Senin, 05 Agustus 2019

Agustus 05, 2019

TUHAN BERWEWENANG
MENGHUKUM DAN  MEMULIHKAN
Ratapan 2:13-17

POKOK PIKIRAN

  • Ayat 13      : Peratap bertanya tentang kemuliaan umat Israel;
  • Ayat 14-16 : Peratap menceritakan tentang kondisi umat Israel
  • Ayat 17      : Peratap menyatakan tentang sikap murkah Tuhan

PENGANTAR
Dalam Alkitab bahasa Ibrani, kitab Ratapan diambil dari kata pertama dalam kitab ini, yaitu ekah, yang berarti ah betapa.” Tetapi orang-orang Yahudi pada zaman dahulu juga menyebutnya qinot, yang berarti “ratapan-ratapan.” Umumnya kebanyakan orang menyebut kalau kitab ini ditulis oleh nabi Yeremia, karena berkaitan dengan ratapannya saat Yerusalem jatuh ke tangan kerajaan Babel. Namun tidak serta-merta kita langsung menyambutnya secara tepat, mengingat kejatuhan kota Yerusalem pada 587 sM menjadi kedukaan nasional di kalangan umat Israel. Sehingga ada pula yang mengatakan kalau kitab ratapan ini bukan saja ditulis oleh seseorang melainkan ada beberapa orang yang meratapi kota Yerusalem dan manusianya.
Bila diamati secara keseluruhan kitab Ratapan, khusus pada fasal 1,2 dan 4, hampir bagian-bagian itu memiliki inti penekanan yang sama, yaitu meratapi kehancuran kota Yerusalem oleh tentara Babel (Nebukadnezar) pada tahun 587 sM, serta penderitaan penduduk yang masing tinggal di kota itu, di antara puing-puing kehancuran. Keruntuhan Bait Suci, kesunyi-sepian kota, kelaparan serta kemiskinan penduduk dan bahaya yang selalu mengancam kehidupan mereka (kadang disebut secara harfiah dan kiasan).
Secara khusus fasal 2:1-22 terbagi dalam tiga bagian, yaitu ayat 1-12 menceritakan tentang ratapan kondisi kota Yerusalem yang hancur; 13-17 menceritakan tentang Tuhan telah merancang kehancuran Yerusalem; dan 18-22 menceritakan tentang seruan Peratap bagi Israel untuk mencari Tuhan. Nah, kali ini yang menjadi materi percakapan kita adalah yang kedua, yaitu Tuhan telah merancang kehancuran kota Yerusalem (13-17).

PEMAHAMAN TEKS
1.            Peratap bertanya tentang kemuliaan umat Israel  (13)
Dalam bagian ini peratap mengatakan kepada sisa-sisa umat Israel yang masih mendiami kota Yerusalem bahwa ia hanya bisa diam dan meratapi nasib mereka. Peratap dengan hati yang sedih mengatakan puteri Yerusalem/puteri Sion (gambaran kaum Israel) sudah kehilangan kewibawaannya sebagai bangsa yang besar. Kota Yerusalem begitu hancur sehingga peratap mengibaratkannya bagaikan laut. Dalam hatinya ia bertanya: “siapa yang akan memulihka Israel?”

2.            Peratap menceritakan tentang kondisi umat Israel (14-16)
Dalam bagian ini ada dua hal yang tersirat, yaitu: Pertama, perhatikan ayat 14 yang menyatakan bahwa kondisi keagamaan Israel telah hancur dan suram. Nabi-nabi yang bekerja di antara kaum Israel tidak bekerja dengan baik; berita kebohongan yang sesaat, hanya karena uang mereka tidak lagi menyatakan kesalahan yang selama ini dilakukan umat. Spiritualitas kaum Israel menurun akibat para nabi yang bekerja hanya untuk kepentingan dirinya dan bukan pada kepentingan rohaninya umat. Kedua, lihat ayat 15-16, yang menceritakan tentang peratap menyatakan bagaimana kondisi batin sosial kaum Israel begitu tertekan karena penghinaan orang-orang Babel. Orang-orang Babel bergembira karena kota Yerusalem telah menjadi hancur berantaka. Kota Yerusalem dan Bait Suci yang diagung-agungkannya itu, kini menjadi puing-puing dan sepi. Yang lebih sakitnya lagi ialah manakala orang Babel bertepuk tangan, bersuit-suit, menggelengkan kepala dan mengertakan gigi, sebagai tanda penghinaan dan pengancaman terhadap hidup sisa-sisa kaum Israel di kota Yerusalem. Ini yang disebut pembunuhan karakter secara perlahan oleh orang-orang Babel terhadap sisa-sisa kaum Israel di kota Yerusalem.

