Sabtu, 18 April 2020

April 18, 2020

RENUNGAN                                                                                       

HARIAN WAKTU MALAM (Minggu Paskah I)                                                                        Minggu, 12 April 2020


AKU PERCAYA PENEBUSKU HIDUP
Yohanes 20:1-10

“Harus ada bukti barulah dipercaya,” demikian kebiasaan manusia umumnya. Kebangkitan Tuhan Yesus juga menjadi tanda tanya bagi kalangan murid-murid Yesus. Benarkah Yesus bangkit? Maria Magdala adalah saksi pertama yang melihat pintu kubur Yesus terbuka, dan menyampaikan kepada murid-murid yang lain bahwa jenazah tubuh Tuhan Yesus telah diambul orang  yang tak dikenal. Mendengar hal, Petrus dan rekan-rekannya menyusul ke kubur dan menyaksikan dengan mata sendiri kalau  benar kubur Yesus telah kosong; kain kapan yang terletak di tanah dan kain peluh yang sebelumnya ada di kepala Yesus ada di tempat lain dan tergulung. Apakah benar Yesus telah bangkita?
Kematian Tuhan Yesus menjadi suatu peristiawa yang sungguh membuat hati para murid  terpukul dan kehilangan harapan. Suasana hati yang duka itu, saat kebangkitan Yesus, semuanya berubah karena kosong telah kosong, Yesus Kristus telah bangkita. Dia tidak mati untuk selamanya, karena Ia berkuasa atas kematian. Dia hidup kembali sebagai tanda maut tidak lagi berkuasa atas kehidupan Tuhan Yesus. Memang kematian Yesus adalah keharusan, tetapi  tidak berarti kematian itu berkuasa atas-Nya. Dia hidup kembali untuk memberikan hidup yang sesungguhnya kepada orang-orang yang percaya kepadaNya.
Sekalipun kita di zaman ini melihat langsung peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, namun sesungguhnya kita percaya, sebagaimana pesan Yesus pada Tomas, “berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya“. Penebusku hidup haruslah menjadi pengakuan dan keyakinan kita untuk menjadi menyatakan bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah Kabar Baik dan dasar iman kita. Penebusku hidup,” demikianlah aku percaya  dan demikianlah kesaksian kepercayaanku kepada semua orang. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)




RENUNGAN                                                                                       
IBADAH PASKAH II (Hari Kedua Paskah-Pagi)                                                                          Senin, 13 April 2020


