Sabtu, 18 April 2020

April 18, 2020

  RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah Paskah)                                                               Minggu, 19 April 2020


TUHAN, KAYA DALAM RAHMATNYA
Filipi 2:4-5

Syalom! Saya percaya bahwa bagian ayat ini tentunya sudah didengar melalui perenungan firman Tuhan pada ibadah Minggu pagi tadi. Namun, tidak mengurangi pengetahuan saudara-saudara sekaliam, malam ini kita merenungkan ayat 4 dan 5 dari Filipi 2:1-10.
Dalam dunia ini ada orang kaya, orang ekonomi menegah dan orang miskin. Biasanya orang yang mapan dalam ekonominya, menampilkan segala kekayaannya. Tidak salah bila media masa, media cetak dan media sosial selalu mempublikasikan orang-orang tersebut. Padahal, kalau mau dilihat segala harta kekayaan itu tidak mungkin dibawanya menuju sorga (bnd. Pkh 5:14).  
Berbeda dengan Allah. Perlu diingat bahwa sekalipun Allah itu berkuasa atas semua yang diciptakan-Nya, tetapi kekayaan paling terbesar yang dimiliki-Nya ialah Kasih dan Rahmat-Nya. Paulus mau mengajak kita semua memahami besarnya kekayaan Tuhan itu, yang dilimpahkan kepada manusia. Tuhan tidak pernah menyelamatkan manusia dengan harta benda yang ada dalam dunia ini, melainkan kekayaan kasih dan rahmat-Nya itu. Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus membuktikan pada kita bahwa kekayaan karunia terbesar bagi manusia ialah Yesus Kristus yang hadir dalam dunia ini, mati dan bangkit, menebus dan memberi kemenangan bagi kita. Walaupun kita telah berdosa dan melawan Tuhan, namun kekayaan kasih karunia-Nya diberikan kepada setiap orang yang hidup di dalam-Nya.
  Maka, demikian yang seharusnya dilakukan oleh setiap manusia Kristen ialah mensyukuri kekayaan Allah itu dalam kehidupannya. Syukur kepada Tuhan karena sepanjang dalam pergumulan kita sampai saat ini, rahmat Tuhan dalam kebangkitan-Nya masih tetap  dirasakan, terutama kesehatan, kekuatan dan nafas hidup yang diberikan Tuhan pada kita. Tuhan setia mencurahkan kekayaan kasih dan rahmat-Nya. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)



  RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah Paskah)                                                                     Senin, 20 April 2020


PENGHARAPAN DI DALAM TUHAN
Yesaya 62:1-5

          Syalom! Nabi Yesaya adalah seorang nabi PL yang bekerja di zaman empat raja Yehuda, masing Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia. Nabi ini sebagai motivator umat Israel agar tetap berpengharapan kepada Tuhan, sekembali dari pembuangan di Babel. Menurut pemberitaan Yesaya, Tuhan akan membangun kehidupan kaum Israel menjadi lebih baik, kota yang porakporanda bakal dibangun kembali. Tetapi, nyatanya pesan-pesan spetakuler itu tak kunjung tiba. Umat Israel merasa jenuh dan putusasa. Melihat kondisi umat seperti itu, Yesaya kembali memotivasikan umat Israel agar tetap punya pengharapan pada Tuhan. Yesaya benar-benar prihatin terhadap kehidupan bangsanya.
    Pengharapan itu penting, sekalipun penderitaan menekan. Apapun alasannya, Tuhan pasti menghadirkan damai dan sukacita menyelimuti kehidupan kita. Kapan? Tentu pertanyaan itu muncul dalam pikiran kita sekarang ini, saat sedang dilanda bahaya penyebaran covid-19. Mungkin semua orang bisa memprediksi, tetapi belum tentu memastikan waktunya dengan tepat, selain Tuhan. Apakah menanti waktu pembebasan Tuhan yang sampai sekarang ini belum jelas pada kita, membuat pengharapan orang percaya menjadi terkikis dan hilang? Ataukah, dengan keadaan  kesesakan yang masih dialami ini, membuat kita semakin menyandarkan pengharapan pada Tuhan. Ingat, pengharapan orang percaya sekali-kali bukan di luar Tuhan, bukan pada seseorang yang dianggap hebat, melainkan hanya ada pada Tuhan. Ikuti sepenuh kemauannya Tuhan, jangan sekali-kali mengikuti kemauannya kita. Dengan demikian, pengharapan kita kepada-Nya diperhitungkan oleh Tuhan, dan DIA akan bertindak berdasarkan janji-Nya, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 25:20b). Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)



  RENUNGAN                                                                                       
  IBADAH UNSUR-UNSUR JEMAAT (Malam)                                                                          Senin, 20 April 2020


