Minggu, 18 Agustus 2019

Agustus 18, 2019

SALIB YANG DIHINA
(Sebuah tulisan sederhana terkait dengan penghinaan Ustad Abdul Somad terhadap simbol Salib Agama Kristen)

Salib adalah simbol dari agama Kristen. Pengikut Kristus atau yang sering disebut Kristen sangat-sangat percaya dan mengakui Kristus sebagai Tuhannya. Tentu saja, siapapun orang Kristen pasti merasa sakit karena  ucapan penghinaan yang dilontarkan Ustad Abdul Somad, salah seorang tokoh tersohor agama Islam Indonesia, yang dalam ceramah rohaninya, menghina simbol itu.
Memang sangat sakit bila simbol terpenting dalam agama Kristen dihina begitu rendah. Informasih terkini menyampaikan bahwa semua media sosial mengetegahkan cermah Ustad Somad yang cukup meresahkan masyarakat Kristen Indonesia. Apakah hanya segelintir umat Kristen Indonesia yang sakit hati terhadap ceramah si ustad yang fasih bicara itu? Tidak! Yang pasti, semua umat Kristen dan Katolik di Indonesia sangat kecewa dan begitu murkah terhadap ustad yang berbadan kurus itu.
Pertanyaan untuk kita, mengapa orang Kristen melihat Salib Kristus begitu penting dalam hidupnya? Jawabannya singkat saja. Pertama, kayu salib merupakan simbol penderitaan Kristus. Kristus dengan susah payah memikul kayu salib-Nya menuju Golgota, sebagai tanda kesetiaan-Nya demi pengampunan dosa manusia. Kedua, di atas kayu salib itu Kristus Yesus mengakhiri hidup-Nya, mati di atas kayu yang berbentuk vertikal panjang dan horisontal pendek. Di atas kayu salib itu, sehingga semua orang menjadi diselamatkan. Orang Kristen memahami bahwa ia telah diselamatkan dari hukuman dosa kepada angerah keselamatan karena salib itu. itulah sebabnya, SALIB KRISTUS begitu pentin dalam keimanan dan kekristenan orang Kristen. Salib mengandung nilai keselamatan yang begitu tinggi dalam Gereja Tuhan. Nilai yang terkandung di dalam salib Kristus sangat berarti; sehingga ketika Ustad Somad dalam ceramahnya menghina simbol itu, seluruh orang Kristen Indonesian (Sabang-Merauke) mengungkapkan kebenciannya diberbagai media, baik nasional maupun lokal, dan di berbagai lembaran media sosial (facebook, twitter, WatsHap, Telegram, dls).
Rasa benci di kalangan orang Kristen tak dapat dielakan.  Berbagai komentar kalangan masyarakat terus bermunculan di setiap kolom komentar media sosial. Yang lebih paranya lagi, setiap komentar mengundang perdebatan di antara sesama anak bangsa. Sungguh disayangkan, Ustad Abdul Somad alias UAS hanya santai-santai saja. Apakah cuma kalangan umat Kristen yang kecewa dengan sikap UAS itu? Tidak juga! Saya sempat membaca TEMPO.CO, sebuah media online Indonesa terpercaya menjelaskan bahwa “Pengurus Muhammadiyah Abdul Rohim Ghazali menilai ucapan Abdul Zomad adalah penghinaan simbol agama yang tidak main-main.“ Saya tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada tokoh agama lain yang menghina simbol Islam,” kata Rohim kepada Tempo pada Minggu, 18 Agustus 2019.“ Bisa jadi gelombang tsuname demonstrasi berjilid-jilid, dan pelakunya bisa dituntut hukuman yang sangat berat.” (TEMPO.Co, Reporter: Halida Bunga, Editor: Jobpie Sugiharto, 18 Agustus 2019, 11.45 WIB). Laporan Hilda Bunga ini menandaskan bahwa tidak semua kaum cendekiawan Muslim yang setuju dengan sikap intoleransi yang dipertontonkan UAS.
Lalu, apa hukuman yang diterima UAS? Itu bukan soal penting yang perlu dijawab sekarang ini.  Yang terpenting ialah apakah hukuman yang nantinya dijalani si Somad itu bakal membuatnya menjadi seorang pribadi yang bijaksana dalam bertutur? Ataukah akan menambah dalam dirinya keyakinan bahwa hanya cuma pandangannya tentang Alquran yang benar dan tepat? Kita berharap bilamana nanti hakim menjatuhkan hukuman bagi ustad itu, ia benar-benar bertanggung jawab dan siap menjalani hukuman dengan baik, maka setidak-tidaknya cukup membantu mengubah perilakunya.
