Tuhan itu terjadi karena panggilan Tuhan (Firman
Tuhan); Tuhan berfirman memanggil maka seseorang yang dipanggil itu
mengikuti-Nya. Kekuatan Firman Tuhan jauh melebihi kekuatan manusia, sehingga
mengubah sikap kita mengikuti maunya Tuhan. Firman Tuhan tak kenal kompromi
dengan siapapun orangnya. Intinya ialah dipanggil-dengar, ikut perintah yang
memanggil dan menjalankan seluruh tugas panggilan itu. Bila tidak mendengar dan
hendak meninggalkan panggilan Firman-Nya, ada banyak cara yang dipakai Tuhan
untuk mematahkan sikap itu.
Saudara-saudara yang terkasih.
Pembacaan
kita saat ini menceritakan tentang doa ucapan syukur nabi Yunus, selama tiga
hari tiga malam berada di dalam perut seekor ikan besar. Tentu saja kita sudah
paham mengapa sampai nabi Yunus berada di dalam perut ikan besar, bukan? Itu
akibat dari kekerasan hati dan keegoisan nabi Yunus terhadap panggilan Tuhan
pada dirinya untuk memberitakan firman Tuhan di kota Niniwe, ibu kota kerajaan
Asyur. Namun, setelah menyadari akan sikap dan kesombongannya, Yunus berbalik
dan memanggil Tuhan menolongnya. Tuhan yang disembah nabi Yunus dan oleh
seluruh kaum Israel, sebagaimana yang kita imani di dalam Yesus Kristus, yang
telah bangkit dari kematian-Nya, adalah Allah Yang Mahapengasih dan
Mahapenyayang. Ia tidak tingga diam
melainkan bertindak menolong nabi-Nya.
Dalam doa
syukur itu sang nabi hanya bisa berpasrah dan mengakui kemahakuasaan Tuhan pada
dirinya. Yunus merasa tidak nyaman terkurung dalam perut ikan besar itu; dan
itu kondisi yang benar-benar tidak menyenangkan bagi dirinya. Namun demikian,
sekali lagi, sang nabi sungguh-sungguh mengakui segala dosanya di hadapan
Tuhan. Pengakuan akan kemahakuasaan Tuhan itu, digambarkan jelas dalam doa
ucapan syukur sang nabi. Ada beberapa hal yang diungkapkan nabi Yunus terkait
dengan sifat Allah di dalam doa syukurnya. Mari kita lihat bersama-sama di
bawah ini:
1.
Allah itu Mahapendegar doa
Sesungguhnya Allah itu mendengar doa
nabi Yunus dan bertindak menyelamatkannya. Yunus secara gamblang mengungkapkan bahwa
sekalipun ia berada dalam situasi alam yang buruk, baik di dalam kondisi yang
hampir mati, ke pusat lautan yang berarus dan bergelombang, Tuhan sangat jelas
mendengar doanya. Ungkapan Yunus tentang Tuhan itu adalah Mahapendengar, bukan
sekedar untuk menyenangkan hati Tuhan agar ia diselamatkan oleh-Nya, melainkan
suatu pengakuan iman bahwa Tuhan itu adalah benar-benar Mahapendengar doa
setiap orang yang berada dalam kesesakan. Apakah Tuhan yang telah mendengar doa
Yunus di waktu lampau itu, sedang mendengar doa orang-orang percaya di waktu
sekarang, ataukah telinga-Nya telah ditutup rapat pada setiap doa kita? Alkitab
tidak pernah bohong dalam kesaksiannya. Bahwa Allah yang telah mendengar doa
nabi Yunus adalah Tuhan yang masih eksisi menyendengkan telinga-Nya, mendengar
setiap doa kita yang berada dalam kesesakan (lih. Maz 46:2, 138:7).
2.
Allah itu adalah Tuhan yang
menyelamatkan
Sesungguhnya Allah itu adalah Tuhan
yang tidak saja mendengar doa nabi
Yunus, melainkan bertindak menyelamatkan sang nabi. Dalam doanya, nabi Yunus
berkata pada Tuhan bahwa sekalipun air telah mengepung dan mengancam nyawanya, lumut
laut membelit kepalanya, ia tenggelam jauh di dasar bumi dan merasa letih lesu
pada hidupnya, Tuhan secara diam-diam bertindak cepat menolong dan
menyelamatkan nyawanya. Dan ketika Tuhan telah menyelamatkannya, Yunus dengan
tegas berkata bahwa bagi orang-orang yang teguh berpegang pada berhala-berhala
yang sia-sia, merekalah yang bersikap meninggalkan Tuhan, bukan Tuhan yang
meninggalkan mereka. Tetapi, bagi Yunus, dengan berbalik mencari Tuhan di dalam
doa syukur, sekalipun dalam kesesakan, ketakutan yang membelit jiwa, Tuhan
setia mendengar seruan kita dan bertindak menyelamatkan kita, Ingat, Tuhan yang
disembah nabi Yunus adalah Tuhan yang sama kita menyembah-Nya. Kalau sikap
Tuhan bertindak menolong nabi Yunus, maka percayalah bahwa Tuhan pun PASTI
bertindak menolong dan menyelamatkan kita dari kondisi kepanikan, ketakutan,
kegelisaan dan kesesakan, akibat virus corona yang sedang mengancam pribadi,
keluarga, pekerjaan, persekutuan jemaat, berbangsa dan bernegara kita.