KESELAMATAN ADALAH DARI TUHAN
Yunus 2:1-10
Syalom!!!
Saudara-saudara yang terkasih.
        Nama Yunus berarti ‘merpati.’ Bahwa manusia menerima nama binatang, merupakan gejala yang cukup biasa dalam Perjanjian Lama. Misalnya Hulda (2 Raja. 22:14) berarti ‘tikus buta’, Debora (Hak. 4:4) berarti ‘lebah’, dan Kaleb (Bil. 13:6) berarti ‘anjing,’ dan masih banyak lagi, sekitar empat puluh nama seperti itu dalam kitab perjanjian lama.
        Sebenarnya kitab Yunus bukan sebuah kitab kenabian, melainkan sebuah kitab cerita pembinaan yang pendek. Isi dari kitab ini lebih banyak membahas tentang seorang nabi “Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer,” yang disebut namanya dalam 2 Raj 14:25; Yun 1:1. Nabi Yunus bernubuat selama pemerintahan raja Yerobeam II (783-743 SM) di Israel utara.
        Bila mencermat kitab Yunus dengan baik, maka kita akan menemukan suatu inti teologi yang begitu sarat maknanya di dalam kitab empat fasal ini. Bahwa kitab ini menjadi sebuah kitab yang mengritisi sikap kaum Yahudi yang mematok bahwa keselamatan Allah hanya diperuntukan bagi kaum Yahudi (partikularisme); sedangkan kaum di luar bangsa Yahudi wajib dibinasakan oleh Allah.
        Keterpanggilan kita dalam pelayanan gereja Tuhan itu terjadi karena panggilan Tuhan (Firman Tuhan); Tuhan berfirman memanggil maka seseorang yang dipanggil itu mengikuti-Nya. Kekuatan Firman Tuhan jauh melebihi kekuatan manusia, sehingga mengubah sikap kita mengikuti maunya Tuhan. Firman Tuhan tak kenal kompromi dengan siapapun orangnya. Intinya ialah dipanggil-dengar, ikut perintah yang memanggil dan menjalankan seluruh tugas panggilan itu. Bila tidak mendengar dan hendak meninggalkan panggilan Firman-Nya, ada banyak cara yang dipakai Tuhan untuk mematahkan sikap itu.
Saudara-saudara yang terkasih.
        Pembacaan kita saat ini menceritakan tentang doa ucapan syukur nabi Yunus, selama tiga hari tiga malam berada di dalam perut seekor ikan besar. Tentu saja kita sudah paham mengapa sampai nabi Yunus berada di dalam perut ikan besar, bukan? Itu akibat dari kekerasan hati dan keegoisan nabi Yunus terhadap panggilan Tuhan pada dirinya untuk memberitakan firman Tuhan di kota Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur. Namun, setelah menyadari akan sikap dan kesombongannya, Yunus berbalik dan memanggil Tuhan menolongnya. Tuhan yang disembah nabi Yunus dan oleh seluruh kaum Israel, sebagaimana yang kita imani di dalam Yesus Kristus, yang telah bangkit dari kematian-Nya, adalah Allah Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang.  Ia tidak tingga diam melainkan bertindak menolong nabi-Nya.
        Dalam doa syukur itu sang nabi hanya bisa berpasrah dan mengakui kemahakuasaan Tuhan pada dirinya. Yunus merasa tidak nyaman terkurung dalam perut ikan besar itu; dan itu kondisi yang benar-benar tidak menyenangkan bagi dirinya. Namun demikian, sekali lagi, sang nabi sungguh-sungguh mengakui segala dosanya di hadapan Tuhan. Pengakuan akan kemahakuasaan Tuhan itu, digambarkan jelas dalam doa ucapan syukur sang nabi. Ada beberapa hal yang diungkapkan nabi Yunus terkait dengan sifat Allah di dalam doa syukurnya. Mari kita lihat bersama-sama di bawah ini:
1.        Allah itu Mahapendegar doa
Sesungguhnya Allah itu mendengar doa nabi Yunus dan bertindak menyelamatkannya. Yunus secara gamblang mengungkapkan bahwa sekalipun ia berada dalam situasi alam yang buruk, baik di dalam kondisi yang hampir mati, ke pusat lautan yang berarus dan bergelombang, Tuhan sangat jelas mendengar doanya. Ungkapan Yunus tentang Tuhan itu adalah Mahapendengar, bukan sekedar untuk menyenangkan hati Tuhan agar ia diselamatkan oleh-Nya, melainkan suatu pengakuan iman bahwa Tuhan itu adalah benar-benar Mahapendengar doa setiap orang yang berada dalam kesesakan. Apakah Tuhan yang telah mendengar doa Yunus di waktu lampau itu, sedang mendengar doa orang-orang percaya di waktu sekarang, ataukah telinga-Nya telah ditutup rapat pada setiap doa kita? Alkitab tidak pernah bohong dalam kesaksiannya. Bahwa Allah yang telah mendengar doa nabi Yunus adalah Tuhan yang masih eksisi menyendengkan telinga-Nya, mendengar setiap doa kita yang berada dalam kesesakan (lih. Maz 46:2, 138:7).
2.        Allah itu adalah Tuhan yang menyelamatkan
Sesungguhnya Allah itu adalah Tuhan yang  tidak saja mendengar doa nabi Yunus, melainkan bertindak menyelamatkan sang nabi. Dalam doanya, nabi Yunus berkata pada Tuhan bahwa sekalipun air telah mengepung dan mengancam nyawanya, lumut laut membelit kepalanya, ia tenggelam jauh di dasar bumi dan merasa letih lesu pada hidupnya, Tuhan secara diam-diam bertindak cepat menolong dan menyelamatkan nyawanya. Dan ketika Tuhan telah menyelamatkannya, Yunus dengan tegas berkata bahwa bagi orang-orang yang teguh berpegang pada berhala-berhala yang sia-sia, merekalah yang bersikap meninggalkan Tuhan, bukan Tuhan yang meninggalkan mereka. Tetapi, bagi Yunus, dengan berbalik mencari Tuhan di dalam doa syukur, sekalipun dalam kesesakan, ketakutan yang membelit jiwa, Tuhan setia mendengar seruan kita dan bertindak menyelamatkan kita, Ingat, Tuhan yang disembah nabi Yunus adalah Tuhan yang sama kita menyembah-Nya. Kalau sikap Tuhan bertindak menolong nabi Yunus, maka percayalah bahwa Tuhan pun PASTI bertindak menolong dan menyelamatkan kita dari kondisi kepanikan, ketakutan, kegelisaan dan kesesakan, akibat virus corona yang sedang mengancam pribadi, keluarga, pekerjaan, persekutuan jemaat, berbangsa dan bernegara kita.
Saudara-saudara yang terkasih.
        Dua pesan yang terkutib di dalam doa nabi Yunus di atas sangat diharapkan menjadi prinsip iman kita kepada Tuhan. Ingat, Tuhan yang kita percaya dalam Yesus Kristus, yang telah bangkit itu, telah membuktikan pada kita bahwa DIA tidak mati melainkan hidup dan bertindak atas rasa kegentaran kita. Mengakhiri renungan firman Tuhan ini, saya perlu mengingatkan kita bahwa “Tindakan penyelamatan Tuhan adalah RAHASI dan berlangsung secara DIAM dalam hidup kita. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan berakhirnya wabah virus corona ini, tetapi yang jelasnya Tuhan pasti bertindak secara diam menyelamatkan kita. Tuhan memberkati kita semua. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
           



  RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah Paskah)                                                                    Selasa, 21 April 2020

BERHARGA DI MATA TUHAN
Yesaya 43:4a

          Syalom! Apa sih yang menjadi ukuran manusia begitu berharga di mata Tuhan? Apakah ia serupa dan segambar dengan Allah, ataukah manusia itu begitu dihargai dari segala ciptaan-Nya? Tidak juga seperti itu, sahabatku. “Segala yang diciptakan Tuhan semuanya dikasihi-Nya, karena Ia menciptakan di dalam kasih.” Baiklah, kalau memang itu jawabannya. Tetapi, sekali lagi, mengapa manusia begitu berharga di mata Tuhan. Hal ini perlu jelas bagi kita. Sepertinya pertanyaan ini diulangi lagi karena butuh kepastian jawabannya. Iya kan?
        Taukah Anda kalau jantung kita berdetak dalam sehari sebanyak 100.000 kali, darah kita mengalir melalui 17 juta mil alteri dalam tubuh manusia. Kita bicara dalam sehari sebanyak 4.000 kata, bernafas sebanyak 20,000 kali, menggerakan otot sebanyak 750 kali, dan mengoperaskan 14 miliar sel otak. Siapakah yang melakukan semuanya dalam diri manusia? Apakah diri kita sendiri ataukah Tuhan ikut terlibat di dalamnya? Memang, kita segambar dengan Tuhan, tetapi itu belum cukup kita berharga di mata-Nya. Sesungguhnya kita diciptakan Tuhan dengan tangan-Nya sendiri, memperoleh nafas dari diri-Nya sendiri, dan Ia memberi sifat-sifat yang ada pada-Nya pada kita. Ketiga hal inilah yang membuat kita berharga di mata-Nya. Karena berharganya kita di mata Tuhan, tidak tanggung-tanggung Ia hadir dalam Yesus Kristus, menderita, mati dan bangkit untuk manusia. Harga kita mahal sehingga kematian dan kebangkitan-Nya pun mahal, karena kasih yang tak pernah berkesudahan.  Singkat kata, kita berharga di mata Tuhan karena Ia menciptakan kita dengan Kasih, bukan dengan keinginan suka-suka. Oleh dan sebab itu, mari, kita semua menghargai diri dan hidup kita secara bertanggung jawab di tengah-tengah situasi yang tidak nyaman sekarang ini. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)




  RENUNGAN                                                                                       
  IBADAH KELUARGA (Malam)                                                                                          Selasa, 21 April 2020

