RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI Senin,
6 April 2020
TIDAK MELUPAKAN TUHAN
Ratapan 1:1-11
“Waktu senang lupa Tuhan, waktu susah
ingat Tuhan.” Itulah kenyataan yang sering kita dengar dan saksikan dari
cerita-cerita dan pemberitaan setiap orang. Kenyataan ini berdampak dua, yaitu
mengingatkan manusia agar tidak melupakan Tuhan dalam situasi apapun, dan
menggarisbawahi bahwa makin banyak orang sadar bahwa hidup tanpa Tuhan, tidak
ada artinya. Kenyataan seperti ini sangat menolong umat Tuhan di zaman sekarang
yang kadang-kadang mengingat Tuhan hanya di waktu susah saja. Ada yang
berpendapat, ketika masih kuat jalani saja hidup dengan kekuatan diri sendiri,
nanti setelah tua sudah mulai lemah baru mengingat yang lain. Hal itu adalah
keliru. Tuhan justru hadir dalam segala kehidupan manusia, baik itu dalam suka
maupun sengsara. Hal inilah yang sering dilupakan umat Israel di masa lampau
dan kita di abad ini.
Oleh karena itu, ketika kita sedang
mengalami kegembiraan karena berbagai keberhasilan, maka patutlah kita naikan
syukur kepada Tuhan. Dan mintalah kepada Tuhan agar Ia tetap menjaga kehidupan
pribadi dan keluarga kita, supaya tidak jatuh ke dalam berbagai pencobaan.
Makin tinggi kita berkembang dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka makin banyak pula berbagai pengaruh dan hal-hal yang baru, entah yang baik
dan buruk, yang mendatangkan kebaikan maupun keburukan dalam hidup kita. Doa
kita adalah memohon kekuatan dan pertolongan tangan Tuhan agar kita tidak
melupakan-Nya. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
IBADAH UNSUR-UNSUR JEMAAT (Malam) Senin, 6 April 2020
DOA YANG BERSYUKUR DAN BERSUKACITA
Filipi 1:1-11
Syalom!!!
Saudara-saudara
yang terkasih.
Beberapa minggu ini rumah kita telah
dijadikan sebagai rumah persekutuan doa setiap anggota keluarga (ayah, ibu dan
anak-anak) kita. Saya tidak tahu, apakah saudara-saudara sekalian menikmati
persekutuan doa bersama keluarga, isteri, suami dan anak-anak, ataukah
sebaliknya sebagai suatu persekutuan yang sedang mengalami tekanan batin,
karena aktifitas profesi kita tidak berjalan normal? Namun, apapun alasannya,
pada satu sisi kondisi penyebaran virus corona di kota ini membuat aktifitas
rutin kita menjadi lumpuh. Sedangkan di sisi lain, ada unsur positif yang perlu
kita maknai dalam hidup ini bahwa dengan adanya wabah covid-19 bangunan
persekutuan doa rumah tangga kita menjadi hidup kembali. Sangat terasa,
sekalipun persekutuan keluarga kita dibatasi oleh tembok-tembok rumah, namun
iman, pengharapan dan kasih yang diwujud-nyatakan dalam doa jauh melebihi batas
pagar rumah, jemaat, gereja, kota, negara kita. Doa-doa kita kepada Tuhan
bersifat holistik (menyeluruh) bagi semua orang di belahan dunia yang sedang
mengalami rasa tidak nyaman, takut, gelisah dan kwatir akan hidupnya.
Pembacaan kita saat ini menjelaskan
tentang fungsi kerasulan Paulus bagi kehidupan persekutuan orang Kristen
Filipi. Namun, dalam perenungan ini, saya tidak membahas tentang fungsi
kerasulan rasul itu; kita akan fokus melihat perannya sebagai orang Kristen
yang selalu bersyukur dan bersukacita di dalam setiap doanya kepada Tuhan.
Sekalipun rasul Paulus sedang berada di dalam penjara, namun hatinya dipenuhi
dengan sukacita karena saudara-saudara seimannya di kota Filipi. Apa yang
dirasakan Paulus saat memanjatkan doanya kepada Tuhan? Pembacaan ini
menjelaskan bahwa setia kali Paulus memanjatkan doanya ke hadapan Tuhan, ia
selalu bersyukur karena
mengingat pada jemaat Kristen di kota
Filipi. Dan, ketika ia berdoa untuk jemaat itu, ia pun merasa bersukacita karena mereka. Hal apa yang
membuat rasul itu bersukacita, saat ia berdoa kepada Tuhan? Menurut penjelasan
Paulus, ia bersukacita karena persekutuan jemaat Filipi telah menghidupkan dan
menumbuh-kembangkan pemberitaan Injil Kristus Kristus. Itulah sebabnya ia
sungguh percaya bahwa pekerjaan pemberitaan Injil itu akan tetap dihidupkan
sampai hari kedatangan Yesus Kristus.
