Sabtu, 10 Agustus 2019

Agustus 10, 2019

KASIH ALLAH BUKAN PILIH KASIH
Lukas 15:1-10

POKOK PIKIRAN
§  Ayat 1-2          : Orang Farisi dan ahli Taurat bersungut;
§  Ayat 3-6          : Perumpamaan tentang domba yang hilang
§  Ayat 7             : Arti perumpamaan domba yang hilang
§  Ayat 8-9          : Perumpamaan tentang dírham yang hilang
§  Ayat 10           : Arti perumpamaan tentang dírham yang hilang

PENGANTAR
Dalam fasal 15 Injil Lukas terdapat tiga perumpamaan. Ketiga perumpamaan itu masing-masing adalah tentang domba yang hilang, dírham yang hilang dan anak yang terhilang. Tiga perumpamaan tersebut mengandung arti yang sama, yaitu tentang kasih Allah terhadap orang-orang yang dianggap tidak layak untuk dikasihi. Ketiga cerita pendek tersebut diceritakan Yesus untuk menanggapai sikap pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang mengeritik-Nya. Mereka mengeritik Dia karena Ia berteman dengan orang-orang yang dianggap tidak berharga di mata Allah.
Bagian pembacaan kita saat ini terdapa dua pelajaran Yesus yang akan kita renungkan bersama, yaitu perumpamaan tentang domba yang hilang dan perumpamaan tentang dírham yang hilang.
Perumpamaan tentang domba yang hilang dan tentang dírham yang hilang merupakan dua perumpamaan yang dipakai Yesus untuk mengartikan kasih-Nya kepada manusia. Kedua perumpamaan ini memiliki maksud dan tujuan yang sama. Pada satu sisi Yesus menegur keras sikap kaum Farisi dan kelompok ahli agamanya yang dikenal para ahli Taurat, yang begitu diskriminatif dan arogan terhadap saudara-saudaranya sendiri. Di sisi lain, Yesus, dengan perumpamaan-Nya ini Ia melakukan pembelaan (apologet) terhadap pengajaran-Nya atas kritikan kaum Farisi dan para ahli Taurat.
Kedua cerita ini merupakan contoh kongkrit kondisi sosial kaum Yahudi yang diangkat sebagai perumpamaan untuk memberi penjelasan tentang kasih Allah yang sesungguhnya besar bagi semua manusia. Kedua perumpamaan ini pun menunjukkan bagaimana sifat dan sikap Kasih Allah terhadap manusia, yang tergambar jelas dalam pribadi Yesus Kristu bahwa Allah tidak pilih kasih. Semua manusia, entah orang-orang Yahudi (kaum Farisi dan para ahli Taurat) dan manusia lain yang dianggap rendah status sosial, ekonomi dan spiritualnya, oleh Allah sama di mata Tuhan.
Ada beberapa peran dalam perumpamaan Yesus yang disampaikan dalam bagian pembacaan kita, yaitu:
1.            Gembala/Perempuan pemilik dírham : Allah
2.            99 ekor domba/ 9 dirham                     : Kaum Israel (Yahudi)
3.            Seekor domba/1 dirham yang hilang   : Kaum yang terhina
Kedua perumpamaan di atas memberi ketegasan kepada kaum Farisi dan para ahli Taurat bahwa Allah itu Mahapengasih. Pengasihan Allah tidak terbatas pada konsep melainkan kongkrit dalam tindakan dan tanpa dibatasi dengan perbedaan status, ekonomi, suku, bahasa dan kerohaninnya.

