RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Minggu Paskah I) Minggu, 12 April
2020
AKU PERCAYA PENEBUSKU HIDUP
Yohanes 20:1-10
“Harus ada bukti barulah dipercaya,” demikian kebiasaan
manusia umumnya. Kebangkitan Tuhan Yesus juga
menjadi tanda tanya
bagi kalangan murid-murid Yesus. Benarkah Yesus bangkit?
Maria Magdala adalah saksi
pertama yang melihat pintu kubur Yesus terbuka, dan menyampaikan kepada
murid-murid yang lain bahwa jenazah tubuh Tuhan Yesus telah diambul orang yang tak dikenal. Mendengar hal, Petrus dan
rekan-rekannya menyusul ke kubur dan menyaksikan dengan mata sendiri kalau
benar kubur Yesus telah kosong; kain kapan yang terletak di
tanah dan kain peluh yang sebelumnya ada di kepala Yesus ada di tempat
lain dan tergulung. Apakah benar Yesus telah
bangkita?
Kematian Tuhan Yesus menjadi
suatu peristiawa yang sungguh membuat hati para murid terpukul dan kehilangan
harapan. Suasana hati yang duka itu, saat kebangkitan Yesus, semuanya berubah karena kosong telah kosong, Yesus Kristus telah bangkita. Dia
tidak mati untuk selamanya, karena
Ia berkuasa atas kematian. Dia hidup
kembali sebagai tanda maut tidak lagi berkuasa
atas kehidupan Tuhan Yesus. Memang
kematian Yesus adalah keharusan, tetapi tidak
berarti kematian itu berkuasa atas-Nya. Dia hidup
kembali untuk memberikan hidup yang sesungguhnya kepada orang-orang yang percaya kepadaNya.
Sekalipun kita di zaman ini melihat
langsung peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, namun
sesungguhnya kita percaya, sebagaimana pesan Yesus pada Tomas, “berbahagialah
mereka yang
tidak melihat namun percaya“. Penebusku hidup haruslah menjadi pengakuan dan keyakinan kita untuk menjadi
menyatakan bahwa kebangkitan
Yesus
Kristus adalah Kabar Baik dan dasar iman kita. “Penebusku hidup,” demikianlah aku percaya dan demikianlah kesaksian kepercayaanku
kepada semua orang. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)
RENUNGAN
IBADAH PASKAH II (Hari Kedua Paskah-Pagi) Senin, 13 April 2020
KEBANGKITAN
KRISTUS MEMBAWA HARAPAN BARU
Lukas 23:56b-24:12
Saudara-saudara jemaat yang
dikasihi Kristus!
Syalom!
Pertama-tama
kita patut bersyukur karena Tuhan masih tetap mengasihi kita sampai saat ini;
dimana Ia setiap menjaga dan melindungi kita, sekalipun kita berada dalam
kondisi yang tidak nyaman.
Di hari
kedua sesudah perayaan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus (Paskah) yang kita
rayakan di tahun 2020 ini, saya mengajak kita sekalian merenungkan kembali
tulisan penulis Injil Lukas tentang peristiwa kebangkitan Yesus Kristus di
waktu yang lampau. Tentu saja kesaksian Lukas ini tidak asing di pendengaran
kita, karena setiap tahun bagian pembacaan ini sering dibacakan dan
direnungakan, saat kita merayakan Paskah.
Kekasih
Kristus!
Bila kita
mencermati tulisan Lukas di fasal pembacaan ini, ada beberapa hal yang
disampaikan penulis untuk kita semua.
Pertama, penulis Lukas mau menegaskan kepada kita bahwa kematian
Tuhan Yesus Kristus terjadi pada hari Jumaat sore, dan tubuh-Nya itu dikuburkan
di antara pukul 17.00-18.00. Itu berarti jenazah Yesus tidak lagi disemayamkan
di rumah orang tuanya, atau di rumah seorang murid-Nya. Tetapi, jenazah Tuhan
Yesus itu saat diturunkan dar atas kayu salib, langsung diantar dan dimakamkan
di kubur keluarga Yusuf Arimatea. Mengapa tidak disemayamkan sejenak, seperti
kebiasaan orang Kristen dewasa ini? Karena, ketika jenazah Yesus disemayamkan
dan menunggu hari berikutnya untuk dimakamkan, maka keputusan itu telah
melanggar tatanan keagamaan Yahudi yang berlaku pada waktu itu, yaitu mulai jam
18.00 hari Jumat sampai dengan 18.00 hari Sabtu, itu terhitung waktu hari Sabat
orang Yahudi. Maka, jam 18.00 hari Jumat-batas waktu 18.00 hari Sabtu, tidak
ada seorang pun yang diwajibkan bekerja. Bilama
ada yang beraktifitas di hari Sabat itu, maka orang tersebut dikenahi
ganjaran. Itulah sebabnya, jasad Yesus, apapun alasannya, harus dimakamkan sebelum
jam 18.00 hari Jumat itu.
Kedua, penulis Injil Lukas mau menjelaskan kepada kita bahwa
kebangkitan Tuhan Yesus Kristus itu berlangsung pada hari pertama Minggu itu,
atau tepatnya pada hari Minggu. Supaya menjadi jelas bahwa hari Minggu itu
adalah hari pertama, Senin hari kedua, Selasa hari ketiga, Rabu hari keempat,
Kami hari kelima, Jumat hari keenam, dan Sabtu hari ketujuh. Jadi, hari Sabtu
atau Sabat itu adalah hari ketujuh dalam satu pekan.