Saudara-saudara yang terkasih.
Dua
pesan yang terkutib di dalam doa nabi Yunus di atas sangat diharapkan menjadi
prinsip iman kita kepada Tuhan. Ingat, Tuhan yang kita percaya dalam Yesus
Kristus, yang telah bangkit itu, telah membuktikan pada kita bahwa DIA tidak
mati melainkan hidup dan bertindak atas rasa kegentaran kita. Mengakhiri renungan
firman Tuhan ini, saya perlu mengingatkan kita bahwa “Tindakan penyelamatan
Tuhan adalah RAHASI dan berlangsung secara DIAM dalam hidup kita. Tidak ada
seorang pun yang tahu kapan berakhirnya wabah virus corona ini, tetapi yang
jelasnya Tuhan pasti bertindak secara diam menyelamatkan kita. Tuhan memberkati
kita semua. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah
Paskah) Selasa, 21 April
2020
BERHARGA DI
MATA TUHAN
Yesaya 43:4a
Syalom! Apa sih yang menjadi ukuran
manusia begitu berharga di mata Tuhan? Apakah ia serupa dan segambar dengan
Allah, ataukah manusia itu begitu dihargai dari segala ciptaan-Nya? Tidak juga
seperti itu, sahabatku. “Segala yang diciptakan Tuhan semuanya dikasihi-Nya,
karena Ia menciptakan di dalam kasih.” Baiklah, kalau memang itu jawabannya.
Tetapi, sekali lagi, mengapa manusia begitu berharga di mata Tuhan. Hal ini
perlu jelas bagi kita. Sepertinya pertanyaan ini diulangi lagi karena butuh
kepastian jawabannya. Iya kan?
Taukah
Anda kalau jantung kita berdetak dalam sehari sebanyak 100.000 kali, darah kita
mengalir melalui 17 juta mil alteri dalam tubuh manusia. Kita bicara dalam
sehari sebanyak 4.000 kata, bernafas sebanyak 20,000 kali, menggerakan otot sebanyak
750 kali, dan mengoperaskan 14 miliar sel otak. Siapakah yang melakukan
semuanya dalam diri manusia? Apakah diri kita sendiri ataukah Tuhan ikut
terlibat di dalamnya? Memang, kita segambar dengan Tuhan, tetapi itu belum
cukup kita berharga di mata-Nya. Sesungguhnya kita diciptakan Tuhan dengan
tangan-Nya sendiri, memperoleh nafas dari diri-Nya sendiri, dan Ia memberi
sifat-sifat yang ada pada-Nya pada kita. Ketiga hal inilah yang membuat kita
berharga di mata-Nya. Karena berharganya kita di mata Tuhan, tidak
tanggung-tanggung Ia hadir dalam Yesus Kristus, menderita, mati dan bangkit
untuk manusia. Harga kita mahal sehingga kematian dan kebangkitan-Nya pun mahal,
karena kasih yang tak pernah berkesudahan.
Singkat kata, kita berharga di mata Tuhan karena Ia menciptakan kita
dengan Kasih, bukan dengan keinginan suka-suka. Oleh dan sebab itu, mari, kita
semua menghargai diri dan hidup kita secara bertanggung jawab di tengah-tengah
situasi yang tidak nyaman sekarang ini. Amin. (Pdt. Lucky
Matui, S.Th)
RENUNGAN
IBADAH KELUARGA (Malam) Selasa,
21 April 2020
PERCAYALAH BUKAN KARENA HARUS
MELIHAT
Matius
12:38-42
Keluarga
yang Tuhan Yesus Kasihi…
Dalam peristiwa kebangkitan
Tuhan Yesus tertulis dalam keempat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) bahwa
murid-muridNya mendapati bahwa kubur itu
telah kosong. Menjadi
tanda tanya apakah benar Yesus sudah bangkit,
walaupun telah terlihat kubur itu telah kosong, dengan
kain kapan yang terletak di tanah dan tidak ada mayat Yesus disitu. Penjelasan
dari malaikat yang membuktikan bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah kebenaran,
rupanya tidak langsung membuat murid-murid
menjadi percaya karena ada diantaranya yang masih ragu-ragu
akan kebenaran itu, sebelum melihat tanda atau bukti, sebagaimana Tomas, salah
seorang dari murid Tuhan Yesus (Yohanes 20:24-29) yang tidak
percaya. Demikianlah karakter manusia pada umumnya, harus
melihat tanda atau bukti barulah percaya terhadap sesuatu hal yang terjadi di sekitar kita.