PERCAYALAH BUKAN KARENA HARUS MELIHAT
Matius 12:38-42


Keluarga yang Tuhan Yesus Kasihi…
Dalam peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus tertulis dalam keempat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) bahwa murid-muridNya mendapati bahwa kubur itu telah kosong. Menjadi tanda tanya apakah benar Yesus sudah bangkit, walaupun telah terlihat kubur itu telah kosong, dengan kain kapan yang terletak di tanah dan tidak ada mayat Yesus disitu. Penjelasan dari malaikat yang membuktikan bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah kebenaran, rupanya tidak langsung membuat murid-murid menjadi percaya karena ada diantaranya yang masih ragu-ragu akan kebenaran itu, sebelum melihat tanda atau bukti, sebagaimana  Tomas, salah seorang dari murid Tuhan Yesus  (Yohanes 20:24-29) yang tidak percaya. Demikianlah karakter manusia pada umumnya, harus melihat tanda atau bukti barulah percaya terhadap sesuatu hal yang terjadi di sekitar kita.
Hal ini mengingatkan kita tentang perkataan Tuhan Yesus terhadap segala sesuatu yang akan terjadi melalui kematian dan kebangkitanNya, ketika menanggapi pernyataan dari beberapa ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang berkata: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu“ (ayat 38). Tentu ada alasan mengapa mereka berkata demikian, karena selain hendak mencobai dan mencari kesalahan Tuhan Yesus, mereka menunjukkan  kemunafikan hati yang hanya berpura-pura mengikuti  Tuhan Yesus dengan menyebut-Nya Guru; seolah-olah mau menunjukkan sikap menghargai dan menghormati Tuhan Yesus, padahal sebenarnya di balik sapaan itu tersimpan unsur penghinaan kepadaNya. Beberapa ahli Taurat dan orang-orang Farisi meminta tanda untuk membuktikan apakah benar Yesus Kristus adalah Mesias? Bagi mereka, berbagai tanda-tanda mujizat yang telah dilakukan Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya tidak cukup meyakinkan mereka untuk menjadi percaya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyebut mereka angkatan yang jahat dan tidak setia (ayat 39).
Keluarga yang Tuhan Yesus Kasihi…
Menanggapi hal itu, Tuhan Yesus tidak memberikan tanda seperti yang diharapkan mereka, tetapi Dia memberikan tanda yang sudah pernah ada, yaitu tanda Yunus. Tanda Yunus yang di sampaikan Tuhan Yesus mempunyai makna tentang kematian dan kebangkitanNya, serta keadaan angkatan yang jahat itu yakni orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus kelak pada masa penghakiman. Tuhan Yesus berkata: “sebagaimana Nabi Yunus  tinggal dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam “ (ayat 40). Dalam kisah nabi Yunus diceritakan bahwa Yunus diutus menyatakan seruan penghakiman kepada orang-rang Niniwe setelah dikeluarkan Allh dari perut ikan besar,  setelah tiga hari tiga malam berada didalamnya, demikian pula halnya yang mau disampaikan Tuhan Yesus bahwa Dia juga akan ditelan oleh kematian selama tiga hari tiga malam, dan pada hari yang ketiga Dia akan bangkit untuk menghakimi manusia. Jadi, sebagaimana seruan penghakiman di sampaikan Yunus setelah keluar dari perut ikan besar itu, begitu pula penghakiman Yesus terjadi setelah Dia bangkit dari antara orang mati. Dan, tanda yang akan dialami oleh orang Farisi dan Ahli Taurat atau orang-orang yang menolak Tuhan Yesus adalah hukuman yang diberikan pada mereka kelak ketika penghakiman itu terjadi. Menurut Tuhan Yesus, setiap orang yang menolak-Nya tidak akan luput dari hukuman, sedangkan setiap orang yang merespon dan bertobat kepadanya diluputkan segala hukuman itu, sebagaimana penduduk kota Niniwe yang segera bertobat saat mendengar seruan penghukuman Allah oleh nabi Yunus(Yunus 3:1-10).
Pada bagian ini Tuhan Yesus memberikan contoh pertobatan yang dialami oleh penduduk kota Niniwe dan Ratu  Syeba dari selatan, sebagai tolak ukur kehidupan orang-orang Yahudi dalam meresponi pengajaran Yesus, dan bagaimana kehidupan mereka kelak dalam penghakiman. Sama seperti yang ditulis dalam kitab Injil lainnya, penulis Injil Matius juga mencatat bahwa meskipun orang-orang Yahudi setiap saat mendengar pengajaran Tuhan Yesus dan menyaksikan secara langsung berbagai tanda mujizat yang di lakukan-Nya, mereka tetap menolakNya. Meskipun Tuhan Yesus selalu ada ditengah-tengah mereka namun hati mereka sama-sekali tidak tersentuh oleh pengajaran Tuhan Yesus agar segera bertobat. Walaupun dalam segala hal, Yesus Kristus melebihi nabi Yunus dan raja Salomo.
Berbeda dengan pertobatan orang-orang Niniwe, mereka bertobat bukan karena melihat tanda-tanda mujizat, melainkan bertobat hanya karena mendengar pemberitaan nabi Yunus. Begitu pula halnya pertobatan Ratu Syeba bukan karena melihat tanda-tanda mujizat, melainkan dari tempat yang jauh dia datang hanya untuk mendengar hikmat dari Salomo yang terkenal mahsyur dalam kepemimpinan sebagai Raja Israel. Untuk itulah, Tuhan Yesus mengatakan bahwa kelak pada waktu penghakiman terjadi, orang-orang Niniwe dan Ratu Syeba yang mengalami pertobatan akan ikut untuk  menghukum mereka (Ayat 41-42 ).
Keluarga Yang Tuhan Yesus Kasihi…
Firman Tuhan ini mengingatkan kita untuk sungguh-sungguh percaya kepada Allah, karena Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus telah menjadi tanda agung keselamatan kita. Berita kebangkitan Yesus telah kita dengar, maka jangan pernah meragukan-Nya, melainkan tetaplah teguh dan percaya akan kebenaran itu, sebagaimana perkataan firman Tuhan, Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya“ (Yoh 20:29b). Memang, kecenderungan karakter setiap orang meminta bukti atau tanda, supaya meyakinkannya percaya kepada Tuhan, tetapi apalah artinya semua itu? Bukankah dengan bersikap demikian hidup kita tidak jauh berbeda dengan beberapa orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tadi? Mereka berkata kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu, merupakan pertanyaan yang hanya untuk mencobai Tuhan Yesus Walaupun mereka telah menyaksikan sendiri berbagai tanda mujizat telah dilakukan Tuhan Yesus secara nyata, dan lagi pula telah mendengar langsung setiap pengajaran-Nya, sangat disayangkan semua itu tidak mampu menyentuh hati mereka untuk bertobat.
Jika merenungkan perjalanan hidup kita hingga saat ini, semua  tidak terlepas dari berbagai bukti penyertaan Tuhan yang terus dialami dalam hidup bersama keluarga maupun jemaat. Maka, bagian Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita untuk lebih bersyukur atas semua kebaikan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus selalu ada di tengah-tengah kehidupan ini, dan terus ada dalam berbagai kondisi kehidupan kita. Situasi saat ini dalam menghadapi wabah Covid 19 yang masih menjadi pergumulan doa kita semua,  Kuasa kebangkitanNya akan senantiasa memberikan harapan baru di dalam  iman, sehingga dalam segala hal jangan pernah meragukan kuasa-Nya. Jangan mencobai Tuhan dengan segala keragu-raguan kita dengan menunjukkan kualitas iman yang belum sepenuhnya percaya kepada Kristus. Percayalah bukan karena harus melihat berbagai tanda mujizat,  melainkan percayalah karena mendengar Firman Tuhan yang memimpin kepada pertobatan. Kita harus percaya bahwa kelak, ketika tiba saatnya Tuhan Yesus datang kembali sebagai Hakim untuk menghakimi dunia ini, kita akan luput dari hukuman karena pilihan hidup kita. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)




  RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah Paskah)                                                                      Rabu, 22 April 2020

MENGELOLA RASA TAKUT
Mazmur 91:5

          Syalom! Pernakah sahabat-sahabat bertanya-tanya mengapa semua manusia di muka bumi ini merasa takut? Saya yakin bahwa setiap orang memiliki satu hal yang sering membuatnya menjadi takut. Iya kan? Seorang ayah atau ibu misalnya, sering takut kalau ia kehilangan pekerjaannya, uang ataupun takut jatuh sakit. Pemuda biasanya sering mengalami rasa takut itu, tatkala kehilangan sahabatnya ataupun teman dekatnya, takut dikucilkan, takut sendirian. Banyak hal yang sering membuat kita sering merasa takut. Untuk sekarang ini ketakutan kita lebih cenderung berlebihan karena munculnya penyebaran virus corona. Hal itu membuat sehingga banyak orang berkisar usia 50-an ke atas sedang intensif menjaga dirinya  agar jangan tertular virus itu. Sebab, menurut informasi medis dan fakta berita, orang-orang pada usia itu retan jadi korban. Pokoknya, menurut kenyataan sekarang, kita semua sedang berada dalam rasa takut secara global.
        Tuhan memang begitu adil menciptakan kita. Selain memberi kita rasa percaya diri, Tuhan pun memberi rasa takut agar menjadi signal untuk mengawasi diri kita sendiri. Andaikan kita kehilangan rasa takut itu, mana mungkin kita bisa berdiam diri dalam rumah untuk memutuskan mata-rantai penyebaran virus corona itu. Tetapi, dengan adanya rasa takut itu, membuat kita menjadi orang yang disiplin menjaga kebersihan diri, menjaga doa kita tetap akrab dengan Tuhan, membangun komunikasi dengan seisi keluarga dengan baik,  dls. Namun demikian, pemazmur mengingatkan kita bahwa ketakutan itu jangan sampai membuat kita kehilangan percaya pada Tuhan, yang telah memberi rasa takut dalam diri kita. Andaikan rasa takut itu dikelola secara baik di dalam kasih Tuhan, maka percaya, ia akan sangat berpotensi menjadikan pribadi kita sebagai orang Kristen yang optimis dan bukan pesimis dalam hidup ini. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)




  RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah Paskah)                                                                   Rabu, 22 April 2020

JANJI YANG MANIS
Yesaya 49:15

         Syalom! Tahukah anda dengan lagu yang berjudul “Janji yang Manis’? Seperti ini kata-kata pada bait pertama lagu itu: Janji yang manis: Kau tak Ku lupakan, Tak terombang-ambing lagi jiwaku; Walau lembah hidupku penuh awan, Nanti kan cerahlah langit di atasku. Ref… “Kau tidak kan Aku lupakan, Aku memimpinmu, Aku membimbingmu; Kau tidak kan Aku lupakan Aku Penolongmu, yakinlah teguh. Nyanyian diciptakan oleh Charles Hutchinson Gabriel. Ia adalah seorang penulis lagu-lagu Injil dan komposer lagu-lagu Injil. Sekitar 7.000 dan 8.000 lagu, Gabriel lahir pada 18 Agustus 1856 dan meninggal pada 14 September 1932. Ia adalah seorang yang dibesarkan di tanah pertanian di Iowa, Amerika Serikat. Nah, Lagu “Janji yang Manis” ini dalam bahasa Inggrisnya berjudul “I Will Not Forget Thee: “Aku tidak akan melupakanmu,” dan diberi judul “Janji yang Manis,” mengikuti kalimat pembuka pada nyanyian tersebut.
Charles H. Gabriel menciptakan lagu ini dikaitkan dengan Yesaya 49:15 dan Ibrani 13:5, yang menekankan bahwa Allah telah berjanji tidak akan melupakan umat kepunyaan-Nya. Lagu ini mengingatkan kita bahwa orang percaya memiliki Allah yang setia dan memberikan janji yang sangat indah. Sehingga setiap orang percaya yakin bahwa tidak ada yang dapat menghancurkan dan membinasakan jiwanya. Kalau bait pertama lagu ini berfokus pada janji Tuhan, bait kedua berfokus pada keyakinan kita kepada Tuhan, Sang Penebus kita. Lalu bait ketiga bicara tentang pemenuhan janji Tuhan yang akan kita terima. Reff lagu ini mengarahkan perhatian kita kepada janji Tuhan tidak akan melupakan dan meninggalkan kita. Kiranya lagu ini menolong kita, walaupun berada di tengah-tengah pergumulan yang berat sekalipun, tetapi tetap dapat melihat dan bersandar kepada Tuhan yang tidak pernah melupakan kita. Kita harus percaya bahwa janji Tuhan itu tidak pernah pahit, tetapi selalu manis, yaitu Ia tidak akan sedikitpun melupakan kita sebagai umat pilihan-Nya. Tuhan memberkati kita semua. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)




  RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah Paskah)                                                                  Kamis, 23 April 2020

TETAP AMAN DALAM TANGAN TUHAN
Mazmur 31:1-25

Lagu “Slamat di Tangan Yesus,” tentu tidak asing bagi kita.  Slamat di tangan Yesus aman pelukan-Nya, dalam teduh kasih-Nya aku bahagia,” demikian sepenggal kata dari lagu KJ 388 ini. Lagu ini mengunggapkan perasaan aman, tenang dan damai, ketika kita ada dalam pimpinan tangan Tuhan. Setiap orang tentu menginginkan kehidupannya yang baik dan aman.  Kata “aman” berarti bebas dari bahaya/gangguan, terlindung atau tersembunyi, merasa tentram tidak kuatir dan takut. Menurut Alkitab, “aman bukan sekedar pada tidak ada musuh/bencana/masalah yang menghadang hidup, tetapi kondisi batin yang percaya pada Tuhan sebagai Pengendali hidup kita.
Raja Daud mempunyai masalah hidup yang amat berat, dan masalah itu membuatnya tertekan batin, sehingga ia berseru dan bermohon kepada Allah, dengan harapan bahwa Allah menolongnya. Ada apa dengan Allah, sehingga Daud memohon perlidungan-Nya? Karena hanya dengan Tuhan jiwanya merasa tenang dan aman, hanya di dalam Tuhan ada keselamatan, dan hanya di dalam Tuhan semua persoalan dapat diselesaikan. Dalam hal, Daud sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan, bukan pada kekuatannya. Menaruh harapan hidup pada Tuhan sebagai tempat perlindungan adalah pilihan yang tepat, menurut Daud. Itulah sebabnya ia merumuskan satu pengakuan iman yang sungguh-sungguh bahwa hidup aman hanya ada dalam tangan Tuhan. Tidak terasa sudah sebulan kita ada dalam situasi wabah Covid-19 yang menjadi pergumulan semua orang. Persoalan ini mengguncang dunia sehingga kita merasa takut,  lalu bertanya: “Kapan semua masalah ini berakhir? Daud mengingatkan kita agar selalu berpengharapan kepada Tuhan, sambil berdoa dan yakin bahwa Yesus Kristus adalah tempat perlindungan bagi semua orang. Kebangkitan-Nya membuktikan kuasa-Nya melebihi segala pergumulan apapun, termasuk persoalan kemanusiaan yang sementara terjadi. Tetaplah Percaya bahwa di dalam tangan Tuhan kita pasti aman. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)



  
RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah Paskah)                                                                 Kamis, 23 April 2020

YESUS MELIHAT IMAN DAN KERJA
Markus 2:5

Sepanjang pelayanan Yesus dalam dunia, ada hal terpenting yang dilihat Yesus pada setiap orang yang dilayani-Nya, baik mereka yang mendengar pengajaran-Nya, yang memperoleh kesembuhan dari kesakitan, yaitu IMAN dan KERJA. Mengapa iman dan kerja? Karena iman dan kerja memiliki nilai Kasih yang diharapkan Yesus pada setiap orang percaya. Iman mengajak kita bekerja dan percaya, dan Kerja mengajak Yesus bertindak menolong. Keempat orang yang menggotong saudaranya yang lupuh memiliki dua hal ini, sehingga mendorong Yesus bergerak menyembuhkan si lumpuh itu. Apa itu iman? Dalam PL “iman,(bahasa Ibrani “emun”) dimengerti orang Israel sebagai kepercayaan utuh hanya kepada Allah yang diyakini sebagai Pencipta, Pembebas, Penolong. Bahasa Ibrani dan juga Arab menyebut  “iman” berkaitan dengan kata “aman”. Singkat kata, “iman” berarti mantap, teguh, kokoh, stabil, tak tergoncangkan.
Keempat orang yang menggotong si lumpuh ini memiliki iman dan kerja yang nyata, bukan pura-pura demi kepentingan kesembuhan saudaranya. Karena iman, mereka percaya Yesus sanggup menyembuhkan dan mengampuni dosa, dan dengan kerja bersama, Yesus sanggup mengerti harapan mereka. Itulah sebabnya Yesus, tanpa basa-basi berkata: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Yesus punya hati kasih, Ia sanggup mengampuni dosa dan menyembuhkan segala kondisi sakit yang sedang kita alami sekarang ini. Tanpa disadari kalau kita sedang sakit kerinduan akan kebebasan dari virus corona yang sedang mengganggu kehidupan sosial dan keagamaan kita. Iman dan kerja kita yang selama ini hanya di rumah saja, sedang mengajak Tuhan memperhatikan dan bertindak menolong kita untuk bebas dari kelumpuhan sosial dan keagamaan yang sedang terjadi saat ini. Oleh sebab itu, iman dan kerja bersama merupakan dua hal penting yang dapat mengundang Tuhan bertindak menolong kita. Tuhan memberkati saudara sekalian! Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)




  RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah Paskah)                                                                    Jumat, 24 April 2020

BERHARGA BAGI ALLAH
Yesaya 43 : 1 - 7

      Kalau ada yang bertanya padamu, “Apa yang paling berharga yang kamu miliki? Tentu setiap orang memiliki jawabannya masing-masing. Tentunya ada yang berpendapat  bahwa hal paling berharga yang dimiliki adalah uang, harta, karier, usaha, dll.  Ada pula yang berpendapat lain bahwa keluarganya adalah harta yang berharga. Semua pendapat itu lahir dari sudut pandang setiap orang terhadap yang berbeda-beda. Namun, bagaiman dengan pandangan Allah? Tentu saja berbeda. Yesaya memberitahukan kita seperti ini. Bahwa kehidupan bangsa Israel begitu berharga di mata Allah dan mendapatkan kasih-Nya, sehingga mereka diselamatkan. Demikian halnya berlaku dalam setiap orang yang hidup sesuai kehendak Tuhan. Maka, apa standar penilaian Allah sehingga di mataNya kita begitu berharga? Dan, jika kita berharga di hadapan-Nya maka apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan hati Allah? Kita harus mengerti bahwa setiap manusia adalah ciptaan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26). Itulah sebabnya Allah sangat mengasihi dan  menyertai kita. FirmanNya menguatkan kita supaya tidak gentar, sebab keselamatan yang diberikan Allah tetap berlaku di sepanjang hidup ini.
     Bukti kasih Allah yang begitu nyata bagi semua orang, ketika Allah meninggalkan takhta kemuliaanNya datang ke dunia, mengambil rupa seorang hamba di dalam Pribadi Yesus Kristus yang rela dihina, disiksa bahkan mati dan bangkit, dengan satu tujuan untuk keselamatan manusia. Sebab dalam pandangan Allah setiap manusia ciptaanNya sangat berharga di mataNya. Untuk itu, memaknai kuasa kebangkitan Kristus  yang telah terjadi dalam dunia ini, memberikan motivasi untuk lebih mengasihi Allah dengan taat dan setia dalam doa dan Firman, mengandalkan Tuhan dan melakukan kehendakNya, karena kita diciptakan untuk memuliakan nama-Nya. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)



  RENUNGAN                                                                                       
  HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah Paskah)                                                                 Jumat, 24 April 2020

FIRMAN TUHAN ADA DI HATI KITA
Ulangan 30:11-14

       Musa, seorang nabi Tuhan, benar-benar terlalu sabar dalam menghadapi karakter bangsanya, Israel. Kepemimpinnya buka pada suatu kerajaan, seperti Daud; ia melaksanakan tugas kepemimpinannya di padang di luar suatu istana yang megah. Boleh dikatakan Musa adalah pemimpin masyarakat nomaden (berpindah-pindah). Sekalipun demikian,  kepemimpinannya berjalan sistem, terarah pada satu tujuan, yaitu menuju tanah Kanaan. Oleh sebab itu, boleh dikatakan bahwa tidak ada  ada seorang pemimpin dalam dunia saat ini yang mampu menyetarakan dirinya dengan Musa.
      Saat sebelum Musa meletakan jabatan kepemimpinannya kepada Yosua, ia mengumpulkan segenap umat Israel dan menasihati mereka berdasarkan ketetapan hukum yang diterimanya dari Tuhan. Pada kesempatan itu Musa mengharapkan kepada seluruh kaum Israel agar tetap berpegang teguh pada Tuhan; jangan sekali-kali mereka meninggalkan Tuhan. Sebab, bila hal itu terjadi, bukan tidak mungkin, Tuhan akan menghukum karena kesalahan mereka. Ia berkata bahwa firman Tuhan (hukum Taurat, Perintah dan Ketetapan), yang sesungguhnya sudah dipahami itu, tidak jauh dari hidup mereka. Karena itu, tak perlu naik ke langit atau menyeberang ke seberang laut untuk mencari dan mengambilnya, untuk diperdengarkan pada mereka, melainkan ada dan sangat dekat dengan mereka, yaitu di dalam mulut dan hati mereka. Kita pun demikian. Firman Tuhan ada di dalam hati kita masing-masing, yang setiap saat diperdengarkan pada kita, untuk menjadi pedoman kehidupan iman kita. Firman Tuhan itu sangat dengan kita, yaitu Roh Kudus. Roh Tuhan itu selalu mengingatkan kita pada kebaikan, kedamaian, ketenangan dan kebenaran. Pakailah setiap waktu, selagi kita masih diam dalam setiap rumah kita, untuk menemukan segala kebaikan Tuhan. Niscaya, Tuhan akan menaruh roh ketenangan dalam batin, sehingga kita sanggup menikmati hidup ini dalam pengharapan. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)