Pembacaan
kita saat ini memberi informasi pada kita bahwa Lukas tidak mencerita aktifitas
Petrus dan murid-murid yang lain, pasca penguburan Yesus. Ia hanya sekilas
memberi informasi singkat bahwa setelah jenazah Yesus dimakamkan di kuburan
keluarga Yusuf dari Arimatea, beberapa perempuan diantaranya Maria dari
Magdala, Yohana, Maria ibu Yakobus, dan beberapa perempuan lainnya pada Sabtu,
mereka menyiapkan ramuan-ramuan yang terbuat dari bahan-bahan alam dan tambah
minyak mur, untuk mengawetkan tubuh Yesus agar tidak membusuk. Dimanakah Petrus
dan teman-temannya? Sebenarnya merekalah yang bertanggung jawab terhadap
jenazahnya Yesus. Namun, penulis Lukas menerangkan kalau wanita-wanita itu
begitu sangat mengasihi Yesus, begitu sangat peduli pada tubuh Yesus, karena
mereka merasa kehilangan figur seorang Bapa, Guru yang terbaik. Perasaan itulah
yang mendorong para wanita itu, tepat pada hari Minggu mereka pergi kubur untuk
merempahi jenazah Yesus.
Perempuan-perempuan
itu bukan termasuk di dalam kelompok 12 murid Yesus, mereka adalah
wanita-wanita kaya yang sungguh setia menopang Yesus dalam pelayanan-Nya.
Mereka tidak saja setia melayani pada saat Yesus masih hidup dan bekerja,
melainkan sampai Yesus mati pun, wanita-wanita itu setia melayani-Nya.
Rempah-rempah yang berkualitas dan minyak yang hargannya melambung tinggi
disiapkan hanya untuk melayani Yesus yang mati. Itu bukti kesetiaan dan
ketulusan para wanita itu.
Hari Minggu
adalah hari yang tepat bagi perempuan-perempuan itu untuk ke kubur, merempahi
tubuh Tuhan Yesus yang tertidur kaku. Hari Minggu adalah hari yang terbaik
untuk memperhatikan Yesus, sekalipun Ia tak bernyawa. Hari Minggu bukanlah hari
sukacita, bukanlah hari penuh sejahtera, melainkan hari perkabungan dan hari
kesedihan bagi para perempuan tadi. Hari Minggu bukan hari pengharapan
melainkan hari hilang pengharapan. Itulah sebabnya, selain mereka pergi untuk
merempahi tubuh Yesus, mereka pun pergi untuk menangisi kematian Yesus.
Saudara
terkasih!
Pandanga dan
hati yang dipenuhi duka, dimana hari Minggu yang dirasakan sebagai hari hilang
pengharapan itu, diubah Allah menjadi hari yang membawa harapan baru.
Rempah-rempah yang berkualitas dan minyak mur yang harganya mahal itu, tidak
lagi dipakai untuk merempahi tubuh Yesus, karena Ia telah bangkit. Kesedihan
mendalam di setiap hati para perempuan itu, diubah Tuhan menjadi hari penuh
sukacita dan hari penuh damai sejahtera. Hari hilang pengharapan itu diubah
Allah menjadi hari yang menghadirkan harapan baru. Itulah sebabnya, dua orang
malait Tuhan menegaskan kepada wanita-wanita itu, saat mereka berada di kubur:
“Mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada di
sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia
masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan
orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.”
(perhatikan Matius 16:21; 17:22-23).
Berita
kebangkitan Yesus Kristus yang adalah berita sukacita, berita damai sejahtera,
berita harapan baru, saat disampaikan kepada para murid Yesus, semua berita itu
dipandang bohon oleh Petrus dan teman-temannya.
Sehingga penulis Lukas pada pembacaan ini, di ayat terakhir menjelaskan
kalau Petrus sendiri pergi ke kubur untuk membuktikan kebenaran fakta yang
diceritakan perempuan-perempuan tadi. Apa yang terjadi pada diri Petrus, saat
setelah mengetahui kalau kubur Yesus telah kosong? Ia hanya diam dan bertanya
dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi.
Dari kisah
ini, penulis Lukas mau menegaskan pada kita saat ini tentang fakta kebangkitan
Yesus yang sesungguhnya. 1) Batu yang menutupi pintu kubur Yesus telah
terguling; 2) Maya Yesus tidak ada; 3) Malaikat Tuhan menampakan diri pada
Maria Magdala dan teman-temannya. Ketiga hal ini adalah fakta yang tidak
mungkin diragukan lagi kalau Yesus Kristus, Tuhan kita, telah bangkit dari
kematian-Nya. Pengharapan yang hilang menjadi ada kembali sebagai harapan baru
bagi segenap manusia. Sukacita yang hilang telah kembali lagi dimiliki oleh
segenap orang percaya. Damai sejahtera yang mati telah hidup kembali di dalam
kebangkitan Kristus.
Oleh sebab
itu, sebagai orang Kristen dewasa ini, Paskah adalah harapan baru bagi kita
semua, Paskah adalah sukacita baru dan damai sejahtera baru untuk kita semua.
Sekalipun kondisi kita akhir-akhir ini tidak nyaman, persekutuan bersama di
antara satu dengan yang lain sedang sakit, ketakutan dan kecemasan kita
melambung tinggi, tetapi kebangkitan Kristus sanggup mengubah semuanya di dalam
hati kita masing-masing. Paskah adalah harapan baru di tengah-tengah situasi
yang mencekan. Ingat, kebangkitan Kristus sekali-kali tidak mengantar kita
untuk bersedih, melainkan bersukacita di tengah-tengah kondisi yang tidak
nyaman.
Paskah kita
di tahun ini tidak meriah seperti paskah-paskah di waktu lalu. Namun, melalui
hari Paskah yang dibuat secara sederhana dalam keluarga kita masing-masing di
tahun ini, saya percaya, sukacita Kristus, damai sejahtera Kristus, harapan
baru Kristus, pasti dan selalu ada. Kalau Tuhan sanggup mengubah hati yang duka
dari perempuan-peremuan tadi, maka percayalah bahwa kebangkitan Yesus Kristus
pasti mengubah hati kita yang cemas, takut, sedih, dls, menjadi hati yang
gembira. Karena itu, kita tunggu waktu untuk Tuhan bertindak menolong kita
semua. Selamat Paskah, Tuhan Yesus memberkati. Amin. (Pdt. Lucky Matui,
S.Th)
RENUNGAN
IBADAH UNSUR-UNSUR JEMAAT (Hari Kedua Paskah - Malam) Senin, 13 April 2020
AKU MENGASIHI ENGKAU
Yeremia 31:1-6
Syalom!!!