KEBANGKITAN KRISTUS MEMBAWA HARAPAN BARU
Lukas 23:56b-24:12

Saudara-saudara jemaat yang dikasihi Kristus!
Syalom!
       Pertama-tama kita patut bersyukur karena Tuhan masih tetap mengasihi kita sampai saat ini; dimana Ia setiap menjaga dan melindungi kita, sekalipun kita berada dalam kondisi yang tidak nyaman.
        Di hari kedua sesudah perayaan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus (Paskah) yang kita rayakan di tahun 2020 ini, saya mengajak kita sekalian merenungkan kembali tulisan penulis Injil Lukas tentang peristiwa kebangkitan Yesus Kristus di waktu yang lampau. Tentu saja kesaksian Lukas ini tidak asing di pendengaran kita, karena setiap tahun bagian pembacaan ini sering dibacakan dan direnungakan, saat kita merayakan Paskah.
Kekasih Kristus!
       Bila kita mencermati tulisan Lukas di fasal pembacaan ini, ada beberapa hal yang disampaikan penulis untuk kita semua.
Pertama, penulis Lukas mau menegaskan kepada kita bahwa kematian Tuhan Yesus Kristus terjadi pada hari Jumaat sore, dan tubuh-Nya itu dikuburkan di antara pukul 17.00-18.00. Itu berarti jenazah Yesus tidak lagi disemayamkan di rumah orang tuanya, atau di rumah seorang murid-Nya. Tetapi, jenazah Tuhan Yesus itu saat diturunkan dar atas kayu salib, langsung diantar dan dimakamkan di kubur keluarga Yusuf Arimatea. Mengapa tidak disemayamkan sejenak, seperti kebiasaan orang Kristen dewasa ini? Karena, ketika jenazah Yesus disemayamkan dan menunggu hari berikutnya untuk dimakamkan, maka keputusan itu telah melanggar tatanan keagamaan Yahudi yang berlaku pada waktu itu, yaitu mulai jam 18.00 hari Jumat sampai dengan 18.00 hari Sabtu, itu terhitung waktu hari Sabat orang Yahudi. Maka, jam 18.00 hari Jumat-batas waktu 18.00 hari Sabtu, tidak ada seorang pun yang diwajibkan bekerja. Bilama  ada yang beraktifitas di hari Sabat itu, maka orang tersebut dikenahi ganjaran. Itulah sebabnya, jasad Yesus, apapun alasannya, harus dimakamkan sebelum jam 18.00 hari Jumat itu.
Kedua, penulis Injil Lukas mau menjelaskan kepada kita bahwa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus itu berlangsung pada hari pertama Minggu itu, atau tepatnya pada hari Minggu. Supaya menjadi jelas bahwa hari Minggu itu adalah hari pertama, Senin hari kedua, Selasa hari ketiga, Rabu hari keempat, Kami hari kelima, Jumat hari keenam, dan Sabtu hari ketujuh. Jadi, hari Sabtu atau Sabat itu adalah hari ketujuh dalam satu pekan.
       Pembacaan kita saat ini memberi informasi pada kita bahwa Lukas tidak mencerita aktifitas Petrus dan murid-murid yang lain, pasca penguburan Yesus. Ia hanya sekilas memberi informasi singkat bahwa setelah jenazah Yesus dimakamkan di kuburan keluarga Yusuf dari Arimatea, beberapa perempuan diantaranya Maria dari Magdala, Yohana, Maria ibu Yakobus, dan beberapa perempuan lainnya pada Sabtu, mereka menyiapkan ramuan-ramuan yang terbuat dari bahan-bahan alam dan tambah minyak mur, untuk mengawetkan tubuh Yesus agar tidak membusuk. Dimanakah Petrus dan teman-temannya? Sebenarnya merekalah yang bertanggung jawab terhadap jenazahnya Yesus. Namun, penulis Lukas menerangkan kalau wanita-wanita itu begitu sangat mengasihi Yesus, begitu sangat peduli pada tubuh Yesus, karena mereka merasa kehilangan figur seorang Bapa, Guru yang terbaik. Perasaan itulah yang mendorong para wanita itu, tepat pada hari Minggu mereka pergi kubur untuk merempahi jenazah Yesus.
       Perempuan-perempuan itu bukan termasuk di dalam kelompok 12 murid Yesus, mereka adalah wanita-wanita kaya yang sungguh setia menopang Yesus dalam pelayanan-Nya. Mereka tidak saja setia melayani pada saat Yesus masih hidup dan bekerja, melainkan sampai Yesus mati pun, wanita-wanita itu setia melayani-Nya. Rempah-rempah yang berkualitas dan minyak yang hargannya melambung tinggi disiapkan hanya untuk melayani Yesus yang mati. Itu bukti kesetiaan dan ketulusan para wanita itu.
        Hari Minggu adalah hari yang tepat bagi perempuan-perempuan itu untuk ke kubur, merempahi tubuh Tuhan Yesus yang tertidur kaku. Hari Minggu adalah hari yang terbaik untuk memperhatikan Yesus, sekalipun Ia tak bernyawa. Hari Minggu bukanlah hari sukacita, bukanlah hari penuh sejahtera, melainkan hari perkabungan dan hari kesedihan bagi para perempuan tadi. Hari Minggu bukan hari pengharapan melainkan hari hilang pengharapan. Itulah sebabnya, selain mereka pergi untuk merempahi tubuh Yesus, mereka pun pergi untuk menangisi kematian Yesus.
Saudara terkasih!
       Pandanga dan hati yang dipenuhi duka, dimana hari Minggu yang dirasakan sebagai hari hilang pengharapan itu, diubah Allah menjadi hari yang membawa harapan baru. Rempah-rempah yang berkualitas dan minyak mur yang harganya mahal itu, tidak lagi dipakai untuk merempahi tubuh Yesus, karena Ia telah bangkit. Kesedihan mendalam di setiap hati para perempuan itu, diubah Tuhan menjadi hari penuh sukacita dan hari penuh damai sejahtera. Hari hilang pengharapan itu diubah Allah menjadi hari yang menghadirkan harapan baru. Itulah sebabnya, dua orang malait Tuhan menegaskan kepada wanita-wanita itu, saat mereka berada di kubur: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” (perhatikan Matius 16:21; 17:22-23).
       Berita kebangkitan Yesus Kristus yang adalah berita sukacita, berita damai sejahtera, berita harapan baru, saat disampaikan kepada para murid Yesus, semua berita itu dipandang bohon oleh Petrus dan teman-temannya.  Sehingga penulis Lukas pada pembacaan ini, di ayat terakhir menjelaskan kalau Petrus sendiri pergi ke kubur untuk membuktikan kebenaran fakta yang diceritakan perempuan-perempuan tadi. Apa yang terjadi pada diri Petrus, saat setelah mengetahui kalau kubur Yesus telah kosong? Ia hanya diam dan bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi.
       Dari kisah ini, penulis Lukas mau menegaskan pada kita saat ini tentang fakta kebangkitan Yesus yang sesungguhnya. 1) Batu yang menutupi pintu kubur Yesus telah terguling; 2) Maya Yesus tidak ada; 3) Malaikat Tuhan menampakan diri pada Maria Magdala dan teman-temannya. Ketiga hal ini adalah fakta yang tidak mungkin diragukan lagi kalau Yesus Kristus, Tuhan kita, telah bangkit dari kematian-Nya. Pengharapan yang hilang menjadi ada kembali sebagai harapan baru bagi segenap manusia. Sukacita yang hilang telah kembali lagi dimiliki oleh segenap orang percaya. Damai sejahtera yang mati telah hidup kembali di dalam kebangkitan Kristus.
       Oleh sebab itu, sebagai orang Kristen dewasa ini, Paskah adalah harapan baru bagi kita semua, Paskah adalah sukacita baru dan damai sejahtera baru untuk kita semua. Sekalipun kondisi kita akhir-akhir ini tidak nyaman, persekutuan bersama di antara satu dengan yang lain sedang sakit, ketakutan dan kecemasan kita melambung tinggi, tetapi kebangkitan Kristus sanggup mengubah semuanya di dalam hati kita masing-masing. Paskah adalah harapan baru di tengah-tengah situasi yang mencekan. Ingat, kebangkitan Kristus sekali-kali tidak mengantar kita untuk bersedih, melainkan bersukacita di tengah-tengah kondisi yang tidak nyaman.
       Paskah kita di tahun ini tidak meriah seperti paskah-paskah di waktu lalu. Namun, melalui hari Paskah yang dibuat secara sederhana dalam keluarga kita masing-masing di tahun ini, saya percaya, sukacita Kristus, damai sejahtera Kristus, harapan baru Kristus, pasti dan selalu ada. Kalau Tuhan sanggup mengubah hati yang duka dari perempuan-peremuan tadi, maka percayalah bahwa kebangkitan Yesus Kristus pasti mengubah hati kita yang cemas, takut, sedih, dls, menjadi hati yang gembira. Karena itu, kita tunggu waktu untuk Tuhan bertindak menolong kita semua. Selamat Paskah, Tuhan Yesus memberkati. Amin.  (Pdt. Lucky Matui, S.Th)