ISI PEMBACAAN
1.           Bergaul dengan semua orang tanpa memandang status seseorang merupakan  sifat hakiki Yesus Kristus. Sikap “toleran” itu mendorong banyak orang lebih sejuk bergaul dengan-Nya. Sedangkan menurut orang Yahudi (kaum Farisi dan para ahli taurat), sikap yang demikian sangatlah kontras dengan nilai-nilai agama dan budaya.
        Menurut kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat, status pemungut cukai dan orang-orang berdosa merupakan kalangan manusia yang tidak mendapat tempat dalam ruang kasih Allah. Mereka patut ditolak dan dijauhi dari kalangan kaum Yahudi. Sikap arogan dan diskriminatif kalangan kaum Farisi dan para ahli Taurat ini yang menjadi dasar pengajaran Yesus dalam perumpamaan tentang domba yang hilang dan dírham yang hilang, yang tindak lain untuk membantah sikap para cendekiawan Yahudi itu.
2.           Perumpamaan tentang domba yang hilang memberi gambaran kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat sebagai kelompok dari 99 domba yang dikasihi Tuhan; kehidupan mereka aman dan nyaman. Tetapi ada seekor domba yang terhilang, menggambarkan manusia yang dianggap tidak layak dalam kerajaan Allah; yang menurut Yesus perlu mendapat perhatian dan kasih sayang seorang gembala, sama seperti 99 ekor domba lainnya. Sekalipun seekor domba yang terhilang itu hanya satu saja, tetapi ia memiliki nilai martabat yang sama dengan 99 ekor domba yang lain. Mengapa? Karena ia adalah bagian dari 99 ekor dan pula memiliki nilai yang sama dari domba-domba milik sang gembala. Tidak ada rasa kehilangan dari 99 ekor domba yang sudah masuk kandang. Perumpamaan Yesus ini mengajarkan kalau sang gembala-lah yang merasa kehilangan seekor domba itu. Nah, karena seekor domba itu begitu berarti, maka dengan susah paya sang gembala terus mencari hingga mendapatinya.
        Begitu pula dengan satu dírham yang hilang. Perumpamaan dírham yang hilang memberi gambaran bahwa bukan soal masih hada 9 dirham yang lain, melainkan nilai dari satu dírham itu yang mendorong sang perempuan miskin terus mencari hingga mendapatinya. Dalam hal ini bukan soal rugi dan bukan pula soal kurang dari perempuan miskin tersebut, melainkan nilai dari satu dírham itu.
3.           Yesus menjelaskan dalam dua perumpamaan tersebut bahwa sang gembala yang mencari seekor domba yang hilang dan seorang perempuan miskin yang mencari satu dírham yang hilang, akan mengalami sukacita tersendiri bila ia menemukan miliknya. Secara khusus untuk perumpamaan domba yang hilang, Yesus bercerita bahwa ada ekspresi dari sang gembala ketika menemukan dombanya yang terhilang: 1) ia meletakan dombanya di atas bahu dengan hati yang gembira; 2) ia mengundang sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya merayakan peristiwa pertemuan dengan seekor dombanya yang hilang itu. Dan acara syukuran sang gembala dirayakan dalam suasana sukacita. Sama halnya dengan seorang perempuan miskin dalam perumpamaan tentang satu dírham yang hilang. Yesus menceritakan lebih lanjut bahwa ketika satu dírham itu ditemukan kembali, suasana sukacita yang dirasakan gembala tadi pun dirasakan oleh perempuan miskin.
4.           Bicara soal suasana sukacita, baik yang dialami oleh sang gembala maupun perempuan miskin, dalam dua perumpaan ini, digambarkan Yesus sebagai suasana sukacita Allah akan pertemuan-Nya dengan umat-Nya yang bertobat dari dosanya. Dan ketika keselamatan itu terjadi bagi orang-orang berdosa, suasana Kerajaan Allah dipenuhi sorak-sorai sukacita oleh malaikat-malaikat sorgawi.

APLIKASI
a.      Bahwa Allah yang kita sembah di dalam Yesus Kristus itu tidak PILIH KASIH melainkan  KASIH YANG UTUH kepada semua manusia. Allah mempunyai HAK KASIH yang tidak dapat diinterfensi oleh satu golongang manusia dalam dunia ini, sekalipun dianggap sebagai golongan yang “dekat” dengan Allah. Allah mempunyai HAK BEBAS untuk membagi kasih kepada siapa saja sesuai dengan kemauan-Nya sendiri. Karena itu, Kasih Allah bukan pilih kasih.
b.    Sebagai manusia yang dikasihi Allah, sepantasnya tak memiliki sifat partikularistik (sifat yang menganggap keselamatan Allah itu hanya berlaku bagi dirinya atau bangsanya sendiri), melainkan bersifat universal (bahwa keselamatan Allah berlaku untuk semua orang atau semua suku bangsa).
c.           Sepantasnya, sebagai manusia yang dikasihi Allah, kita perlu menanamkan SIFAT KASIH ALLAH dan JIWA SEMANGAT ALLAH dalam diri kita, bila ada anggota jemaat yang kembali dalam persekutuan kita. Bahwa membangun persekutuan bukan untuk menjadikan diri kita sebagai hakim-hakim kecil untuk mengadili saudara kita, melainkan membagi kasih dengan tulus dan bukan pilih kasih kepadanya
Amin!

Shalom
Pdt. Lucky Matui, S.Th

0 komentar:

Posting Komentar