Saudara-saudara
yang terkasih.
Pernakah saudara mengunjungi seorang
tahanan di sebuah sel di Polres Abepura, atau di Lembaga Pemasyarakatan
Abepura? Saya percaya bahwa tentu saja kita pernah mengunjungi tempat-tempat
seperti itu. Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan seorang tahanan yang
menjalani masa tahanannya bertahun-tahun di tempat semacam itu. Tentu saja ia
berharap agar masa tahanan yang dijalaninya itu cepat berakhir, supaya ia bisa
kembali berjumpa dengan orang-orang yang dikasihinya. Dan andaikan masa tahanan
seorang itu berakir dengan baik, tentu saja orang tersebut merasa bahagia
karena ia telah dibebaskan dari hukuman tahanan yang diberikan kepadanya.
Saudara sekalian!
Kehidupan kaum Israel di masa hidup nabi
Yeremia pun nasibnya sama seperti seorang tahanan. Mereka dibuang ke
tempat-tempat pembuangan di kerajaan Babel. Sekalipun kebebasan hidup dan
bekerja di daerah-daerah pembuangan itu dijamin oleh kerajaan Babel, tetapi
namanya hidup bukan di negeri sendiri. Apa artinya. Kebebasan hidup dan
berekspresi sebagai masyarakat yang merdeka, tidak lagi terlihat seperti yang
dirasakan di kerajaan sendiri. Kaum Israel tidak lagi berjaya seperti di masa
pemerintahan raja Daud. Mereka telah kehilangan kota Yerusalem yang disanjung
tinggi karena kemegahannya; tembok kota yang kokoh dan kuat itu telah hancur
berkeping-keping. Bait Allah yang dibangga-banggakan seluruh kaum bangsa itu,
kini telah sirna; bahkan nama besar bangsa itu pun hilang ditelah kejayaan
kerajaan Babel. Apa yang mau dibanggakan lagi oleh bangsa itu? Tidak ada!
Masa-masa sulit terus dialami kaum
Israel di pembuangan dari waktu ke waktu. Kondisi itu membuat mereka mulai
hilang pengharapan, karena menurut bangsa itu, Tuhan sepertinya sudah tidak
lagi memperhatikan mereka. Tuhan telah pergi jauh dan tidak lagi menghadapkan
wajah-Nya pada mereka. Apakah benar demikian sikap Tuhan seperti itu? Atau,
apakah benar Tuhan sebagai pembenci, pemarah dan penyimpan dendam terhadap
bangsa pilihan-Nya? Tidak, saudaraku! Tuhan yang disembah dan dipercaya kaum
Israel adalah Allah Yang Pengasih dan Penyayang. Sifat Allah itu, mengingatkan
saya kembali pada perenungan firman Tuhan dalam kitab Keluaran 34:1-12 yang
diberi judul “Tuhan selalu menyatakan kasih-Nya.” Tidak salah judul renungan
itu disampaikan pada ibadah unsur unsur jemaat tertanggal 2 dan 4 Maret 2020
yang lalu. Dalam bagian pembacaan itu dijelaskan bahwa ketika nabi Musa
berjumpa Tuhan untuk menerima Sepuluh Hukum (The Ten Commandement) bagi bangsa Israel, Tuhan berjalan di depan Musa dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah
penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yan`g
meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan,
pelanggaran dan dosa;...” Demikianlah Tuhan
membuktikan di depan mata Musa, kalau Dia adalah Pengasih dan Penyayang.
Allah tidak saja membuktikan diri-Nya
sebagai Pengasih dan Penyayang di depan mata Musa dan bangsa Isreal di waktu
lampau, melainkan kasih-Nya itu berlaku pula bangi bangsa Israel di masa
pembuangan di Babel. Itulah sebabnya Ia menyuruh Yeremia, nabi yang bekerja
dengan hati (nabi hati nurani) ke tengah-tengah bangsa Israel untuk menegaskan
beberapa hal sebagai pesan firman Tuhan kepada bangsa itu, di antaranya:
1.
Allah hendak menyatakan
diri-Nya sebagai Tuhan atas segala kaum keluarga Israel dan mereka akan menjadi
umatnya Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah pingin bangsa Israel menjadi
umat-Nya yang dimulai dari setiap rumah tangga kamu Israel. Itu berarti Tuhan
menjadi pemimpin secara umum bagi kaum Israel bahkan juga sebagai pemimpin bagi
setiap keluarga (rumah tangga) kaum Israel
2.
Tuhan menyatakan bahwa
Dia mengasihi Israel dengan kasih yang kekal, sehingga Ia akan melanjutkan
kasih-Nya atas bangsa itu. Pesan ini
hendak menandaskan kepada kaum Israel bahwa Tuhan itu Pengasih dan Penyayang
dan tidak pernah melupakan bangsa-Nya. Sekalipun pada waktu itu kasih Tuhan
menjauh dari Israel, tetapi kini kasih Tuhan ingin dilanjutkan kembali dengan
bangsa itu.
3.
Tuhan akan membangun kaum
Israel sehingga mereka terbangun kembali dan bersukacita dengan puji-pujian dan
tari-tarian di hadapan Tuhan. Mereka pun akan membangun sisi perekonomian
bangsa Israel sehingga maju dan sejahtera. Hal ini menegaskan bahwa Tuhan tidak
pingin Israel hidup terpuruk dalam duka. Ia ingin bangsa pilihan-Nya itu
bangkit kembali dari keterpurukan dan hidup dalam kelimpahan dan sukacita.