Hal ini mengingatkan kita
tentang perkataan Tuhan Yesus terhadap segala sesuatu yang akan terjadi melalui
kematian dan kebangkitanNya, ketika menanggapi pernyataan dari beberapa ahli
Taurat dan orang-orang Farisi yang berkata: “Guru,
kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu“ (ayat 38). Tentu ada alasan mengapa
mereka berkata demikian, karena selain hendak mencobai dan
mencari kesalahan Tuhan Yesus, mereka menunjukkan kemunafikan hati yang hanya berpura-pura
mengikuti Tuhan Yesus dengan menyebut-Nya
Guru; seolah-olah mau
menunjukkan sikap menghargai dan menghormati Tuhan Yesus,
padahal sebenarnya di balik sapaan itu tersimpan unsur penghinaan kepadaNya. Beberapa
ahli Taurat dan orang-orang Farisi meminta tanda untuk
membuktikan apakah benar Yesus Kristus adalah Mesias? Bagi
mereka, berbagai tanda-tanda
mujizat yang telah dilakukan Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya
tidak cukup meyakinkan mereka untuk menjadi percaya. Itulah sebabnya Tuhan
Yesus menyebut mereka angkatan yang jahat dan tidak setia (ayat 39).
Keluarga yang Tuhan Yesus Kasihi…
Menanggapi hal itu, Tuhan Yesus
tidak memberikan tanda seperti yang diharapkan mereka, tetapi Dia memberikan
tanda yang sudah pernah ada, yaitu tanda Yunus. Tanda
Yunus yang di sampaikan Tuhan Yesus mempunyai makna tentang kematian dan
kebangkitanNya, serta keadaan angkatan yang jahat itu
yakni orang-orang yang tidak percaya kepada
Yesus Kristus kelak pada masa penghakiman. Tuhan Yesus berkata: “sebagaimana Nabi Yunus tinggal dalam perut ikan selama tiga hari
tiga malam demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga
hari tiga malam “ (ayat 40). Dalam kisah nabi Yunus diceritakan bahwa
Yunus diutus menyatakan seruan penghakiman kepada orang-rang
Niniwe setelah dikeluarkan Allh dari perut ikan besar, setelah tiga hari tiga malam
berada didalamnya, demikian pula halnya yang mau disampaikan Tuhan Yesus bahwa
Dia juga akan ditelan oleh kematian selama tiga hari tiga malam, dan pada hari
yang ketiga Dia akan bangkit untuk menghakimi manusia. Jadi,
sebagaimana seruan penghakiman di sampaikan Yunus setelah keluar dari perut
ikan besar itu, begitu pula penghakiman Yesus terjadi setelah Dia bangkit dari
antara orang mati. Dan, tanda yang akan dialami oleh orang
Farisi dan Ahli Taurat atau orang-orang
yang menolak Tuhan Yesus adalah hukuman yang diberikan pada mereka kelak ketika
penghakiman itu terjadi. Menurut Tuhan Yesus, setiap
orang yang menolak-Nya tidak akan luput dari hukuman,
sedangkan setiap orang yang merespon dan bertobat
kepadanya diluputkan segala hukuman itu,
sebagaimana penduduk kota Niniwe yang segera bertobat saat
mendengar seruan penghukuman Allah oleh nabi Yunus(Yunus 3:1-10).
Pada bagian ini Tuhan Yesus
memberikan contoh pertobatan yang dialami oleh penduduk kota Niniwe dan
Ratu Syeba dari selatan, sebagai
tolak ukur kehidupan orang-orang Yahudi dalam meresponi
pengajaran Yesus, dan bagaimana kehidupan mereka kelak
dalam penghakiman. Sama seperti yang ditulis dalam kitab Injil lainnya, penulis
Injil Matius juga mencatat bahwa meskipun orang-orang
Yahudi setiap saat mendengar pengajaran Tuhan Yesus dan menyaksikan secara
langsung berbagai tanda mujizat yang di lakukan-Nya, mereka
tetap menolakNya. Meskipun Tuhan Yesus selalu ada ditengah-tengah
mereka namun hati mereka sama-sekali
tidak tersentuh oleh pengajaran Tuhan Yesus agar segera
bertobat. Walaupun
dalam segala hal, Yesus Kristus melebihi nabi Yunus dan raja
Salomo.