3.            Peratap menyatakan sikap murkah Tuhan (17)
Dan diayat 17 Peratap, sekalipun sedih di tengah-tengah situasi kesedihan/kedukaan sisa-sisa kaum Israel di antara puing-puing kehancuran kota itu, ia harus mengakui kemahakuasaan Tuhan bagi bangsa Israel. Kehancuran kota Yerusalem dipahami Peratap sebagai tindakan kemurkaan Tuhan yang telah dilakukan dengan nyata sesuai dengan rancangan-Nya sendiri. Bahwa Tuhan, ketika berfirman, pasti menepati apa yang difirmankan-Nya. Kehancuran kota Yerusalem dan Bait Sucinya merupakan bukti kongkrit di depan mata kaum Israel bahwa Tuhan itu penuh belas kasihan, tetapi Ia pun tanpa belas kasihan menghancurkan kedegilan dan kekerasan hati manusia yang memberontak kepada-Nya.

APLIKASI
a.     Tuhan itu tidak kompromi dengan dosa. Dosa memang selalu melekat pada manusia, tetapi janganlah membiarkannya menguasai kita sehingga kita berbalik menatang Tuhan. Hal ini, menurut Peratap, yang menjadi murkah bagi Tuhan; dan Ia tak akan pernah kompromi dengan hal itu. Dosa selalu membuat kita kehilangan damai sejahtera dalam kehidupan. Yang perlu diingat bersama bahwa dosa itu jauh lebih kecil kuasanya dari Kasih yang dari Allah. Hanya dengan mengakui segala kesalahan dan memohon pertolongan Tuhan, kesalahan itu dengan sendirinya dipulihkan. Ingat bahwa Tuhan dapat saja memakai orang lain untuk menegur kita, sebagaimana Allah memakai Babel menegur kaum Israel karena kesalahannya kepada Tuhan.
b.           Berbicara soal kesalahan di hadapan Tuhan (dosa), Tuhan memberi tugas kepada para pekerja Tuhan (nabi) untuk berfungsi mengubah kesalahan menjadi kebenaran. Tetapi yang terjadi di Yerusalem ialah para nabi tidak tegas menolak kesalahan itu, melainkan membiarkannya karena kepentingan perut sendiri.
c.       Apa rasanya bila terjatuh dari tangga dan ditindih tangga pula? Demikian hati dan jiwa kaum Israel di kota Yerusalem. Ketika kota dan Bait Suci mereka porak-poranda dan hanya tinggal puing-puing bangunan kota itu, batin Israel dicabik-cabik dengan cara yang menyakitkan. Bila memulihkan kota tidak memakan waktu lama, tetapi memulihkan batin yang hancur, butuh waktu yang cukup lama.
d.     Tuhan memang tidak kompromi dengan dosa, tetapi sifat Kasih-Nya jauh lebih besar untuk memulihkan hati yang hancur karena dosa. Peratap berkata pada ayat 13 bahwa “siapa yang akan memulihkan engaku?” Jawaban peratap dapat dilihat pada ayat 18, yaitu pada TUHAN: “Berteriaklah kepada Tuhan……”
Tuhan memberkati kita. Amin.

Shalom
Pdt. Lucky Matui, S.Th

0 komentar:

Posting Komentar