REFLEKSI:
§
Kita perlu jujur di
hadapan Tuhan bahwa selama ini kita hidup di bawah tekanan batin karena perasaan
takut, cemas akibat bahaya penyebaran virus corona? Iya kan? Sekalipun kita
masih sehat dan tinggal di dalam rumah kita sendiri, tetapi batin kita
terganggu karena seluruh aktifitas kerja kita macet, sosialisasi dengan sesama
yang lain menjadi renggang, kebutuhan hidup bersama dalam persekutuan pun
terbatas. Tentu saja kondisi ini membuat kita ingin bebas seperti yang
biasanya. Apakah kita sanggup membebaskan diri kita dari tekanan itu? Begitu
sulit, saudaraku. Tentu saja kita butuh Seorang Pembebas, yaitu Tuhan Yesus
Kristus. Kematian dan kebangkitan-Nya adalah bukti kasih yang tulus pada kita.
Maka, janji Tuhan untuk membebaskan kita, itu sudah pasti, namun kita harus
menunggu waktu Tuhan yang tepat. Kasih-Nya itu kekal dan akan dilanjutkan
kembali pada saat yang tepat.
§
Bila ketika tertentu
kasih Tuhan itu nampak, saya percaya bahwa ada sukacita, puji-pujian dan syukur
kepada-Nya, karena Ia telah membangkitkan kita dari rasa takut dan cemas,
sebagaimana Ia bangkita dari kematian-Nya membawa pembebasan, kemenangan dari
dosa dan maut. Percaya ataupun tidak, ketika wabah virus ini akan berakhir,
saya membayangkan akan ada sukacita dan puji-pujian di dalam persekutuan kita.
Tidak hanya itu, sukacita itu pun terjadi karena ekonomi kita telah normal
kembali; usaha kita kembali berjalan, pekerjaan dan pendidikan kita kembali normal, dls. Tuhan memberkati kita
sekalian. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI Selasa, 14 April 2020
MENJADI SAKSI KEBANGKITAN
KRISTUS
Matius
28:16-20
Perikop ini merupakan
kelanjutan dari peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, dimana mereka harus pergi ke
Galilea dan berjumpa dengan Tuhan Yesus di sana. Ketika para murid bertemu di Galilea mereka menyembah-Nya, tetapi ada beberapa orang
yang masih ragu-ragu akan kebangkita Yesus. Untuk menepis keraguan
beberapa murid itu Tuhan Yesus berkata “KepadaKu telah diberikan
segala kuasa di sorga dan
di bumi“. Artinya, Tuhan punya kuasa melakukan
segala hal termasuk pula kebangkitan-Nya dari
antara orang mati. Karena itu, berita tentang
kebangkitan-Nya harus diwartakan kepada seluruh bangsa. Para murid Yesus
dijadikan sebagai saksi (bhs Yunani “Marturia
atau Martureo“) untuk melaksanakan tiga
amanat-Nya, yaitu: Menjadikanlah segala bangsa
menjadi murid Yesus, membaptis
mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh
Kudus, dan mengajar
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Yesus perintahkan.
Para murid menjadi
saksi Kristus kepada
seluruh bangsa agar percaya pada
Yesus Kristus yang telah bangkit dari kematian-Nya. Peran sebagai
saksi menjadi identitas setiap muridNya yang
mengajarkan tentang keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Sebagai
saksi Kristus bukanlah pekerjaan yang mudah. Sekalipun tugas saksi begitu berat, namun ada jaminan
yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya, yaitu
Dia bmenyertai mereka sampai
akhir zaman. Apakah kita juga adalah
saksi Kristus akan kebangkitan-Nya? “Ya!” Maka, tugas kita ialah menyampaikan
secara dinamis kepada
semua orang tentang keselamatan yang telah dikerjakan Tuhan Yesus melalui
kematian dan kebangkitanNya. Panggilan saksi Kristus adalah
tanggungjawab kita semua
orang yang di wujudkan dalam kehidupan keluarga
dan disekitar kita.
Ingatlah untuk selalu menjadi saksi Kristus dalam ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan untuk mendengar perintahNya. Jangan ragu karena Tuhan tidak pernah
ingkar janji karena Dia akan terus menyertai sampai kapanpun, sebab Dialah Tuhan kita yang
hidup dan berkuasa serta memberikan keselamatan bagi kita. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)
RENUNGAN
IBADAH KEUARGA (Malam) Selasa, 14 April 2020
HIDUP
BEBAS BERSAMA KRISTUS
Kolose
3:1-4
Keluarga
yang Tuhan Yesus Kasihi…
Ada
satu ilustrasi yang menceritakan kisah seorang petani yang hendak menjual hasil
kebunnya ke kota. Karena jarak tempuh cukup jauh, maka si petani
itu harus menggunakan kendaraan. Tidak
lama kemudian datanglah mobil Pick-Up berhenti
tepat di depannya. Supir berhati baik itu bersedia menolongnya
dengan memberi tumpangan. Si petani pun kemudian mengangkut semua hasil
kebunnya di bagian belakang mobil, dan mobil
itupun melaju menuji kota. Tetapi, dalam
perjalanan supir sang melihat ada yang janggal, karena
petani tersebut tidak meletakan bahan jualannya di mobil, melainka tetap
memikul barang-barang itu dipundaknya. Lalu, supir menghentikan mobilnya dan bertanya
kepada petani itu: “Mengapa engkau tidak
meletakkan beban berat itu dan tetap memikulnya? Bukankah
perjalanan yang ditempuh masih sangat jauh?” Petani
itu menolak menaruh beban itu dan tetap saja memikul di pundaknya dan
berkata bahwa dia senang memikul beban ini, dan
baginya itu bukan suatu masalah”.
Ilustrasi
di atas ini memiliki makna bagi kita dalam
suasana perayaan Paskah kebangkitan Tuhan Yesus, yang
menyatakan bahwa Dia menang atas dosa dan maut.