RENUNGAN                                                                                       
IBADAH UNSUR-UNSUR JEMAAT (Hari Kedua Paskah - Malam)                                                      Senin, 13 April 2020

AKU MENGASIHI ENGKAU
Yeremia 31:1-6
Syalom!!!
Saudara-saudara yang terkasih.
        Pernakah saudara mengunjungi seorang tahanan di sebuah sel di Polres Abepura, atau di Lembaga Pemasyarakatan Abepura? Saya percaya bahwa tentu saja kita pernah mengunjungi tempat-tempat seperti itu. Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan seorang tahanan yang menjalani masa tahanannya bertahun-tahun di tempat semacam itu. Tentu saja ia berharap agar masa tahanan yang dijalaninya itu cepat berakhir, supaya ia bisa kembali berjumpa dengan orang-orang yang dikasihinya. Dan andaikan masa tahanan seorang itu berakir dengan baik, tentu saja orang tersebut merasa bahagia karena ia telah dibebaskan dari hukuman tahanan yang diberikan kepadanya.
Saudara sekalian!
        Kehidupan kaum Israel di masa hidup nabi Yeremia pun nasibnya sama seperti seorang tahanan. Mereka dibuang ke tempat-tempat pembuangan di kerajaan Babel. Sekalipun kebebasan hidup dan bekerja di daerah-daerah pembuangan itu dijamin oleh kerajaan Babel, tetapi namanya hidup bukan di negeri sendiri. Apa artinya. Kebebasan hidup dan berekspresi sebagai masyarakat yang merdeka, tidak lagi terlihat seperti yang dirasakan di kerajaan sendiri. Kaum Israel tidak lagi berjaya seperti di masa pemerintahan raja Daud. Mereka telah kehilangan kota Yerusalem yang disanjung tinggi karena kemegahannya; tembok kota yang kokoh dan kuat itu telah hancur berkeping-keping. Bait Allah yang dibangga-banggakan seluruh kaum bangsa itu, kini telah sirna; bahkan nama besar bangsa itu pun hilang ditelah kejayaan kerajaan Babel. Apa yang mau dibanggakan lagi oleh bangsa itu? Tidak ada!
        Masa-masa sulit terus dialami kaum Israel di pembuangan dari waktu ke waktu. Kondisi itu membuat mereka mulai hilang pengharapan, karena menurut bangsa itu, Tuhan sepertinya sudah tidak lagi memperhatikan mereka. Tuhan telah pergi jauh dan tidak lagi menghadapkan wajah-Nya pada mereka. Apakah benar demikian sikap Tuhan seperti itu? Atau, apakah benar Tuhan sebagai pembenci, pemarah dan penyimpan dendam terhadap bangsa pilihan-Nya? Tidak, saudaraku! Tuhan yang disembah dan dipercaya kaum Israel adalah Allah Yang Pengasih dan Penyayang. Sifat Allah itu, mengingatkan saya kembali pada perenungan firman Tuhan dalam kitab Keluaran 34:1-12 yang diberi judul “Tuhan selalu menyatakan kasih-Nya.” Tidak salah judul renungan itu disampaikan pada ibadah unsur unsur jemaat tertanggal 2 dan 4 Maret 2020 yang lalu. Dalam bagian pembacaan itu dijelaskan bahwa ketika nabi Musa berjumpa Tuhan untuk menerima Sepuluh Hukum (The Ten Commandement) bagi bangsa Israel, Tuhan berjalan di depan Musa dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yan`g meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa;...” Demikianlah Tuhan membuktikan di depan mata Musa, kalau Dia adalah Pengasih dan Penyayang.
        Allah tidak saja membuktikan diri-Nya sebagai Pengasih dan Penyayang di depan mata Musa dan bangsa Isreal di waktu lampau, melainkan kasih-Nya itu berlaku pula bangi bangsa Israel di masa pembuangan di Babel. Itulah sebabnya Ia menyuruh Yeremia, nabi yang bekerja dengan hati (nabi hati nurani) ke tengah-tengah bangsa Israel untuk menegaskan beberapa hal sebagai pesan firman Tuhan kepada bangsa itu, di antaranya:
1.        Allah hendak menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan atas segala kaum keluarga Israel dan mereka akan menjadi umatnya Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah pingin bangsa Israel menjadi umat-Nya yang dimulai dari setiap rumah tangga kamu Israel. Itu berarti Tuhan menjadi pemimpin secara umum bagi kaum Israel bahkan juga sebagai pemimpin bagi setiap keluarga (rumah tangga) kaum Israel
2.        Tuhan menyatakan bahwa Dia mengasihi Israel dengan kasih yang kekal, sehingga Ia akan melanjutkan kasih-Nya atas bangsa  itu. Pesan ini hendak menandaskan kepada kaum Israel bahwa Tuhan itu Pengasih dan Penyayang dan tidak pernah melupakan bangsa-Nya. Sekalipun pada waktu itu kasih Tuhan menjauh dari Israel, tetapi kini kasih Tuhan ingin dilanjutkan kembali dengan bangsa itu.
3.        Tuhan akan membangun kaum Israel sehingga mereka terbangun kembali dan bersukacita dengan puji-pujian dan tari-tarian di hadapan Tuhan. Mereka pun akan membangun sisi perekonomian bangsa Israel sehingga maju dan sejahtera. Hal ini menegaskan bahwa Tuhan tidak pingin Israel hidup terpuruk dalam duka. Ia ingin bangsa pilihan-Nya itu bangkit kembali dari keterpurukan dan hidup dalam kelimpahan dan sukacita.
REFLEKSI:
§    Kita perlu jujur di hadapan Tuhan bahwa selama ini kita hidup di bawah tekanan batin karena perasaan takut, cemas akibat bahaya penyebaran virus corona? Iya kan? Sekalipun kita masih sehat dan tinggal di dalam rumah kita sendiri, tetapi batin kita terganggu karena seluruh aktifitas kerja kita macet, sosialisasi dengan sesama yang lain menjadi renggang, kebutuhan hidup bersama dalam persekutuan pun terbatas. Tentu saja kondisi ini membuat kita ingin bebas seperti yang biasanya. Apakah kita sanggup membebaskan diri kita dari tekanan itu? Begitu sulit, saudaraku. Tentu saja kita butuh Seorang Pembebas, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Kematian dan kebangkitan-Nya adalah bukti kasih yang tulus pada kita. Maka, janji Tuhan untuk membebaskan kita, itu sudah pasti, namun kita harus menunggu waktu Tuhan yang tepat. Kasih-Nya itu kekal dan akan dilanjutkan kembali pada saat yang tepat.
§    Bila ketika tertentu kasih Tuhan itu nampak, saya percaya bahwa ada sukacita, puji-pujian dan syukur kepada-Nya, karena Ia telah membangkitkan kita dari rasa takut dan cemas, sebagaimana Ia bangkita dari kematian-Nya membawa pembebasan, kemenangan dari dosa dan maut. Percaya ataupun tidak, ketika wabah virus ini akan berakhir, saya membayangkan akan ada sukacita dan puji-pujian di dalam persekutuan kita. Tidak hanya itu, sukacita itu pun terjadi karena ekonomi kita telah normal kembali; usaha kita kembali berjalan, pekerjaan dan pendidikan kita  kembali normal, dls. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)



