SALIB YANG DIHINA
(Sebuah tulisan sederhana terkait dengan penghinaan Ustad
Abdul Somad terhadap simbol Salib Agama Kristen)
Salib
adalah simbol dari agama Kristen. Pengikut Kristus atau yang sering disebut
Kristen sangat-sangat percaya dan mengakui Kristus sebagai Tuhannya. Tentu saja,
siapapun orang Kristen pasti merasa sakit karena ucapan penghinaan yang dilontarkan Ustad Abdul
Somad, salah seorang tokoh tersohor agama Islam Indonesia, yang dalam ceramah
rohaninya, menghina simbol itu.
Memang
sangat sakit bila simbol terpenting dalam agama Kristen dihina begitu rendah. Informasih
terkini menyampaikan bahwa semua media sosial mengetegahkan cermah Ustad Somad
yang cukup meresahkan masyarakat Kristen Indonesia. Apakah hanya segelintir
umat Kristen Indonesia yang sakit hati terhadap ceramah si ustad yang fasih
bicara itu? Tidak! Yang pasti, semua umat Kristen dan Katolik di Indonesia sangat
kecewa dan begitu murkah terhadap ustad yang berbadan kurus itu.
Pertanyaan
untuk kita, mengapa orang Kristen melihat Salib Kristus begitu penting dalam
hidupnya? Jawabannya singkat saja. Pertama, kayu salib merupakan simbol
penderitaan Kristus. Kristus dengan susah payah memikul kayu salib-Nya menuju
Golgota, sebagai tanda kesetiaan-Nya demi pengampunan dosa manusia. Kedua, di
atas kayu salib itu Kristus Yesus mengakhiri hidup-Nya, mati di atas kayu yang
berbentuk vertikal panjang dan horisontal pendek. Di atas kayu salib itu, sehingga
semua orang menjadi diselamatkan. Orang Kristen memahami bahwa ia telah
diselamatkan dari hukuman dosa kepada angerah keselamatan karena salib itu.
itulah sebabnya, SALIB KRISTUS begitu pentin dalam keimanan dan kekristenan orang
Kristen. Salib mengandung nilai keselamatan yang begitu tinggi dalam Gereja
Tuhan. Nilai yang terkandung di dalam salib Kristus sangat berarti; sehingga
ketika Ustad Somad dalam ceramahnya menghina simbol itu, seluruh orang Kristen
Indonesian (Sabang-Merauke) mengungkapkan kebenciannya diberbagai media, baik
nasional maupun lokal, dan di berbagai lembaran media sosial (facebook,
twitter, WatsHap, Telegram, dls).
Rasa
benci di kalangan orang Kristen tak dapat dielakan. Berbagai komentar kalangan masyarakat terus
bermunculan di setiap kolom komentar media sosial. Yang lebih paranya lagi,
setiap komentar mengundang perdebatan di antara sesama anak bangsa. Sungguh
disayangkan, Ustad Abdul Somad alias UAS hanya santai-santai saja. Apakah cuma kalangan
umat Kristen yang kecewa dengan sikap UAS itu? Tidak juga! Saya sempat membaca
TEMPO.CO, sebuah media online Indonesa terpercaya menjelaskan bahwa “Pengurus
Muhammadiyah Abdul Rohim Ghazali menilai ucapan Abdul Zomad adalah penghinaan
simbol agama yang tidak main-main.“ Saya tidak bisa membayangkan jika itu
terjadi pada tokoh agama lain yang menghina simbol Islam,” kata Rohim kepada
Tempo pada Minggu, 18 Agustus 2019.“ Bisa jadi gelombang tsuname demonstrasi
berjilid-jilid, dan pelakunya bisa dituntut hukuman yang sangat berat.” (TEMPO.Co, Reporter: Halida Bunga, Editor:
Jobpie Sugiharto, 18 Agustus 2019, 11.45 WIB). Laporan Hilda Bunga ini
menandaskan bahwa tidak semua kaum cendekiawan Muslim yang setuju dengan sikap
intoleransi yang dipertontonkan UAS.
Lalu,
apa hukuman yang diterima UAS? Itu bukan soal penting yang perlu dijawab
sekarang ini. Yang terpenting ialah apakah
hukuman yang nantinya dijalani si Somad itu bakal membuatnya menjadi seorang
pribadi yang bijaksana dalam bertutur? Ataukah akan menambah dalam dirinya
keyakinan bahwa hanya cuma pandangannya tentang Alquran yang benar dan tepat? Kita
berharap bilamana nanti hakim menjatuhkan hukuman bagi ustad itu, ia benar-benar
bertanggung jawab dan siap menjalani hukuman dengan baik, maka setidak-tidaknya
cukup membantu mengubah perilakunya.