Kebangkitan Yesus menyatakan bahwa penebusan atas dosa
telah terjadi dalam kehidupan manusia,
sehingga sebagai orang-orang yang telah ditebus melalui kematian dan
kebangkitanNya, maka kita tidak
lagi membiarkan diri untuk hidup didalam berbagai beban dosa,
sebagaimana si petani dalam ilustrasi ini. Terkadang kita
begitu sulit
melepaskan beban yang dipikul dalam perjalanan hidup ini, walaupun
telah mengalami pertolongan Tuhan. Kebangkitan Tuhan Yesus
memberi makna kepada setiap orang untuk hidup baru sebagai orang-orang
yang telah diselamatkan dan tidak lagi membiarkan diri terikat pada beban dosa
dalam perjalanan hidup ini.
Keluarga
yang Tuhan Yesus Kasihi…
Hal ini
juga yang menjadi nasehat Rasul Paulus kepada jemaat di
Kolose sebagaimana tergambar pada perikop pembacaan Alkitab saat ini. Sedikit
menjelaskan bahwa
Kota Kolose terletak kira-kira 160 km di sebelah Timur
kota Efesus, yakni di tepi sungai Lycus. Kolose pernah
menjadi kota penting dan terkenal dengan industri wol dan tekstilnya. Tetapi, pada
masa Paulus, keadaannya kurang menarik dan
kedudukannya sebagai salah satu kota di Asia kecil sudah tidak begitu penting
lagi. Pada saat ini bekasnya pun tidak dapat ditemukan lagi. Adapun pengaruh
penginjilan Paulus sudah sampai ke kota itu, dan telah menjangkau
semua penduduk Asia, sehingga mereka dapat mendengar Firman Tuhan, baik
itu orang Yahudi maupun orang Yunani (Kis 19:10). Sekalipun Paulus
tidak pernah mengunjungi jemaat Kolose (Kol 2:1), tetapi
dia tetap memelihara hubungannya dengan jemaat itu melalui Epafras, seorang
yang telah bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kol
1:7, 4:12).
Alasan
Paulus menulis surat ini karena munculnya ajaran palsu yang mengancam kehidupan
rohani jemaat di Kolose. Ajaran-ajaran yang berkembang menurut
pikiran duniawi dengan berbagai filsafat palsu yang bertentangan dengan
kebenaran Firman Tuhan (Kol 2:8). Untuk
itulah Paulus, di dalam suratnya ini menentang
ajaran palsu yang berkembang pada saat itu. Surat
ini bermaksud membimbing jemaat Kolose untuk mengarahkan pandangannya hanya
kepada Kristus.
Pada
bagian ini Rasul Paulus menyampaikan suatu makna kehidupan bersama dengan Kristus, dan apa
yang harus dilakukan orang Kristen yang telah mengalami penebusan melalui
kematian dan kebangkitanNya. Sehingga setiap orang yang telah “dibangkitkan”
bersama Kristus (dalam hal ini bukan menunjukkan kebangkitan secara jasmani)
melainkan sebagai kiasan yang menunjukkan cara hidup yang berbeda dari hidup
sebelumnya, yakni mengarahkan seluruh totalitas hidupannya kepada
perkara-perkara atau segala hal berkaitan
tentang Tuhan Yesus Kristus. Paulus berkata, “...kalau
kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus..“ mau menunjukkan
siapa kita dulu dan sekarang. karena dibangkitkan bersama
Kristus memberikan suatu pengertian tentang suatu kehidupan baru yang memiliki
pengharapan iman kepada Kristus,
sehingga sudah sepatutnya untuk mengarahkan segenap hidup pada Tuhan dan tidak
terikat lagi pada dosa. Rasul Paulus menyampaikan bahwa orang-orang yang
menilai, mempertimbangkan, memikirkan segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan
dan hidup menurut kehendakNya, maka dialah yang berhak
memperoleh kemuliaan bersama Kristus ketika kelak Dia menyatakan diri.
Keluarga
Yang Tuhan Yesus Kasihi…
Saat ini kita masih ada dalam
suasana perayaan Paskah walaupun perayaan Paskah tahun ini berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya, karena kita rayakan dalam suasana untuk memutuskan
mata rantai penyebaran Covid 19. Namun, apapun
kondisi yang kita alami saat ini, ingatlah selalu pada kuasa kebangkitan
Kristus yang membuktikan bahwa Dia hidup dan berkuasa atas dosa, maut dan juga
berkuasa atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Kebangkitan Kristus memberikan harapan baru
bagi setiap orang dan memimpin untuk hidup dalam kebenaran. Untuk itulah
sebagaimana nasehat Rasul Paulus kepada Jemaat Kolose,
juga menjadi nasehat dan penguatan bagi kita untuk memaknai dengan sungguh-sungguh
kebangkitan Kristus, yang memberikan kehidupan baru bagi
setiap orang. Hal itu
harus diwujudkan dalam sikap dan perilaku hidup bersama keluarga, jemaat dan
masyarakat yang selalu menunjukkan totalitas hidup yang mau menanggalkan hidup
lama dalam dosa, dan tidak membiarkan diri selalu terikat dalam beban itu,
sekalipun kita hidup di dalam
dunia ini yang selalu menawarkan berbagai pengaruh. Tuhan telah menyelamatkan
kita maka jalanilah kehidupan baru dalam kebenaran Kristus dengan terus
mengarahkan pandangan hanya kepada
Kristus di dalam iman melalui doa dan
Firman, karena kuasa Kristus kekal selamanya.
Amin. (Pdt. Nova
Leaua, S.Si. Teol)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI Rabu, 15 April 2020
HIDUP DI DALAM KRISTUS
Kolose 2:6-7
Taukah Anda
tentang makna dari kebangkitan Kristus bagi orang Kristen? Kita perlu tahu dan
mengerti bahwa kebangkitan Kristus merupakan puncak dari karya keselamatan
Allah bagi manusia di dalam Kristus Yesus, dan kebangkitan (kubur kosong) itu
membuktikan kalau Yesus Kristus itu adalah TUHAN yang berkuasa atas kematian.