RENUNGAN                                                                                       
HARIAN WAKTU PAGI                                                                                                  Selasa, 14 April 2020

MENJADI SAKSI KEBANGKITAN KRISTUS
Matius 28:16-20
Perikop ini merupakan kelanjutan dari peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, dimana mereka harus pergi ke Galilea dan berjumpa dengan Tuhan Yesus di sana. Ketika para murid bertemu di Galilea mereka menyembah-Nya, tetapi ada beberapa orang yang masih ragu-ragu akan kebangkita Yesus. Untuk menepis keraguan beberapa murid itu Tuhan Yesus berkata “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi“. Artinya, Tuhan punya kuasa melakukan segala hal termasuk pula kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Karena itu, berita tentang kebangkitan-Nya harus diwartakan kepada seluruh bangsa. Para murid Yesus dijadikan sebagai saksi (bhs Yunani “Marturia atau Martureo“) untuk melaksanakan tiga amanat-Nya, yaitu: Menjadikanlah segala bangsa menjadi murid Yesus, membaptis mereka dalam  nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang telah Yesus perintahkan.
Para murid menjadi saksi Kristus kepada seluruh bangsa agar percaya pada Yesus Kristus yang telah bangkit dari kematian-Nya. Peran sebagai saksi menjadi identitas setiap muridNya yang mengajarkan tentang keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Kristus.  Sebagai saksi Kristus  bukanlah pekerjaan yang mudah. Sekalipun tugas saksi begitu berat, namun ada jaminan yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya, yaitu Dia bmenyertai mereka sampai akhir zaman. Apakah kita juga adalah saksi Kristus akan kebangkitan-Nya? “Ya!” Maka, tugas kita ialah menyampaikan secara dinamis kepada semua orang tentang keselamatan yang telah dikerjakan Tuhan Yesus melalui kematian dan kebangkitanNya. Panggilan saksi Kristus adalah tanggungjawab kita semua orang yang di wujudkan  dalam kehidupan keluarga dan disekitar kita. Ingatlah untuk selalu menjadi saksi Kristus dalam ketaatan, kepatuhan, kesetiaan untuk mendengar perintahNya. Jangan ragu karena Tuhan tidak pernah ingkar janji karena Dia akan terus menyertai sampai kapanpun, sebab Dialah Tuhan kita yang hidup dan berkuasa serta memberikan keselamatan bagi kita. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)



RENUNGAN                                                                                        
IBADAH KEUARGA (Malam)                                                                                              Selasa, 14 April 2020