Terkait
dengan presentasi kebencian di media sosial akhir-akhir ini, maka saya pingin
bertanya pada sesama orang Kristen. Apakah dengan menulis kata-kata yang
berbauh kebencian, kemurkaan, dendam dan sakit hati kepada Ustad Abdul Somad, Tuhan Yesus
ikut-ikutan membencinya? Tidak. Malah yang pasti Dia begitu mengasihi dan
mengampuninya; sebagaimana Ia mengampuni para ahli Taurat, imam-imam kepala dan kaum Farisis yang membencinya. Adakah
sekelompok masyarakat yang terhimpun dalam sebuah organisasi peduli Ham yang
berdemo terhadap hukuman Yesus? Ingat baik-baik bahwa ketika Yesus diadili di
depan Pilatus bahkan tergantung di depan kayu penghukuman-Nya, tidak ada satu
orang manusia yang membela Yesus dan perkara-Nya. Pada waktu itu semua murid
Yesus menghindar dari jauh dari kesendirian di dalam penderitaan-Nya.
Bahkan
teramat sakit lagi sebuah tulisan penghinaan terletak di atas kepalanya yang
bertulis kata INRI. Dalam Injil Yohanes 19:19 berkata: "Dan Pilatus menyuruh
memasang juga tulisandi atas kayu salib itu, bunyinya: Yesus, orang Nazaret,
Raja orang Yahudi." Kalimat ini “Yesus, orang Nazaret, Raja orang
Yahudi” dalam bahasa Latin diambil huruf-huruf awal dari inskripsinya
"Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum" (INRI) Singkatan ini adalah dari sebuah
kalimat penghinaan yang teramat tinggi bagi hakikat kemesiasan Yesus. Toh
demikian Yesus mengampuni mereka, saat berada di atas salib itu.
Karena
itu, Salib tidak saja sebagai simbol kematian Yesus melainkan sebagai simbol
PENGAMPUNAN bagi manusia. Dia berkata saat-saat eksistensi keilahian-Nya
direndahkan jauh lebih rendah dari nilai harga diri manusia (hampir sejajar
dengan binatang), Ia berkata dalam kelembutan kasih-Nya: "Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34).
Penghinaan
simbol Salib Kristus yang menjadi bahan diskusi publik, kini berujung pada
kata2 yang tidak harmonis lagi di kalangan orang Kristen Indonesia,
mengakibatkan kita menjadi orang yang sakit
hati. Ingat, SAKIT HATI itu tidak
ada obatnya, dan Tuhan pun tidak pingin pengikutnya mengalami penyakit SAKIT HATI, akibat kata-kata penghinaan
si Somad itu. Yesus Kristus tidak pingin para pengikut-Nya menderita karena
penyakit itu. Maka, salah satu tips yang diberikan Yesus kepada kita untuk
menghilangkan penyakit itu ialah MENGAMPUNI.
Mengampuni itu penting dan amat penting bagi setiap orang Kristen. Sebab dengan
mengampuni penyakit rasa sakit hati itu menjadi pulih kembali.
Salib Kristus memiliki nilai pengampunan yang terpendam,
ibarat emas yang terkubur di dalam perut bumi. Sekalipun Ustad Abdul Somad berkata
bahwa di dalam Salib Kristus terdapat jin
kafir, Yesus tidak kecewa dan memarahinya, melainkan Ia mengampuninya dalam
kasih. Yesus tidak kecewa karena pribadi-Nya dihina, dan bahkan diludahi Ustad
Abdul Somad, yang Ia lakukan ialah mengampuninya di dalam kasih.
Mengapa
kita begitu dendam dan emosi terhadap si badan kecil itu? Ingat, sekali lagi, Yesus
tidak pingin kita mengalami penyakit SAKIT
HATI, Dia pingin kita sehat dan terhindar dari penyakit itu. Sebab bila
penyakit sakit hati terus menerus menggerogati
hidup ini, maka jangan kaget bila kita telah kehilangan rasa DAMAI yang selama
ini dicari semua orang. Karena itu, bila pingin agar damai itu tinggal dalam
hidup (hati dan pikiran) ini, maka cara sederhana yang ditunjukkan Yesus pada
kita ialah MENGAMPUNI. Mengapa? Karena di dalam Salib yang disebut UAS terkandung
jin kafir itu, terkandung nilai pengampunan
yang begitu mulia. Perhatinlah secara bijak bahwa di dalain simbol Kristus itu terkandung
nilai kasih yang tulus, bukan kebencian yang mendalam. Oleh sebab itu,
janganlah membiarkan jin kafir buatan
si Somad tadi lebih menguasai dan mempengaruhi pikiran kita, sehingga kita
kehilangan rasa damai dalam hidup, melainkan sebaliknya mengampuni dia di dalam
kasih Kristus.
Pingin
damai? Pingin kan? Kalau pingin damai, ampunilah si UAS itu, supaya kita tidak
kena penyakit sakit hati sehingga tidak masuk di dalam rumah sakit hati. Oke?
Akhirnya,
terimalah salam damai. Damai negeriku, damai gerejaku, damai Kristenku dan
damai Papuaku.
Acemo!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar