TUHAN BERWEWENANG
MENGHUKUM DAN
MEMULIHKAN
Ratapan 2:13-17
POKOK PIKIRAN
- Ayat 13 : Peratap bertanya tentang kemuliaan umat Israel;
- Ayat 14-16 : Peratap menceritakan tentang kondisi umat Israel
- Ayat 17 : Peratap menyatakan tentang sikap murkah Tuhan
PENGANTAR
Dalam Alkitab bahasa Ibrani, kitab Ratapan diambil dari kata pertama dalam
kitab ini, yaitu ekah, yang berarti “ah betapa.” Tetapi
orang-orang Yahudi pada zaman dahulu juga menyebutnya qinot, yang berarti “ratapan-ratapan.”
Umumnya kebanyakan orang menyebut kalau kitab ini ditulis oleh nabi Yeremia,
karena berkaitan dengan ratapannya saat Yerusalem jatuh ke tangan kerajaan
Babel. Namun tidak serta-merta kita langsung
menyambutnya secara tepat, mengingat kejatuhan kota Yerusalem pada 587 sM
menjadi kedukaan nasional di kalangan umat Israel. Sehingga ada pula yang
mengatakan kalau kitab ratapan ini bukan saja
ditulis oleh seseorang melainkan ada beberapa orang yang meratapi kota
Yerusalem dan manusianya.
Bila diamati secara keseluruhan kitab Ratapan, khusus pada fasal 1,2 dan 4, hampir bagian-bagian itu memiliki inti penekanan yang sama, yaitu meratapi kehancuran kota Yerusalem
oleh tentara Babel (Nebukadnezar) pada tahun 587 sM, serta penderitaan penduduk
yang masing tinggal di kota itu, di antara puing-puing kehancuran. Keruntuhan
Bait Suci, kesunyi-sepian kota, kelaparan serta kemiskinan penduduk dan bahaya
yang selalu mengancam kehidupan mereka (kadang
disebut secara harfiah dan kiasan).
Secara khusus fasal 2:1-22 terbagi dalam tiga bagian, yaitu ayat 1-12 menceritakan tentang ratapan kondisi
kota Yerusalem yang hancur; 13-17 menceritakan
tentang Tuhan telah merancang kehancuran Yerusalem; dan 18-22 menceritakan tentang seruan Peratap bagi
Israel untuk mencari Tuhan. Nah, kali ini yang menjadi materi percakapan kita
adalah yang kedua, yaitu Tuhan telah merancang kehancuran kota Yerusalem
(13-17).
PEMAHAMAN TEKS
1.
Peratap bertanya tentang kemuliaan umat Israel (13)
Dalam bagian ini peratap mengatakan kepada sisa-sisa umat Israel yang masih
mendiami kota Yerusalem bahwa ia hanya bisa diam dan meratapi nasib mereka. Peratap dengan hati yang sedih mengatakan puteri
Yerusalem/puteri Sion (gambaran kaum Israel) sudah kehilangan kewibawaannya
sebagai bangsa yang besar. Kota Yerusalem begitu
hancur sehingga peratap mengibaratkannya bagaikan laut. Dalam hatinya ia
bertanya: “siapa yang akan memulihka Israel?”
2.
Peratap menceritakan tentang kondisi umat Israel (14-16)
Dalam bagian ini ada dua hal yang tersirat, yaitu: Pertama, perhatikan ayat
14 yang menyatakan bahwa kondisi keagamaan Israel telah hancur dan suram. Nabi-nabi yang bekerja di
antara kaum Israel tidak bekerja dengan baik; berita kebohongan yang sesaat, hanya karena uang mereka tidak lagi
menyatakan kesalahan yang selama ini dilakukan umat. Spiritualitas kaum Israel menurun
akibat para nabi yang bekerja hanya untuk kepentingan dirinya dan bukan pada kepentingan
rohaninya umat. Kedua, lihat ayat 15-16, yang menceritakan tentang
peratap menyatakan bagaimana kondisi batin sosial kaum Israel begitu tertekan karena penghinaan orang-orang
Babel. Orang-orang Babel bergembira karena kota Yerusalem telah menjadi hancur
berantaka. Kota Yerusalem dan Bait Suci yang diagung-agungkannya itu, kini menjadi puing-puing dan sepi. Yang lebih sakitnya lagi ialah manakala orang Babel bertepuk tangan, bersuit-suit, menggelengkan
kepala dan mengertakan gigi, sebagai tanda penghinaan dan pengancaman terhadap
hidup sisa-sisa kaum Israel di kota Yerusalem. Ini yang disebut pembunuhan
karakter secara perlahan oleh orang-orang Babel terhadap sisa-sisa kaum Israel di kota Yerusalem.
3.
Peratap menyatakan sikap murkah Tuhan (17)
Dan diayat 17 Peratap, sekalipun sedih
di tengah-tengah situasi kesedihan/kedukaan sisa-sisa kaum Israel di antara
puing-puing kehancuran kota itu, ia harus mengakui kemahakuasaan Tuhan bagi
bangsa Israel. Kehancuran kota Yerusalem dipahami Peratap sebagai tindakan kemurkaan Tuhan yang telah
dilakukan dengan nyata sesuai dengan rancangan-Nya sendiri. Bahwa Tuhan, ketika
berfirman, pasti menepati apa yang difirmankan-Nya. Kehancuran
kota Yerusalem dan Bait Sucinya merupakan bukti kongkrit di depan mata kaum
Israel bahwa Tuhan itu penuh belas kasihan, tetapi Ia pun tanpa belas kasihan
menghancurkan kedegilan dan kekerasan hati manusia yang memberontak kepada-Nya.
APLIKASI
a. Tuhan itu tidak kompromi
dengan dosa. Dosa memang selalu melekat pada manusia, tetapi janganlah
membiarkannya menguasai kita sehingga
kita berbalik menatang Tuhan. Hal ini, menurut Peratap, yang menjadi murkah bagi Tuhan; dan Ia tak akan pernah kompromi dengan hal
itu. Dosa selalu membuat kita kehilangan damai sejahtera dalam kehidupan. Yang perlu diingat bersama bahwa dosa itu jauh lebih kecil kuasanya dari Kasih
yang dari Allah. Hanya dengan mengakui segala kesalahan dan memohon pertolongan
Tuhan, kesalahan itu dengan sendirinya dipulihkan. Ingat bahwa Tuhan dapat saja
memakai orang lain untuk menegur kita, sebagaimana Allah memakai Babel menegur
kaum Israel karena kesalahannya kepada Tuhan.
b.
Berbicara soal kesalahan
di hadapan Tuhan (dosa), Tuhan memberi tugas kepada para pekerja Tuhan (nabi)
untuk berfungsi mengubah kesalahan menjadi kebenaran. Tetapi yang terjadi di
Yerusalem ialah para nabi tidak tegas menolak kesalahan itu, melainkan
membiarkannya karena kepentingan perut sendiri.
c. Apa rasanya bila terjatuh
dari tangga dan ditindih tangga pula? Demikian hati dan jiwa kaum Israel di
kota Yerusalem. Ketika kota dan Bait Suci mereka porak-poranda dan hanya
tinggal puing-puing bangunan kota itu, batin Israel dicabik-cabik dengan cara
yang menyakitkan. Bila memulihkan kota tidak memakan waktu lama, tetapi
memulihkan batin yang hancur, butuh waktu yang cukup lama.
d. Tuhan memang tidak
kompromi dengan dosa, tetapi sifat Kasih-Nya jauh lebih besar untuk memulihkan
hati yang hancur karena dosa. Peratap berkata pada ayat 13 bahwa “siapa yang
akan memulihkan engaku?” Jawaban peratap dapat dilihat pada ayat 18, yaitu pada TUHAN: “Berteriaklah kepada Tuhan……”
Tuhan memberkati kita. Amin.
Shalom
Pdt. Lucky Matui, S.Th
0 komentar:
Posting Komentar