HIDUP BEBAS BERSAMA KRISTUS
Kolose 3:1-4

Keluarga yang Tuhan Yesus Kasihi…
Ada satu ilustrasi yang menceritakan kisah seorang petani yang hendak menjual hasil kebunnya ke kota. Karena jarak tempuh cukup jauh, maka si petani itu harus menggunakan kendaraan. Tidak lama kemudian datanglah mobil Pick-Up berhenti tepat di depannya. Supir berhati baik itu bersedia menolongnya dengan memberi tumpangan. Si petani pun kemudian mengangkut semua hasil kebunnya di bagian belakang mobil, dan mobil itupun melaju menuji kota. Tetapi, dalam perjalanan supir sang melihat ada yang janggal, karena petani tersebut tidak meletakan bahan jualannya di mobil, melainka tetap memikul barang-barang itu dipundaknya. Lalu, supir menghentikan mobilnya dan bertanya kepada petani itu:Mengapa engkau tidak meletakkan beban berat itu dan tetap memikulnya? Bukankah perjalanan yang ditempuh masih sangat jauh?” Petani itu menolak menaruh beban itu dan tetap saja memikul di pundaknya dan berkata bahwa dia senang memikul beban ini, dan baginya itu bukan suatu masalah”.
Ilustrasi di atas ini memiliki makna bagi kita dalam suasana perayaan Paskah kebangkitan Tuhan Yesus, yang menyatakan bahwa Dia menang atas dosa dan maut. Kebangkitan Yesus menyatakan bahwa penebusan atas dosa telah terjadi dalam kehidupan manusia, sehingga sebagai orang-orang yang telah ditebus melalui kematian dan kebangkitanNya, maka kita tidak lagi membiarkan diri untuk hidup didalam berbagai beban dosa, sebagaimana si petani dalam ilustrasi ini. Terkadang kita begitu sulit melepaskan beban yang dipikul dalam perjalanan hidup ini, walaupun telah mengalami pertolongan Tuhan. Kebangkitan Tuhan Yesus memberi makna kepada setiap orang untuk hidup baru sebagai orang-orang yang telah diselamatkan dan tidak lagi membiarkan diri terikat pada beban dosa dalam perjalanan hidup ini.
Keluarga yang Tuhan Yesus Kasihi…
Hal ini juga yang menjadi nasehat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose sebagaimana tergambar pada perikop pembacaan Alkitab saat ini. Sedikit menjelaskan bahwa Kota Kolose terletak kira-kira 160 km di sebelah Timur kota Efesus, yakni di tepi sungai Lycus. Kolose pernah menjadi kota penting dan terkenal dengan industri wol dan tekstilnya. Tetapi, pada masa Paulus, keadaannya kurang menarik dan kedudukannya sebagai salah satu kota di Asia kecil sudah tidak begitu penting lagi. Pada saat ini bekasnya pun tidak dapat ditemukan lagi. Adapun pengaruh penginjilan Paulus sudah sampai ke kota itu, dan telah menjangkau semua penduduk Asia, sehingga mereka dapat mendengar Firman Tuhan, baik itu orang Yahudi maupun orang Yunani (Kis 19:10). Sekalipun Paulus tidak pernah mengunjungi jemaat Kolose (Kol 2:1), tetapi dia tetap memelihara hubungannya dengan jemaat itu melalui Epafras, seorang yang telah bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kol 1:7, 4:12).
Alasan Paulus menulis surat ini karena munculnya ajaran palsu yang mengancam kehidupan rohani jemaat di Kolose. Ajaran-ajaran yang berkembang menurut pikiran duniawi dengan berbagai filsafat palsu yang bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan (Kol 2:8). Untuk itulah Paulus, di dalam suratnya ini menentang ajaran palsu yang berkembang pada saat itu. Surat ini bermaksud membimbing jemaat Kolose untuk mengarahkan pandangannya hanya kepada Kristus.
Pada bagian ini Rasul Paulus menyampaikan suatu makna kehidupan bersama dengan Kristus, dan apa yang harus dilakukan orang Kristen yang telah mengalami penebusan melalui kematian dan kebangkitanNya. Sehingga setiap orang yang telah “dibangkitkan” bersama Kristus (dalam hal ini bukan menunjukkan kebangkitan secara jasmani) melainkan sebagai kiasan yang menunjukkan cara hidup yang berbeda dari hidup sebelumnya, yakni mengarahkan seluruh totalitas hidupannya kepada perkara-perkara atau segala hal berkaitan tentang Tuhan Yesus Kristus. Paulus berkata,...kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus.. mau menunjukkan siapa kita dulu dan sekarang. karena dibangkitkan bersama Kristus memberikan suatu pengertian tentang suatu kehidupan baru yang memiliki pengharapan iman kepada Kristus, sehingga sudah sepatutnya untuk mengarahkan segenap hidup pada Tuhan dan tidak terikat lagi pada dosa. Rasul Paulus menyampaikan bahwa orang-orang yang menilai, mempertimbangkan, memikirkan segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan dan hidup menurut kehendakNya, maka dialah yang berhak memperoleh kemuliaan bersama Kristus ketika kelak Dia menyatakan diri.
Keluarga Yang Tuhan Yesus Kasihi…
Saat ini kita masih ada dalam suasana perayaan Paskah walaupun perayaan Paskah tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena kita rayakan dalam suasana untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid 19. Namun, apapun kondisi yang kita alami saat ini, ingatlah selalu pada kuasa kebangkitan Kristus yang membuktikan bahwa Dia hidup dan berkuasa atas dosa, maut dan juga berkuasa atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita.  Kebangkitan Kristus memberikan harapan baru bagi setiap orang dan memimpin untuk hidup dalam kebenaran. Untuk itulah sebagaimana nasehat Rasul Paulus kepada Jemaat Kolose, juga menjadi nasehat dan penguatan bagi kita untuk memaknai dengan sungguh-sungguh kebangkitan Kristus, yang memberikan kehidupan baru bagi setiap orang. Hal itu harus diwujudkan dalam sikap dan perilaku hidup bersama keluarga, jemaat dan masyarakat yang selalu menunjukkan totalitas hidup yang mau menanggalkan hidup lama dalam dosa, dan tidak membiarkan diri selalu terikat dalam beban itu, sekalipun kita hidup di dalam dunia ini yang selalu menawarkan berbagai pengaruh. Tuhan telah menyelamatkan kita maka jalanilah kehidupan baru dalam kebenaran Kristus dengan terus mengarahkan pandangan  hanya kepada Kristus di dalam  iman melalui doa dan Firman, karena kuasa Kristus kekal selamanya. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)




RENUNGAN                                                                                        
HARIAN WAKTU PAGI                                                                                                      Rabu, 15 April 2020