Berbeda dengan pertobatan orang-orang
Niniwe, mereka bertobat bukan karena melihat tanda-tanda
mujizat, melainkan bertobat hanya karena
mendengar pemberitaan nabi Yunus. Begitu pula halnya pertobatan Ratu Syeba
bukan karena melihat tanda-tanda mujizat,
melainkan dari tempat yang jauh dia datang hanya untuk mendengar hikmat dari
Salomo yang terkenal mahsyur dalam kepemimpinan sebagai Raja Israel. Untuk
itulah, Tuhan Yesus mengatakan bahwa kelak pada
waktu penghakiman terjadi, orang-orang
Niniwe dan Ratu Syeba yang mengalami pertobatan akan ikut untuk menghukum mereka (Ayat 41-42 ).
Keluarga
Yang Tuhan Yesus Kasihi…
Firman Tuhan ini mengingatkan
kita untuk sungguh-sungguh percaya kepada Allah, karena
Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus telah menjadi tanda agung keselamatan kita. Berita
kebangkitan Yesus telah kita dengar, maka
jangan pernah meragukan-Nya,
melainkan tetaplah teguh dan percaya akan kebenaran itu,
sebagaimana perkataan firman
Tuhan, “Berbahagialah
mereka yang tidak melihat namun percaya“ (Yoh 20:29b). Memang,
kecenderungan karakter setiap orang meminta bukti atau tanda, supaya
meyakinkannya percaya kepada Tuhan, tetapi apalah artinya semua itu? Bukankah
dengan bersikap demikian hidup kita tidak
jauh berbeda dengan beberapa orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat tadi? Mereka berkata kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu,“ merupakan
pertanyaan yang hanya untuk mencobai Tuhan Yesus Walaupun
mereka telah menyaksikan sendiri berbagai
tanda mujizat telah dilakukan Tuhan Yesus secara
nyata, dan lagi pula telah mendengar
langsung setiap pengajaran-Nya, sangat
disayangkan semua itu tidak mampu menyentuh hati mereka untuk bertobat.
Jika merenungkan
perjalanan hidup kita hingga saat ini, semua tidak terlepas dari berbagai bukti penyertaan
Tuhan yang terus dialami dalam hidup bersama keluarga maupun jemaat. Maka, bagian
Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita untuk lebih bersyukur atas semua
kebaikan Tuhan. Hal ini
menunjukkan bahwa Tuhan Yesus selalu ada di tengah-tengah
kehidupan ini, dan terus ada dalam berbagai kondisi kehidupan
kita. Situasi
saat ini dalam menghadapi wabah Covid 19 yang masih
menjadi pergumulan doa kita semua, Kuasa kebangkitanNya akan
senantiasa memberikan
harapan baru di dalam iman,
sehingga dalam segala hal jangan pernah meragukan kuasa-Nya. Jangan
mencobai Tuhan dengan segala keragu-raguan
kita dengan menunjukkan kualitas iman yang belum
sepenuhnya percaya kepada Kristus. Percayalah bukan karena harus melihat berbagai
tanda mujizat, melainkan percayalah karena
mendengar Firman Tuhan yang memimpin kepada pertobatan. Kita harus percaya
bahwa kelak, ketika
tiba saatnya Tuhan Yesus datang kembali sebagai Hakim
untuk menghakimi dunia ini, kita akan luput dari hukuman karena pilihan
hidup kita. Amin. (Pdt. Nova
Leaua, S.Si. Teol)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah
Paskah) Rabu, 22 April 2020
MENGELOLA RASA
TAKUT
Mazmur 91:5
Syalom! Pernakah sahabat-sahabat bertanya-tanya
mengapa semua manusia di muka bumi ini merasa takut? Saya yakin bahwa setiap
orang memiliki satu hal yang sering membuatnya menjadi takut. Iya kan? Seorang
ayah atau ibu misalnya, sering takut kalau ia kehilangan pekerjaannya, uang
ataupun takut jatuh sakit. Pemuda biasanya sering mengalami rasa takut itu,
tatkala kehilangan sahabatnya ataupun teman dekatnya, takut dikucilkan, takut
sendirian. Banyak hal yang sering membuat kita sering merasa takut. Untuk
sekarang ini ketakutan kita lebih cenderung berlebihan karena munculnya
penyebaran virus corona. Hal itu membuat sehingga banyak orang berkisar usia
50-an ke atas sedang intensif menjaga dirinya agar jangan tertular virus itu. Sebab, menurut
informasi medis dan fakta berita, orang-orang pada usia itu retan jadi korban.