Hal itu yang mentahbiskan Yesus Kristus sebagai TUHAN di mata manusia. Artinya
bahwa setelah Yesus bangkita dari kubur dan menampakkan diri-Nya kepada para
murid dan orang-orang banyak pada saat itu, membuat Ia diakui sebagai Tuhan dan
Allah, sebagaiman isi pengakuan Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku.” (Yoh 21:28).
Berita kebangkitan Yesus yang adalah TUHAN itu menjadi pokok kesaksian Paulus
bagi jemaat Kolose.
Rasul Paulus menasihati jemaat Kolose
dengan empat hal penting, yaitu bahwa kalau orang Kolose telah menerima atau
mengakui di dalam imannya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN, maka: 1) hidup mereka berakar di dalam Dia, 2)
hidup mereka dibangun di atas Dia, 3) hendaklah meteka bertambah teguh dalam
iman, dan 4) hendaklah hati mereka melimpah dengan syukur. Itulah ciri
hidup orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman dan mengakui Yesus sebagai
TUHAN. Sebagai orang percaya, kita pun harus dan tetap hidup berakar, dibangun,
bertambah teguh dalam iman, dan senantiasa bersyukur di dalam Tuhan, baik di
waktu tenang maupun tegang. Karena itu, apapun juga yang menimpah kita, yakin
dan percaya Tuhan Yesus Kristus, kebangkitan dan hidup itu, adalah Penjaga
kita, sebagaiman dalam syair dan lagu oleh C.V Martin dan W.S Martin dalam
Kidung Jemaat 438 “Apapun Juga Menimpahmu.” Amin. (Pdt. Lucky Matui,
S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM Rabu, 15 April
2020
KRISTUS ADALAH HIDUP KITA
Lukas 15:24
Seorang anak
perempuan, kira-kira berumur 13 tahun, pernah mengucapkan kalimat singkat, saat
sedang duduk berduka disamping peti jenazah ayahnya dan berkata: “bapak, engkau
adalah hidupku. Hidupku hampa saat kau pergi meninggalkanku.” Saya sempat
mendengar kalimat itu, sebelum melaksanakan ibadah pemakaman ayahnya. Entahlah,
saya tidak tahu apa maksud dari ucapan si gadis remaja itu. Tetapi, paling
tidak, saya bisa memahami bila anak itu sungguh kehilangan ayahnya, setelah
setahun ditingalkan ibunya karena sakit. Hidup gadis remaja itu benar-bena
rapuh karena kehilangan figur ayahnya.
Cerita ini mengingatkan kita bahwa
alangkah rapuhnya bila kehilangan Tuhan dalam hidup ini. Kita bukan seperti
anak kecil tadi, yang kehilangan ayahnya, tetapi kita punya Bapa yaitu Yesus
Kristus yang telah bangkit dan sedang tinggal di antara kita. Kebangkitan
Kristus telah membangkitkan kita bersama-sama dengan-Nya dari kematian-Nya,
supaya selalu berpikir tentang Tuhan bukan pada hal-hal duniawi yang tidak mendatangkan
keselamatan hidup. Artinya, kita diingatkan bahwa Tuhan itu harus diletakan
lebih utama dari segala kepentingan yang lain. Kalau Ia telah mati dan bangkita
untuk kita, maka jangan sekali-kali melupakan kebaikan-Nya, melainkan selalu
mengingat, percaya dan mengikuti maunya Tuhan. Dengan demikian, apabila Kristus
yang adalah hidup kita itu, ketika datang kembali untuk kedua kalianya, kita
akan ada bersama Dia dalam kemuliaan-Nya. Ini janji firman Tuhan bagi kita.
Oleh sebab itu, marilah gunakan waktu bersama keluarga kita untuk tetap mencari
Tuhan, selagi masih ada kesempatan. Amin. (Pdt. Lucky Matui,
S.Th).
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI Kamis, 16 April 2020
TUHAN DEKAT SETIAP WAKTU
Mazmur 34:19
Tahukah anda dengan lagu “Ya Tuhan, Tiap Jam”? (KJ.
457). Tentu saja kita tahu semua, bukan? Nyanyian ini diciptakan seorang ibu
rumah tangga bernama Annie Sherwood Hawks. Annie lahir di Hoosick, New York,
pada tahun 1835. Ia hidup bersama Charles Hawks, suaminya dan kedua anaknya di
Brooklyn, New York. Ada alasan sehingga Annie menciptakan lagu “Ya Tuhan, Tiap
Jam.” Dia bercerita bahwa ketika berumur 37, sekitar tahun 1872, pada suatu
pagi ia sibuk dengan urusan rumah tangganya. Tiba-tiba timbul pikiran pada
dirinya bahwa betapa indahnya hidup dekat Tuhan, entah itu dalam keadaan
bahagia ataupun derita. Lalu, timbullah kata-kata berikut ini dalam hatinya,
“Ya Tuhan, tiap jam, aku memerlukanMu…”. kemudia ia membuat syair itu. Dari 400
lagu yag diciptakan Annie, lagu “Ya Tuhan Tiap Jam” ini yang paling dikenal di
kalangan musisi dunia.
Apa pun yang sedang kita pikirkan tentang hidup
ini, pemazmur jelas-jelas menegaskan bahwa Tuhan itu dekat dan bertindak
menyelamatkan orang patah hati dan remuk jiwanya. Hal ini menandakan bahwa
Tuhan itu ada, dan selalu dekat dengan kita di kala kita susah dan senang.
Taukah anda bahwa Tuhan ada di tengah-tengah keluarga kita? Oleh sebab itu,
kita pun dituntut untuk dekat dengan-Nya. Ingat pesan Annie Hawks tadi bahwa
hanya dengan hidup dekat bersama Tuhan, kehidupan kita akan jadi lebih indah.
Karena hidup yang diberikan Tuhan kepada kita akan indah kalau dekat dengan
Tuhan. Singkat kata, “hidup dekat dengan Tuhan, kehidupan menjadi indah”. Amin.