HIDUP DI DALAM KRISTUS
Kolose 2:6-7

          Taukah Anda tentang makna dari kebangkitan Kristus bagi orang Kristen? Kita perlu tahu dan mengerti bahwa kebangkitan Kristus merupakan puncak dari karya keselamatan Allah bagi manusia di dalam Kristus Yesus, dan kebangkitan (kubur kosong) itu membuktikan kalau Yesus Kristus itu adalah TUHAN yang berkuasa atas kematian. Hal itu yang mentahbiskan Yesus Kristus sebagai TUHAN di mata manusia. Artinya bahwa setelah Yesus bangkita dari kubur dan menampakkan diri-Nya kepada para murid dan orang-orang banyak pada saat itu, membuat Ia diakui sebagai Tuhan dan Allah, sebagaiman isi pengakuan Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku.” (Yoh 21:28). Berita kebangkitan Yesus yang adalah TUHAN itu menjadi pokok kesaksian Paulus bagi jemaat Kolose.
        Rasul Paulus menasihati jemaat Kolose dengan empat hal penting, yaitu bahwa kalau orang Kolose telah menerima atau mengakui di dalam imannya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN, maka: 1) hidup mereka berakar di dalam Dia, 2) hidup mereka dibangun di atas Dia, 3) hendaklah meteka bertambah teguh dalam iman, dan 4) hendaklah hati mereka melimpah dengan syukur. Itulah ciri hidup orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman dan mengakui Yesus sebagai TUHAN. Sebagai orang percaya, kita pun harus dan tetap hidup berakar, dibangun, bertambah teguh dalam iman, dan senantiasa bersyukur di dalam Tuhan, baik di waktu tenang maupun tegang. Karena itu, apapun juga yang menimpah kita, yakin dan percaya Tuhan Yesus Kristus, kebangkitan dan hidup itu, adalah Penjaga kita, sebagaiman dalam syair dan lagu oleh C.V Martin dan W.S Martin dalam Kidung Jemaat 438 “Apapun Juga Menimpahmu.” Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)



RENUNGAN                                                                                       
HARIAN WAKTU MALAM                                                                                                Rabu, 15 April 2020

KRISTUS ADALAH HIDUP KITA
Lukas 15:24

          Seorang anak perempuan, kira-kira berumur 13 tahun, pernah mengucapkan kalimat singkat, saat sedang duduk berduka disamping peti jenazah ayahnya dan berkata: “bapak, engkau adalah hidupku. Hidupku hampa saat kau pergi meninggalkanku.” Saya sempat mendengar kalimat itu, sebelum melaksanakan ibadah pemakaman ayahnya. Entahlah, saya tidak tahu apa maksud dari ucapan si gadis remaja itu. Tetapi, paling tidak, saya bisa memahami bila anak itu sungguh kehilangan ayahnya, setelah setahun ditingalkan ibunya karena sakit. Hidup gadis remaja itu benar-bena rapuh karena kehilangan figur ayahnya.
        Cerita ini mengingatkan kita bahwa alangkah rapuhnya bila kehilangan Tuhan dalam hidup ini. Kita bukan seperti anak kecil tadi, yang kehilangan ayahnya, tetapi kita punya Bapa yaitu Yesus Kristus yang telah bangkit dan sedang tinggal di antara kita. Kebangkitan Kristus telah membangkitkan kita bersama-sama dengan-Nya dari kematian-Nya, supaya selalu berpikir tentang Tuhan bukan pada hal-hal duniawi yang tidak mendatangkan keselamatan hidup. Artinya, kita diingatkan bahwa Tuhan itu harus diletakan lebih utama dari segala kepentingan yang lain. Kalau Ia telah mati dan bangkita untuk kita, maka jangan sekali-kali melupakan kebaikan-Nya, melainkan selalu mengingat, percaya dan mengikuti maunya Tuhan. Dengan demikian, apabila Kristus yang adalah hidup kita itu, ketika datang kembali untuk kedua kalianya, kita akan ada bersama Dia dalam kemuliaan-Nya. Ini janji firman Tuhan bagi kita. Oleh sebab itu, marilah gunakan waktu bersama keluarga kita untuk tetap mencari Tuhan, selagi masih ada kesempatan. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th).




RENUNGAN                                                                                       
HARIAN WAKTU PAGI                                                                                                 Kamis, 16 April 2020

TUHAN DEKAT SETIAP WAKTU
Mazmur 34:19

Tahukah anda dengan lagu “Ya Tuhan, Tiap Jam”? (KJ. 457). Tentu saja kita tahu semua, bukan? Nyanyian ini diciptakan seorang ibu rumah tangga bernama Annie Sherwood Hawks. Annie lahir di Hoosick, New York, pada tahun 1835. Ia hidup bersama Charles Hawks, suaminya dan kedua anaknya di Brooklyn, New York. Ada alasan sehingga Annie menciptakan lagu “Ya Tuhan, Tiap Jam.” Dia bercerita bahwa ketika berumur 37, sekitar tahun 1872, pada suatu pagi ia sibuk dengan urusan rumah tangganya. Tiba-tiba timbul pikiran pada dirinya bahwa betapa indahnya hidup dekat Tuhan, entah itu dalam keadaan bahagia ataupun derita. Lalu, timbullah kata-kata berikut ini dalam hatinya, “Ya Tuhan, tiap jam, aku memerlukanMu…”. kemudia ia membuat syair itu. Dari 400 lagu yag diciptakan Annie, lagu “Ya Tuhan Tiap Jam” ini yang paling dikenal di kalangan musisi dunia.
Apa pun yang sedang kita pikirkan tentang hidup ini, pemazmur jelas-jelas menegaskan bahwa Tuhan itu dekat dan bertindak menyelamatkan orang patah hati dan remuk jiwanya. Hal ini menandakan bahwa Tuhan itu ada, dan selalu dekat dengan kita di kala kita susah dan senang. Taukah anda bahwa Tuhan ada di tengah-tengah keluarga kita? Oleh sebab itu, kita pun dituntut untuk dekat dengan-Nya. Ingat pesan Annie Hawks tadi bahwa hanya dengan hidup dekat bersama Tuhan, kehidupan kita akan jadi lebih indah. Karena hidup yang diberikan Tuhan kepada kita akan indah kalau dekat dengan Tuhan. Singkat kata, “hidup dekat dengan Tuhan, kehidupan menjadi indah”. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th).