Pokoknya, menurut kenyataan sekarang, kita semua sedang berada dalam rasa takut
secara global.
Tuhan
memang begitu adil menciptakan kita. Selain memberi kita rasa percaya diri,
Tuhan pun memberi rasa takut agar menjadi signal untuk mengawasi diri kita
sendiri. Andaikan kita kehilangan rasa takut itu, mana mungkin kita bisa
berdiam diri dalam rumah untuk memutuskan mata-rantai penyebaran virus corona
itu. Tetapi, dengan adanya rasa takut itu, membuat kita menjadi orang yang
disiplin menjaga kebersihan diri, menjaga doa kita tetap akrab dengan Tuhan,
membangun komunikasi dengan seisi keluarga dengan baik, dls. Namun demikian, pemazmur mengingatkan
kita bahwa ketakutan itu jangan sampai membuat kita kehilangan percaya pada
Tuhan, yang telah memberi rasa takut dalam diri kita. Andaikan rasa takut itu dikelola
secara baik di dalam kasih Tuhan, maka percaya, ia akan sangat berpotensi
menjadikan pribadi kita sebagai orang Kristen yang optimis dan bukan pesimis
dalam hidup ini. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah
Paskah) Rabu, 22
April 2020
JANJI YANG
MANIS
Yesaya 49:15
Syalom! Tahukah anda dengan lagu yang
berjudul “Janji yang Manis’? Seperti ini kata-kata pada bait pertama lagu itu: “Janji
yang manis:
‘Kau tak Ku lupakan, Tak terombang-ambing lagi jiwaku; Walau lembah hidupku penuh awan, Nanti kan cerahlah langit di atasku. Ref… “Kau tidak kan Aku lupakan, Aku memimpinmu, Aku membimbingmu; Kau tidak kan Aku lupakan Aku
Penolongmu, yakinlah teguh.” Nyanyian
diciptakan oleh Charles Hutchinson Gabriel. Ia adalah seorang penulis lagu-lagu
Injil dan komposer lagu-lagu Injil. Sekitar 7.000 dan 8.000 lagu, Gabriel lahir
pada 18 Agustus 1856 dan meninggal pada 14 September 1932. Ia adalah seorang
yang dibesarkan di tanah pertanian di Iowa, Amerika Serikat. Nah, Lagu “Janji
yang Manis” ini dalam bahasa Inggrisnya berjudul “I Will Not Forget Thee: “Aku tidak akan melupakanmu,” dan diberi
judul “Janji yang Manis,” mengikuti kalimat pembuka pada nyanyian tersebut.
Charles H.
Gabriel menciptakan lagu ini dikaitkan dengan Yesaya 49:15 dan Ibrani 13:5,
yang menekankan bahwa Allah telah berjanji tidak akan melupakan umat kepunyaan-Nya.
Lagu ini mengingatkan kita bahwa orang percaya memiliki Allah yang setia dan
memberikan janji yang sangat indah. Sehingga setiap orang percaya yakin bahwa
tidak ada yang dapat menghancurkan dan membinasakan jiwanya. Kalau bait pertama
lagu ini berfokus pada janji Tuhan, bait kedua berfokus pada keyakinan kita
kepada Tuhan, Sang Penebus kita. Lalu bait ketiga bicara tentang pemenuhan
janji Tuhan yang akan kita terima. Reff lagu ini mengarahkan perhatian kita
kepada janji Tuhan tidak akan melupakan dan meninggalkan kita. Kiranya lagu ini
menolong kita, walaupun berada di tengah-tengah pergumulan yang berat
sekalipun, tetapi tetap dapat melihat dan bersandar kepada Tuhan yang tidak
pernah melupakan kita. Kita harus percaya bahwa janji Tuhan itu tidak pernah
pahit, tetapi selalu manis, yaitu Ia tidak akan sedikitpun melupakan kita
sebagai umat pilihan-Nya. Tuhan memberkati kita semua. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah
Paskah) Kamis, 23 April 2020
TETAP
AMAN DALAM TANGAN TUHAN
Mazmur 31:1-25
Lagu “Slamat di Tangan Yesus,” tentu tidak asing bagi kita. Slamat di
tangan Yesus aman pelukan-Nya,
dalam teduh kasih-Nya aku
bahagia,” demikian sepenggal kata dari lagu KJ 388 ini. Lagu ini mengunggapkan perasaan aman,
tenang dan damai, ketika kita
ada dalam pimpinan tangan Tuhan. Setiap orang tentu menginginkan kehidupannya yang baik dan aman. Kata “aman” berarti bebas dari bahaya/gangguan, terlindung atau
tersembunyi, merasa tentram tidak kuatir dan takut. Menurut Alkitab, “aman” bukan sekedar pada tidak ada musuh/bencana/masalah yang menghadang hidup, tetapi kondisi batin yang percaya
pada Tuhan sebagai Pengendali hidup
kita.