(Pdt. Lucky Matui, S.Th).
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM Kamis, 16 April 2020
BERSUKACITA KARENA
BERKAT TUHAN
Mazmur 92:1-7
Saya percaya bahwa kita bukan orang bodoh yang tidak mengetahui kebaikan Tuhan dalam hidup
kita. Kita juga bukan orang bebal yang tidak paham dan mengerti akan kasih
kemurahan Tuhan dalam kehidupan ini. Kita bukan termasuk kategori orang-orang
yang menyangkal akan kasih dan kuasa Tuhan dalam perjalanan hidup kita. Kita semua adalah orang-orang yang berhikmat,
berpengetahuan dan mengerti akan semua kebaikan Tuhan dalam hidup ini. Itulah sebabnya kita selalu berkata hidup ini adalah
anugerah Tuhan yang bernilai. Pemazmur mengajak kaum Israel agar lebih
baik menyanyikan syukur kepada Tuhan Yang Mahatinggi dan Mahabaik. Dan berterima kasih karena kasih setia-Nya kepada semua orang, baik pada waktu
malam maupun siang.
Mengucap syukur itu adalah
bagian penting dari orang-orang percaya yang berhikmat; orang-orang yang sungguh-sungguh tahu bahwa
Tuhan adalah Pengasih dan Penyayang. Segala kekuatan, kesehatan, hikmat dan
pengetahuan bersumber hanya dari Tuhan. Oleh sebab itu,
selagi masih berada di dalam situasi perayaan Paskah, selaku orang yang
berhikmat patutlah kita menaikan syukur karena kebaikan Tuhan lewat kematian
dan kebangkiatn Yesus Kristus, yang telah membawa kita bebas dari maut dan
hidup di dalam keselamatan Allah. Itu adalah pekerjaan Allah yang besar bagi
kita yang layak disyukuri. Demikian ciri ciri hidup orang Kristen yang
berhikmat. Ingat, mengucap syukur itu tidak hanya dalam kata-kata di setiap doa,
melainkan ditandai dengan sukacita dari hati kita masing-masing. Setiap mesbah keluarga perlu ada syukur, pujian-pujian dan sukacita, sebagai wujud
iman kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita. Amin. (Pdt. Lucky Matui,
S.Th).
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI Jumat, 17 April
2020
IMAN ITU HARUS
DIUJI
Yakobus 1:2-4
Siapakah
di antara kita yang hidup tanpa pencobaan? Saya pikir, siapapun orangnya, kita
semua sering berhadapan dengan pencobaan. Pencobaan yang dimaksudkan penulis
Yakobus terkait dengan masalah dan persoalan hidup yang sering terjadi. Ketika
kita menghadapi masalah penyebaran virus corona akhir-akhir ini, banyak orang
berkata bahwa virus itu adalah hukuman Allah terhadap manusia. Benarkah
demikian? Ada pula yang berbeda pendapata dengan berkata bahwa virus itu
merupakan cobaan bagi setiap orang, secara khusus orang-orang Kristen dewasa
ini, termasuk kita di tanah Papua. Benarkah demikian? Bagi saya, apapun yang
sering kita hadapi merupakan bagian dari cobaan hidup orang Kristen. Itu
berarti, covid-19 ini pun juga termasuk di dalam bingkai pencobaan yang sedang
dihadapi oleh kita semua.
Pencobaan
itu adalah ujian pada iman kita, menurut rasul Yakobus. Pencobaan itu menguji
sampai sejauh mana iman kita kuat kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit
itu. Bahwa
justru lewat pencobaan yang sedang kita hadapi, iman kita akan menghasilkan
ketekunan, dan ketekunan itu menghasilkan buah yang matang, supaya menjadi
sempurna dan utuh di dalam Tuhan. Yakobus menegaskan pada kita, sebagai
anak-anak Kristus, agar patut berterima kasih dengan adanya pencobaan yang
sedang kita hadapi bersama-sama. Covid-19 bukan pencobaan pada suatu daerah
tertentu, negara tertentu, melainkan menjadi pencobaan global, yang sedang
menguji sampai sejauh mana iman dan ketekunan kita matang dan sempurnah di
dalam Kristus Yesus. Virus ini menjadi momok dan sedang meguji iman setiap
keluarga-keluarga Kristen dewasa ini. Apakah iman dan persekutuan kita akan
tetap bertahan sampai setelah virus ini berakhir, ataukah iman dan persekutuan
ibadah dalam rumah tangga kita akan berhenti saat virus ini berhenti?
Pikirkanlah dan renungkanlah itu baik-baik, sebagai anak-anak Tuhan dewasa ini.
Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM
Jumat, 17 April 2020
YESUS ADA DI
DALAM RUMAH KITA
Wahyu 3:20
Tahukah kita kalau
selama ini Tuhan Yesus telah berada bersama-sama dalam rumah tangga setiap
keluarga kita masing-masing, dan sedang duduk, makan dan minum bersama?
Sekiranya kita tidak tahu, maka saya yakin Yesus masih sabar berdiri di depan
pintu rumah kita. Namun, saya percaya bahwa selama kita membangun persekutuan
peribadatan kepada Tuhan, Ia ada bersama dengan kita.
Yesus berkata: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan
mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku
akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku.” Perkataan
ini merupakan gambaran kehidupan hati setiap orang Kristen yang benar-benar pekah
mendengar suara panggilan Yesus. Siapa yang pekah mendengar pasti membukakan
pintu hatinya menyambut Yesus masuk dalam hidupnya. Tetapi, bila ada yang tidak
peka mendengar pangilan Tuhan, dan membukakan pintu hatinya menyambut Yesus
masuk dalam hidupnya, maka Yesus tetap setia memanggilnya, karena Ia mengasihi
kita.
Rumah-rumah kita
adalah tempat perjamuan kasih antara Yesus dan kelaurga kita. Perjamuan kasih
yang sering kita laksanakan bersama dalam persekutuan berjemaat, sangat berbeda
saat Yesus hadir di tengah rumah tangga kita. Perjamuan kasih persekutuan melibatkan
banyak orang, tetapi perjamuan kasih keluarga jumlahnya sedikit, yaitu antara
ayah, ibu, anak-anak dan Tuhan. Sangatlah sederhana, bukan? Yesus tidak butuh
kemewahan dan makanan yang berlimpah, melainkan sederhana namun harmonis
bersama-Nya. Oleh sebab itu, yakinlah bahwa Tuhan tidak sedang berdiri di depan
pintu rumah kita sambil mengetok, tetapi sekarang Ia sedang ada bersama dalam
rumah tangga kita, sambil maka, minum dan bercerita tentang kasih-Nya pada
kita. Ingat, walaupun kita adalah pemilik rumah, tetapi saat Yesus berada di
tengah-tengah kita, Ia adalah Pelayan yang melayani kita dengan setia. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th).
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI Sabtu, 18 April
2020
IMAM YANG KUAT
DAN TEGUH HATINYA
Yosua 1:9
Peran Yosua bukan
saja sebagai pemimpin bangsa Israel, melainkan ia pun juga seorang bapak di tengah-tengah
keluarganya. Pada satu sisi, saat memimpin bangsa Israel, Yosua tampil sebagai
pemimpin bangsa, tetapi saat ia bersama-sama dengan istri dan anak-anaknya, ia
tampil sebagai imam kepala keluarga. Keberhasilan Yosua memimpin bangsa Israel
masuk tanah perjanjian, Kanaan, tidak terlihat pada kecakapan organisasinya,
melainkan sepenuhnya didukung oleh keluarganya.
Sebelum memasuki
tanah Kanaan, Tuhan datang menasihati Yosua, dengan berpesan agar ia menguatkan
dan meneguhkan hatinya; Yosua diharapkan untuk tidak kecut dan tawar hati dalam
menghadapi masalah yang akan menghadangnya. Sekalipun masih tergolong usia
muda, Yosua dituntut Tuhan agar memiliki prinsip, iman dan pengharapan sebagai
seorang pemimpin dan imam di tengah-tengah keluarganya. Tuhan mengharapkan
Yosua harus mengikuti kemaunya Tuhan, karena di ujung perintah-Nya itu, Ia
memberi janji penyertaan-Nya bahwa “TUHAN
Allahmu, menyertai engkau ke mana pun engkau pergi.” Ini bukan janjia
asalal janji, melainkan janji yang pasti digenapi Tuhan.
Perjanjian
penyertaan Tuhan bagi Yosua sebagai pemimpin dan imam keluarga, bukan sekedar
janji yang berlaku pada Yosua di zamannya, tetapi berlaku juga bagi setia
imam-imam keluarga di setiap rumah tangga-rumah tangga Kristen sekarang ini.
Mengacu pada nama Yosua atau Yohoshua (bhs Yun “Iesous” atau Yesus yang berarti
“keselamatan” atau ‘juruselamat.”), mengingatkan kita bahwa Tuhan itu adalah
penolong atau Juruselamat bagi kehidupan Yosua. Maka penting dimengerti oleh
kita bahwa janji pertolongan Tuhan bagi setiap imam keluarga tetap berlaku dulu dan sampai sekarang.
Itulah sebabnya, seorang imam keluarga yang berhasil tidak terlepas dari
kekuatan dan keteguhan hatinya dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah
keluarga dengan setia. Amin. (Pdt.
Lucky Matui, S.Th).
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM Sabtu, 18 April
2020
ALLAH TURUT
BEKERJA
Roma 8:28
Apapun alasannya
Allah selalu turut bekerja dalam segala sesuatu, baik di tengah-tengah kondisi
aman maupun yang buruk. Bagaimana iman dan pengharapan kita menjadi kuat, bila
kita tidak pernah menghadapi kondisi yang sulit? Sebagaimana Yakobus berkata
bahwa pencobaan itu adalah
ujian pada iman kita. Pencobaan itu menguji sampai sejauh mana iman kita kuat
kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit itu. Bahwa justru
lewat pencobaan yang sedang kita hadapi, iman kita akan menghasilkan ketekunan,
dan ketekunan itu menghasilkan buah yang matang, supaya menjadi sempurna dan
utuh di dalam Tuhan (Yak 1:2-4).
Pikiran
teologi Paulus tidak berbeda dengan Yakobus terkait dengan pencobaan terhadap
iman seorang Kristen. Namun, bagi Paulus, setiap tantangan yang hadir mencobai
iman percaya orang Kristen, ia selalu menegaskan kepada jemaat di Roma bahwa
Tuhan ada dan setia ikut di dalam kondisi yang baik maupun yang buruk. Paulus
berkata: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia (Tuhan), yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana
Allah.” Nasihat Paulus ini mengingatkan orang Kristen Roma dalam kaitannya
dengan penderitaan yang dialami mereka akibat Injil Kristus. Namun, pernyataan
Paulus demikian bukan saja terkait dengan penderitaan Injil semata, melainkan,
segala sesuatu yang hadir, baik yang buruk sekalipun, menguji iman dan
pengharapan setiap orang Kristen, Tuhan
ada dan ikut bekerja di dalamnya. Pada satu sisi, kita harus mengakui bahwa
virus corona cukup mengorbankan banyak jiwa, tetapi di sisi lain, virus itu pun
telah mengubah paradigma berpikir dan bersikap yang buruk menjadi baik kembali.
Apapaun alasannya, kita harus percaya bahwa Tuhan ada dan sedang ikut terlibat
di dalam kondisi sekarang ini, untuk mengajarkan kita menjadi orang yang lebih
baik, beriman, berpengharapan dan bertanggungjawab tentang kebenaran. Amin. (Pdt. Lucky Matui,
S.Th).
0 komentar:
Posting Komentar