   RENUNGAN                                                                                                                               
   HARIAN WAKTU PAGI (Minggu II Setelah Paskah)                                                                  Sabtu, 25 April 2020

KETAKUTAN ITU MANUSIAWI
1 Raja-Raja 19:1-8

          Mungkin kita akan bertanya sinis pada Elia, seorang nabi Perjanjian Lama yang begitu piawai dalam menjalankan tugas yang diembankan Tuhan padanya: “Mengapa engkau takut dengan kematian, Elia? Masakan seorang abdi Allah, kok bisa takut pada kematian?” Mungkin saja ada yang membela nabi ini dan berkata: “Memangnya Elia adalah seorang manusia super? Ia juga manusia biasa, sama seperti kau dan aku.” Iya kan?” Benar juga sih, pendapat ini. Memang, Elia bukanlah manusia super, ia juga manusia, sama seperti kita; ia punya rasa takut, gelisa dan putus asa, saat menghadapi ancaman hidupnya. Tetapi, perlu dingat oleh kita bahwa sekalipun ia sama dengan kita dan punya rasa takut yang sama, namun ia punya iman dan pengharapan jauh lebih besar dari rasa takut. Elia memang takut pada Izebel karena hendak membunuhnya, tetapi ia punya iman dan harapan kepada Tuhan. Terbukti, saat ia berada di padang gurun, karena iman dan pengharapan itu, Tuhan hadir melalui perantaraan malaikat-Nya, menyediakan makanan (roti), sebelum Eliaa menuju gunung Horeb.
        Nabi Elia juga manusia. Sekali lagi, ia bukan manusia kuat, seperti dalam film Superman, Batman, Hulk atau Spidermen yang sering kita tonton di layar TV rumah kita. Namun, Dia punya keyakinan pada Tuhan sebagai Penolong dan Pemelihara hidupnya. Sebab itu, bila bicara soal ketakutan menghadapi ancaman hidup pada setiap manusia, janganlah sekali-kali berlagak berani dan menilai orang lain itu tidak berani (alias takut), saat mengahadapi pandemi Covid-19 ini. Kita semua adalah manusia, sama juga dengan Elia. Namun, ketakutan pada virus corona itu, seharusnya mendorong kita untuk mengurangi penyebarannya. Itu bukan namanya takut, melainkan menghindar, supaya tidak menambah jumlah penderita akibat virus tersebut. Takut ya? Iya! Tetapi, maaf, aku masih punya iman dan pengharapan. Cuma itu saja kok repot!!! Tuhan berkati, Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)




   RENUNGAN                                                                                                                               
   HARIAN WAKTU MALAM (Minggu II Setelah Paskah)                                                               Sabtu, 25 April 2020

MANUSIA DIKENDALI TUHAN
Bilangan 9:15-23

Siapa yang mengendalikan hidup kita? Apakah diri kita sendiri, ataukah Tuhan yang memegang kendali hidup kita? Saya percaya bahwa kita semua tahu bahwa hnay Tuhan jualah yang mengendalikan hidup dan mati kita. Cerita perjalanan bangsa Israel setelah keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan, yang ditandai dengan tiang awan pada waktu siang dan tiang api pada waktu malam, menjadi bukti ajaib bahwa hidup dan aktifitas mansusia sepenuhnya dikendalikan oleh Tuhan. Ada perintah yang harus dituruti Israel, yaitu perintah berjalan dan perintah menetap. Bila awan Tuhan naik dari atas Kemah Suci, maka itu memberi pesan bangsa Israel harus bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat. Tetapi bila awan itu menetap di atas Kemah Suci itu, bangsa Israel tetap tinggal berkemah. Andaikan awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, Israel pun tetap lama menetap di tempat itu. Dan, bila awan itu menetap hanya sehari lalu beranjak lagi, maka Israel mengikuti irama pergerakannya.
Hal ini memberi pesan bahwa seluruh perjalanan bangsa Israel seutuhnya dikendalikan oleh Tuhan sendiri; Musa hanya sebatas memerintah melalui tanda pergerakan awan itu. Untuk sekarang ini, pengalaman seperti itu tidak lagi kita alami, sebagai tanda penyertaan Tuhan. Namun, manifestasi kehadiran Tuhan pada konteks zaman ini, pasca kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus Kristus, ialah: 1) peran penyertaan kuasa Roh Kudus yang membimbing dan menuntun;  dan 2)  peran Firman Allah (Alkitab) yang berfungsi sebagai penunjuk arah perjalanan hidup kita berdasarkan kemauannya Tuhan. Pingin di tuntun Tuhan agar perjalanan hidup kita aman dan tenang? Jawabannya hanya sederhana saja, tidak sulit untuk kita lakukan, yaitu mengandalkan Tuhan melalui kuasa Roh Kudus, dan berpegang pada firman-Nya, sebagai petunjuk arah jalan kita yang terbaik dan benar. Tuhan memberkati kita. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)

0 komentar:

Posting Komentar