Raja Daud mempunyai
masalah hidup yang amat berat, dan masalah itu membuatnya
tertekan batin, sehingga ia berseru dan bermohon
kepada Allah, dengan
harapan bahwa Allah menolongnya. Ada apa
dengan Allah, sehingga Daud memohon perlidungan-Nya? Karena hanya dengan Tuhan jiwanya merasa tenang dan
aman, hanya di dalam
Tuhan ada keselamatan, dan hanya di dalam Tuhan semua persoalan dapat
diselesaikan. Dalam hal, Daud sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan, bukan pada
kekuatannya. Menaruh harapan hidup pada Tuhan sebagai tempat perlindungan
adalah pilihan yang tepat, menurut Daud. Itulah
sebabnya ia merumuskan satu pengakuan iman yang sungguh-sungguh bahwa hidup aman hanya ada dalam tangan Tuhan. Tidak terasa sudah sebulan kita
ada dalam situasi wabah
Covid-19 yang
menjadi pergumulan semua orang. Persoalan ini mengguncang
dunia sehingga kita
merasa takut, lalu bertanya: “Kapan semua masalah ini berakhir?” Daud mengingatkan kita agar selalu berpengharapan kepada Tuhan, sambil berdoa dan yakin bahwa Yesus Kristus adalah tempat perlindungan bagi semua orang. Kebangkitan-Nya membuktikan kuasa-Nya melebihi segala pergumulan
apapun, termasuk
persoalan
kemanusiaan yang sementara terjadi. Tetaplah Percaya bahwa di dalam tangan
Tuhan kita pasti aman. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah
Paskah) Kamis, 23 April
2020
YESUS
MELIHAT IMAN DAN KERJA
Markus 2:5
Sepanjang
pelayanan Yesus dalam dunia, ada hal
terpenting yang dilihat Yesus pada setiap orang yang dilayani-Nya, baik mereka
yang mendengar pengajaran-Nya, yang memperoleh kesembuhan dari kesakitan, yaitu IMAN dan KERJA. Mengapa
iman dan kerja?
Karena iman dan kerja
memiliki nilai Kasih yang diharapkan Yesus pada setiap orang percaya. Iman
mengajak kita bekerja dan
percaya, dan Kerja mengajak Yesus bertindak menolong. Keempat orang yang
menggotong saudaranya yang lupuh memiliki dua hal ini, sehingga mendorong Yesus
bergerak menyembuhkan si lumpuh itu. Apa
itu iman? Dalam PL
“iman,”
(bahasa
Ibrani “emun”)
dimengerti orang Israel sebagai
kepercayaan utuh hanya kepada Allah yang diyakini sebagai Pencipta, Pembebas, Penolong.
Bahasa Ibrani dan juga Arab menyebut “iman” berkaitan dengan kata “aman”. Singkat kata,
“iman” berarti mantap, teguh, kokoh, stabil, tak tergoncangkan.
Keempat orang yang menggotong si lumpuh ini memiliki iman
dan kerja yang nyata, bukan pura-pura demi kepentingan kesembuhan saudaranya.
Karena iman, mereka percaya Yesus sanggup menyembuhkan dan mengampuni dosa, dan
dengan kerja bersama, Yesus sanggup mengerti harapan mereka. Itulah sebabnya
Yesus, tanpa basa-basi berkata: “Hai
anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Yesus punya hati kasih, Ia sanggup
mengampuni dosa dan menyembuhkan segala kondisi sakit yang sedang kita alami
sekarang ini. Tanpa disadari kalau kita sedang sakit kerinduan akan kebebasan
dari virus corona yang sedang mengganggu kehidupan sosial dan keagamaan kita.
Iman dan kerja kita yang selama ini hanya di rumah saja, sedang mengajak Tuhan
memperhatikan dan bertindak menolong kita untuk bebas dari kelumpuhan sosial
dan keagamaan yang sedang terjadi saat ini. Oleh sebab itu, iman dan kerja
bersama merupakan dua hal penting yang dapat mengundang Tuhan bertindak
menolong kita. Tuhan memberkati saudara sekalian! Amin. (Pdt. Lucky Matui,
S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah
Paskah) Jumat, 24 April 2020
BERHARGA BAGI ALLAH
Yesaya 43 : 1 - 7
Kalau ada yang
bertanya padamu, “Apa
yang paling berharga yang kamu miliki?” Tentu
setiap orang memiliki jawabannya
masing-masing. Tentunya
ada yang berpendapat bahwa hal paling
berharga yang dimiliki adalah uang, harta, karier, usaha, dll. Ada
pula yang berpendapat lain bahwa keluarganya
adalah harta yang berharga. Semua
pendapat itu lahir dari sudut pandang setiap orang terhadap yang berbeda-beda. Namun, bagaiman dengan pandangan Allah? Tentu saja
berbeda. Yesaya memberitahukan kita seperti ini. Bahwa kehidupan bangsa
Israel begitu berharga di mata Allah dan mendapatkan kasih-Nya,
sehingga mereka diselamatkan. Demikian
halnya
berlaku dalam setiap orang yang hidup sesuai kehendak Tuhan.