Terkait dengan presentasi kebencian di media sosial akhir-akhir ini, maka saya pingin bertanya pada sesama orang Kristen. Apakah dengan menulis kata-kata yang berbauh kebencian, kemurkaan, dendam dan sakit hati  kepada Ustad Abdul Somad, Tuhan Yesus ikut-ikutan membencinya? Tidak. Malah yang pasti Dia begitu mengasihi dan mengampuninya; sebagaimana Ia mengampuni para ahli Taurat, imam-imam kepala  dan kaum Farisis yang membencinya. Adakah sekelompok masyarakat yang terhimpun dalam sebuah organisasi peduli Ham yang berdemo terhadap hukuman Yesus? Ingat baik-baik bahwa ketika Yesus diadili di depan Pilatus bahkan tergantung di depan kayu penghukuman-Nya, tidak ada satu orang manusia yang membela Yesus dan perkara-Nya. Pada waktu itu semua murid Yesus menghindar dari jauh dari kesendirian di dalam penderitaan-Nya.
Bahkan teramat sakit lagi sebuah tulisan penghinaan terletak di atas kepalanya yang bertulis kata INRI. Dalam Injil Yohanes 19:19 berkata: "Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisandi atas kayu salib itu, bunyinya: Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." Kalimat ini “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi” dalam bahasa Latin diambil huruf-huruf awal dari inskripsinya "Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum" (INRI) Singkatan ini adalah dari sebuah kalimat penghinaan yang teramat tinggi bagi hakikat kemesiasan Yesus. Toh demikian Yesus mengampuni mereka, saat berada di atas salib itu.
Karena itu, Salib tidak saja sebagai simbol kematian Yesus melainkan sebagai simbol PENGAMPUNAN bagi manusia. Dia berkata saat-saat eksistensi keilahian-Nya direndahkan jauh lebih rendah dari nilai harga diri manusia (hampir sejajar dengan binatang), Ia berkata dalam kelembutan kasih-Nya: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34).
Penghinaan simbol Salib Kristus yang menjadi bahan diskusi publik, kini berujung pada kata2 yang tidak harmonis lagi di kalangan orang Kristen Indonesia, mengakibatkan kita menjadi orang yang sakit hati. Ingat, SAKIT HATI itu tidak ada obatnya, dan Tuhan pun tidak pingin pengikutnya mengalami penyakit SAKIT HATI, akibat kata-kata penghinaan si Somad itu. Yesus Kristus tidak pingin para pengikut-Nya menderita karena penyakit itu. Maka, salah satu tips yang diberikan Yesus kepada kita untuk menghilangkan penyakit itu ialah MENGAMPUNI. Mengampuni itu penting dan amat penting bagi setiap orang Kristen. Sebab dengan mengampuni penyakit rasa sakit hati itu menjadi pulih kembali.
          Salib Kristus memiliki nilai pengampunan yang terpendam, ibarat emas yang terkubur di dalam perut bumi. Sekalipun Ustad Abdul Somad berkata bahwa di dalam Salib Kristus terdapat jin kafir, Yesus tidak kecewa dan memarahinya, melainkan Ia mengampuninya dalam kasih. Yesus tidak kecewa karena pribadi-Nya dihina, dan bahkan diludahi Ustad Abdul Somad, yang Ia lakukan ialah mengampuninya di dalam kasih.
Mengapa kita begitu dendam dan emosi terhadap si badan kecil itu? Ingat, sekali lagi, Yesus tidak pingin kita mengalami penyakit SAKIT HATI, Dia pingin kita sehat dan terhindar dari penyakit itu. Sebab bila penyakit sakit hati terus menerus menggerogati hidup ini, maka jangan kaget bila kita telah kehilangan rasa DAMAI yang selama ini dicari semua orang. Karena itu, bila pingin agar damai itu tinggal dalam hidup (hati dan pikiran) ini, maka cara sederhana yang ditunjukkan Yesus pada kita ialah MENGAMPUNI. Mengapa? Karena di dalam Salib yang disebut UAS terkandung jin kafir itu, terkandung nilai pengampunan yang begitu mulia. Perhatinlah secara bijak bahwa di dalain simbol Kristus itu terkandung nilai kasih yang tulus, bukan kebencian yang mendalam. Oleh sebab itu, janganlah membiarkan jin kafir buatan si Somad tadi lebih menguasai dan mempengaruhi pikiran kita, sehingga kita kehilangan rasa damai dalam hidup, melainkan sebaliknya mengampuni dia di dalam kasih Kristus.
Pingin damai? Pingin kan? Kalau pingin damai, ampunilah si UAS itu, supaya kita tidak kena penyakit sakit hati sehingga tidak masuk di dalam rumah sakit hati. Oke?
Akhirnya, terimalah salam damai. Damai negeriku, damai gerejaku, damai Kristenku dan damai Papuaku.
Acemo!!!!!

0 komentar:

Posting Komentar