RENUNGAN                                                                                       
HARIAN WAKTU MALAM                                                                                               Kamis, 16 April 2020

BERSUKACITA KARENA BERKAT TUHAN
Mazmur 92:1-7
Saya percaya bahwa kita bukan orang bodoh yang tidak mengetahui kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Kita juga bukan orang bebal yang tidak paham dan mengerti akan kasih kemurahan Tuhan dalam kehidupan ini. Kita bukan termasuk kategori orang-orang yang menyangkal akan kasih dan kuasa Tuhan dalam perjalanan hidup kita. Kita semua adalah orang-orang yang berhikmat, berpengetahuan dan mengerti akan semua kebaikan Tuhan dalam hidup ini. Itulah sebabnya kita selalu berkata hidup ini adalah anugerah Tuhan yang bernilai. Pemazmur mengajak kaum Israel agar lebih baik menyanyikan syukur kepada Tuhan Yang Mahatinggi dan Mahabaik. Dan berterima kasih karena kasih setia-Nya kepada semua orang, baik pada waktu malam maupun siang.
Mengucap syukur itu adalah bagian penting dari orang-orang percaya yang berhikmat; orang-orang yang sungguh-sungguh tahu bahwa Tuhan adalah Pengasih dan Penyayang. Segala kekuatan, kesehatan, hikmat dan pengetahuan bersumber hanya dari Tuhan. Oleh sebab itu, selagi masih berada di dalam situasi perayaan Paskah, selaku orang yang berhikmat patutlah kita menaikan syukur karena kebaikan Tuhan lewat kematian dan kebangkiatn Yesus Kristus, yang telah membawa kita bebas dari maut dan hidup di dalam keselamatan Allah. Itu adalah pekerjaan Allah yang besar bagi kita yang layak disyukuri. Demikian ciri ciri hidup orang Kristen yang berhikmat. Ingat, mengucap syukur itu tidak hanya dalam kata-kata di setiap doa, melainkan  ditandai dengan sukacita dari hati kita masing-masing. Setiap mesbah keluarga perlu ada syukur, pujian-pujian dan sukacita, sebagai wujud iman kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th).




RENUNGAN                                                                                       
HARIAN WAKTU PAGI                                                                                                            Jumat, 17 April 2020

IMAN ITU HARUS DIUJI
Yakobus 1:2-4
           
Siapakah di antara kita yang hidup tanpa pencobaan? Saya pikir, siapapun orangnya, kita semua sering berhadapan dengan pencobaan. Pencobaan yang dimaksudkan penulis Yakobus terkait dengan masalah dan persoalan hidup yang sering terjadi. Ketika kita menghadapi masalah penyebaran virus corona akhir-akhir ini, banyak orang berkata bahwa virus itu adalah hukuman Allah terhadap manusia. Benarkah demikian? Ada pula yang berbeda pendapata dengan berkata bahwa virus itu merupakan cobaan bagi setiap orang, secara khusus orang-orang Kristen dewasa ini, termasuk kita di tanah Papua. Benarkah demikian? Bagi saya, apapun yang sering kita hadapi merupakan bagian dari cobaan hidup orang Kristen. Itu berarti, covid-19 ini pun juga termasuk di dalam bingkai pencobaan yang sedang dihadapi oleh kita semua.
Pencobaan itu adalah ujian pada iman kita, menurut rasul Yakobus. Pencobaan itu menguji sampai sejauh mana iman kita kuat kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit itu. Bahwa justru lewat pencobaan yang sedang kita hadapi, iman kita akan menghasilkan ketekunan, dan ketekunan itu menghasilkan buah yang matang, supaya menjadi sempurna dan utuh di dalam Tuhan. Yakobus menegaskan pada kita, sebagai anak-anak Kristus, agar patut berterima kasih dengan adanya pencobaan yang sedang kita hadapi bersama-sama. Covid-19 bukan pencobaan pada suatu daerah tertentu, negara tertentu, melainkan menjadi pencobaan global, yang sedang menguji sampai sejauh mana iman dan ketekunan kita matang dan sempurnah di dalam Kristus Yesus. Virus ini menjadi momok dan sedang meguji iman setiap keluarga-keluarga Kristen dewasa ini. Apakah iman dan persekutuan kita akan tetap bertahan sampai setelah virus ini berakhir, ataukah iman dan persekutuan ibadah dalam rumah tangga kita akan berhenti saat virus ini berhenti? Pikirkanlah dan renungkanlah itu baik-baik, sebagai anak-anak Tuhan dewasa ini. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)




RENUNGAN                                                                                       
HARIAN WAKTU MALAM                                                                                              Jumat, 17  April 2020

YESUS ADA DI DALAM RUMAH KITA
Wahyu 3:20
           
Tahukah kita kalau selama ini Tuhan Yesus telah berada bersama-sama dalam rumah tangga setiap keluarga kita masing-masing, dan sedang duduk, makan dan minum bersama? Sekiranya kita tidak tahu, maka saya yakin Yesus masih sabar berdiri di depan pintu rumah kita. Namun, saya percaya bahwa selama kita membangun persekutuan peribadatan kepada Tuhan, Ia ada bersama dengan kita.
Yesus berkata: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”  Perkataan ini merupakan gambaran kehidupan hati setiap orang Kristen yang benar-benar pekah mendengar suara panggilan Yesus. Siapa yang pekah mendengar pasti membukakan pintu hatinya menyambut Yesus masuk dalam hidupnya. Tetapi, bila ada yang tidak peka mendengar pangilan Tuhan, dan membukakan pintu hatinya menyambut Yesus masuk dalam hidupnya, maka Yesus tetap setia memanggilnya, karena Ia mengasihi kita.
Rumah-rumah kita adalah tempat perjamuan kasih antara Yesus dan kelaurga kita. Perjamuan kasih yang sering kita laksanakan bersama dalam persekutuan berjemaat, sangat berbeda saat Yesus hadir di tengah rumah tangga kita. Perjamuan kasih persekutuan melibatkan banyak orang, tetapi perjamuan kasih keluarga jumlahnya sedikit, yaitu antara ayah, ibu, anak-anak dan Tuhan. Sangatlah sederhana, bukan? Yesus tidak butuh kemewahan dan makanan yang berlimpah, melainkan sederhana namun harmonis bersama-Nya. Oleh sebab itu, yakinlah bahwa Tuhan tidak sedang berdiri di depan pintu rumah kita sambil mengetok, tetapi sekarang Ia sedang ada bersama dalam rumah tangga kita, sambil maka, minum dan bercerita tentang kasih-Nya pada kita. Ingat, walaupun kita adalah pemilik rumah, tetapi saat Yesus berada di tengah-tengah kita, Ia adalah Pelayan yang melayani kita dengan setia. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th). 




RENUNGAN                                                                                       
HARIAN WAKTU PAGI                                                                                                  Sabtu, 18 April 2020

IMAM YANG KUAT DAN TEGUH HATINYA
Yosua 1:9
           
Peran Yosua bukan saja sebagai pemimpin bangsa Israel, melainkan ia pun juga seorang bapak di tengah-tengah keluarganya. Pada satu sisi, saat memimpin bangsa Israel, Yosua tampil sebagai pemimpin bangsa, tetapi saat ia bersama-sama dengan istri dan anak-anaknya, ia tampil sebagai imam kepala keluarga. Keberhasilan Yosua memimpin bangsa Israel masuk tanah perjanjian, Kanaan, tidak terlihat pada kecakapan organisasinya, melainkan sepenuhnya didukung oleh keluarganya.
Sebelum memasuki tanah Kanaan, Tuhan datang menasihati Yosua, dengan berpesan agar ia menguatkan dan meneguhkan hatinya; Yosua diharapkan untuk tidak kecut dan tawar hati dalam menghadapi masalah yang akan menghadangnya. Sekalipun masih tergolong usia muda, Yosua dituntut Tuhan agar memiliki prinsip, iman dan pengharapan sebagai seorang pemimpin dan imam di tengah-tengah keluarganya. Tuhan mengharapkan Yosua harus mengikuti kemaunya Tuhan, karena di ujung perintah-Nya itu, Ia memberi janji penyertaan-Nya bahwa “TUHAN Allahmu, menyertai engkau ke mana pun engkau pergi.” Ini bukan janjia asalal janji, melainkan janji yang pasti digenapi Tuhan.
Perjanjian penyertaan Tuhan bagi Yosua sebagai pemimpin dan imam keluarga, bukan sekedar janji yang berlaku pada Yosua di zamannya, tetapi berlaku juga bagi setia imam-imam keluarga di setiap rumah tangga-rumah tangga Kristen sekarang ini. Mengacu pada nama Yosua atau Yohoshua (bhs Yun “Iesous” atau Yesus yang berarti “keselamatan” atau ‘juruselamat.”), mengingatkan kita bahwa Tuhan itu adalah penolong atau Juruselamat bagi kehidupan Yosua. Maka penting dimengerti oleh kita bahwa janji pertolongan Tuhan bagi setiap  imam keluarga tetap berlaku dulu dan sampai sekarang. Itulah sebabnya, seorang imam keluarga yang berhasil tidak terlepas dari kekuatan dan keteguhan hatinya dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah keluarga dengan setia. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th).




RENUNGAN                                                                                       
HARIAN WAKTU MALAM                                                                                                Sabtu, 18 April 2020

ALLAH TURUT BEKERJA
Roma 8:28
           
Apapun alasannya Allah selalu turut bekerja dalam segala sesuatu, baik di tengah-tengah kondisi aman maupun yang buruk. Bagaimana iman dan pengharapan kita menjadi kuat, bila kita tidak pernah menghadapi kondisi yang sulit? Sebagaimana Yakobus berkata bahwa pencobaan itu adalah ujian pada iman kita. Pencobaan itu menguji sampai sejauh mana iman kita kuat kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit itu. Bahwa justru lewat pencobaan yang sedang kita hadapi, iman kita akan menghasilkan ketekunan, dan ketekunan itu menghasilkan buah yang matang, supaya menjadi sempurna dan utuh di dalam Tuhan (Yak 1:2-4).
Pikiran teologi Paulus tidak berbeda dengan Yakobus terkait dengan pencobaan terhadap iman seorang Kristen. Namun, bagi Paulus, setiap tantangan yang hadir mencobai iman percaya orang Kristen, ia selalu menegaskan kepada jemaat di Roma bahwa Tuhan ada dan setia ikut di dalam kondisi yang baik maupun yang buruk. Paulus berkata: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Tuhan), yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Nasihat Paulus ini mengingatkan orang Kristen Roma dalam kaitannya dengan penderitaan yang dialami mereka akibat Injil Kristus. Namun, pernyataan Paulus demikian bukan saja terkait dengan penderitaan Injil semata, melainkan, segala sesuatu yang hadir, baik yang buruk sekalipun, menguji iman dan pengharapan setiap orang Kristen,  Tuhan ada dan ikut bekerja di dalamnya. Pada satu sisi, kita harus mengakui bahwa virus corona cukup mengorbankan banyak jiwa, tetapi di sisi lain, virus itu pun telah mengubah paradigma berpikir dan bersikap yang buruk menjadi baik kembali. Apapaun alasannya, kita harus percaya bahwa Tuhan ada dan sedang ikut terlibat di dalam kondisi sekarang ini, untuk mengajarkan kita menjadi orang yang lebih baik, beriman, berpengharapan dan bertanggungjawab tentang kebenaran. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th).

0 komentar:

Posting Komentar