Maka,
apa standar penilaian Allah sehingga di
mataNya kita begitu berharga? Dan,
jika kita berharga di hadapan-Nya
maka apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan hati Allah? Kita harus mengerti bahwa setiap manusia
adalah ciptaan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26).
Itulah sebabnya Allah sangat mengasihi
dan menyertai kita. FirmanNya
menguatkan kita supaya tidak gentar,
sebab keselamatan yang diberikan Allah tetap berlaku di sepanjang
hidup ini.
Bukti kasih Allah
yang begitu nyata bagi semua orang,
ketika Allah meninggalkan takhta kemuliaanNya datang ke dunia,
mengambil rupa seorang hamba di dalam Pribadi Yesus Kristus yang rela dihina,
disiksa bahkan mati dan bangkit,
dengan satu tujuan untuk keselamatan manusia. Sebab
dalam pandangan Allah setiap manusia ciptaanNya sangat berharga di mataNya.
Untuk itu, memaknai kuasa kebangkitan Kristus
yang telah terjadi dalam dunia ini,
memberikan motivasi untuk lebih mengasihi Allah dengan taat dan setia dalam doa
dan Firman, mengandalkan Tuhan dan melakukan kehendakNya,
karena kita diciptakan untuk memuliakan nama-Nya. Amin. (Pdt. Nova Leaua,
S.Si. Teol)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah
Paskah) Jumat, 24 April 2020
FIRMAN TUHAN
ADA DI HATI KITA
Ulangan 30:11-14
Musa, seorang nabi Tuhan, benar-benar
terlalu sabar dalam menghadapi karakter bangsanya, Israel. Kepemimpinnya buka
pada suatu kerajaan, seperti Daud; ia melaksanakan tugas kepemimpinannya di
padang di luar suatu istana yang megah. Boleh dikatakan Musa adalah pemimpin
masyarakat nomaden (berpindah-pindah). Sekalipun demikian, kepemimpinannya berjalan sistem, terarah pada
satu tujuan, yaitu menuju tanah Kanaan. Oleh sebab itu, boleh dikatakan bahwa
tidak ada ada seorang pemimpin dalam
dunia saat ini yang mampu menyetarakan dirinya dengan Musa.
Saat
sebelum Musa meletakan jabatan kepemimpinannya kepada Yosua, ia mengumpulkan
segenap umat Israel dan menasihati mereka berdasarkan ketetapan hukum yang
diterimanya dari Tuhan. Pada kesempatan itu Musa mengharapkan kepada seluruh
kaum Israel agar tetap berpegang teguh pada Tuhan; jangan sekali-kali mereka
meninggalkan Tuhan. Sebab, bila hal itu terjadi, bukan tidak mungkin, Tuhan
akan menghukum karena kesalahan mereka. Ia berkata bahwa firman Tuhan (hukum
Taurat, Perintah dan Ketetapan), yang sesungguhnya sudah dipahami itu, tidak
jauh dari hidup mereka. Karena itu, tak perlu naik ke langit atau menyeberang
ke seberang laut untuk mencari dan mengambilnya, untuk diperdengarkan pada
mereka, melainkan ada dan sangat dekat dengan mereka, yaitu di dalam mulut dan
hati mereka. Kita pun demikian. Firman Tuhan ada di dalam hati kita
masing-masing, yang setiap saat diperdengarkan pada kita, untuk menjadi pedoman
kehidupan iman kita. Firman Tuhan itu sangat dengan kita, yaitu Roh Kudus. Roh
Tuhan itu selalu mengingatkan kita pada kebaikan, kedamaian, ketenangan dan
kebenaran. Pakailah setiap waktu, selagi kita masih diam dalam setiap rumah
kita, untuk menemukan segala kebaikan Tuhan. Niscaya, Tuhan akan menaruh roh
ketenangan dalam batin, sehingga kita sanggup menikmati hidup ini dalam pengharapan.
Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah
Paskah) Sabtu, 25 April 2020
KETAKUTAN ITU
MANUSIAWI
1 Raja-Raja 19:1-8
Mungkin kita akan bertanya sinis pada
Elia, seorang nabi Perjanjian Lama yang begitu piawai dalam menjalankan tugas
yang diembankan Tuhan padanya: “Mengapa engkau takut dengan kematian, Elia?
Masakan seorang abdi Allah, kok bisa takut pada kematian?” Mungkin saja ada
yang membela nabi ini dan berkata: “Memangnya Elia adalah seorang manusia
super? Ia juga manusia biasa, sama seperti kau dan aku.” Iya kan?” Benar juga
sih, pendapat ini. Memang, Elia bukanlah manusia super, ia juga manusia, sama
seperti kita; ia punya rasa takut, gelisa dan putus asa, saat menghadapi
ancaman hidupnya. Tetapi, perlu dingat oleh kita bahwa sekalipun ia sama dengan
kita dan punya rasa takut yang sama, namun ia punya iman dan pengharapan jauh
lebih besar dari rasa takut. Elia memang takut pada Izebel karena hendak
membunuhnya, tetapi ia punya iman dan harapan kepada Tuhan. Terbukti, saat ia
berada di padang gurun, karena iman dan pengharapan itu, Tuhan hadir melalui
perantaraan malaikat-Nya, menyediakan makanan (roti), sebelum Eliaa menuju
gunung Horeb.
Nabi
Elia juga manusia. Sekali lagi, ia bukan manusia kuat, seperti dalam film
Superman, Batman, Hulk atau Spidermen yang sering kita tonton di layar TV rumah
kita. Namun, Dia punya keyakinan pada Tuhan sebagai Penolong dan Pemelihara
hidupnya. Sebab itu, bila bicara soal ketakutan menghadapi ancaman hidup pada
setiap manusia, janganlah sekali-kali berlagak berani dan menilai orang lain
itu tidak berani (alias takut), saat mengahadapi pandemi Covid-19 ini. Kita
semua adalah manusia, sama juga dengan Elia. Namun, ketakutan pada virus corona
itu, seharusnya mendorong kita untuk mengurangi penyebarannya. Itu bukan
namanya takut, melainkan menghindar, supaya tidak menambah jumlah penderita
akibat virus tersebut. Takut ya? Iya! Tetapi, maaf, aku masih punya iman dan
pengharapan. Cuma itu saja kok repot!!! Tuhan berkati, Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah
Paskah) Sabtu, 25 April 2020
MANUSIA DIKENDALI TUHAN
Bilangan 9:15-23
Siapa yang mengendalikan hidup kita? Apakah diri kita
sendiri, ataukah Tuhan yang memegang kendali hidup kita? Saya percaya bahwa
kita semua tahu bahwa hnay Tuhan jualah yang mengendalikan hidup dan mati kita.
Cerita perjalanan bangsa Israel setelah keluar dari
Mesir menuju tanah Kanaan, yang ditandai dengan tiang awan pada waktu siang dan tiang api pada waktu malam,
menjadi bukti ajaib bahwa hidup dan aktifitas mansusia sepenuhnya dikendalikan oleh
Tuhan. Ada perintah yang harus dituruti Israel, yaitu
perintah berjalan dan perintah menetap.
Bila awan Tuhan naik
dari atas Kemah Suci, maka
itu memberi pesan bangsa Israel harus bergegas mempersiapkan diri untuk
berangkat. Tetapi bila awan itu menetap di atas Kemah Suci itu, bangsa
Israel tetap tinggal
berkemah. Andaikan
awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, Israel pun tetap
lama menetap di tempat itu. Dan, bila awan itu menetap
hanya sehari lalu beranjak lagi, maka Israel mengikuti irama pergerakannya.
Hal ini memberi
pesan bahwa seluruh perjalanan bangsa Israel seutuhnya dikendalikan oleh Tuhan
sendiri; Musa hanya sebatas memerintah melalui tanda pergerakan awan itu. Untuk sekarang ini, pengalaman seperti itu tidak
lagi kita alami, sebagai tanda penyertaan Tuhan. Namun, manifestasi kehadiran
Tuhan pada konteks zaman ini, pasca kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus
Kristus, ialah: 1) peran penyertaan kuasa Roh
Kudus yang membimbing dan
menuntun; dan 2) peran Firman
Allah (Alkitab) yang berfungsi sebagai
penunjuk arah perjalanan hidup kita berdasarkan kemauannya Tuhan. Pingin di
tuntun Tuhan agar perjalanan hidup kita aman dan tenang? Jawabannya hanya
sederhana saja, tidak sulit untuk kita lakukan, yaitu mengandalkan Tuhan
melalui kuasa Roh Kudus, dan berpegang pada firman-Nya, sebagai petunjuk arah
jalan kita yang terbaik dan benar. Tuhan memberkati kita. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
0 komentar:
Posting Komentar