Mengingat akan hal itu Paulus, karena sangat mencintai jemaat Filipi, ia
berkata: “.... sebab kamu ada di dalam
hatiku,...” Kata kamu ada dalam hatiku menunjukkan betapa mulia dan
besarnya cinta kasih Paulus terhadap jemaat Kristen Filipi; mengingat iman,
pengharapan, kasih, pengorbanan, semangat mereka dalam menopang pekerjaan
Tuhan. Itulah sebabnya Paulus sungguh-sungguh menyatakan keyakinannya di dalam doa kepada Tuhan bahwa semoga sifat dan
sikap kasih yang ada pada mereka terus melimpah (semakin meningkat dan
terus-menerus berlaku terus-menerus) dalam pengetahuan dan pengertian, sehingga
mereka dipenuhi dengan buah-buah kebenaran.
Sahabat-sahabat
Kristus yang terkasih.
Berkaca dari tulisan rasul Paulus ini
ada beberapa hal yang boleh saya sampaikan kepada kita semua.
1.
Sebagai pelayan firman di tengah-tengah jemaat ini, yang
sedang menjalankan tugas fungsi kerasulan oleh Tuhan, kami selalu setia
mendoakan saudara-saudara sekalian, agar dalam menjalani masa-masa sulit ini,
kita semua tetap diberikan iman, pengharapan dan kasih yang tulus hanya kepada
Yesus Kristus, Tuhan kita. Sekalipun tembok rumah membatasi ruang persekutuan
jemaat kita, sekali-kali ia tak kuasa membatasi iman, pengharapan kita kepada
Tuhan Yesus; dan sekalipun kita dibatasi berkomunikasi dan berjabat-tangan
sambil merangkul, sedikitpun ia tak mampu mengurangi kasih Kristus di antara
kita. Saya mengingatkan kita bahwa tanpa kita sadari doa-doa kita di setiap
keluarga, sangat kuat menghangatkan persekutuan rumah tangga kita, sangat kuat
membangkitkan kerinduan untuk bersekutu seperti dulu lagi, dan sangat kuat
menggetarkan hati Tuhan untuk segera mengeluarkan kita dari kondisi wabah virus
corona yang sedang mengancam persahabatan kita.
2.
Saya mengajak kita semua belajar dari peran seorang rasul
Paulus sebagai pendoa bagi semua orang. Paulus tidak saja berdoa bagi
teman-temannya melainkan juga pada seluruh persekutuan jemaat di kota Filipi.
Doa Paulus bukanlah doa dalam kedukaan, bukan pula doa dalam keputus-asaan dan
hilang pengharapan hidup, melainkan doa syukur dan sukacita sekalipun tubuhnya
dibelenggu besi dalam tahanan. Maka, sepantasnya doa setiap jemaat adalah doa
yang bukan hanya permohonan semata, melainkan berisikan syukur dan sukacita,
karena Tuhan masih berkenan menjaga jemaat kita, keluarga kita, pribadi kita,
pekerjaan kita, sekalipun untuk sementa waktu kita tidak bersekutu
bersama-sama, kita tidak bekerja dan beraktifitas seperti biasanya. Ingatlah,
ada waktu hujan dan ada waktu panas; ada waktu menanam dan ada waktu untuk
memanen; dan dalam waktu ini covid-19 mengorbankan banyak jiwa, tetapi ada
waktu dimana virus itu akan berakhir di dalam keputusan Tuhan. Karena itu,
saudara-saudara sekalian, tetaplah berdoa dan selalu percaya bahwa kuasa-kasih
Tuhan jauh melebihi segala ketakutan dan keraguan kita.
Kini kita berada pada Minggu Sengsara VII, minggu dimana
Yesus masuk dalam kanca penderitaan dan kematian-Nya. Minggu ini merupakan
minggu pergumulan yang berat bagi seorang Yesus. Proses penderitaan dan kematian-Nya
di jalani dalam ketenangan, tanpa membantas seluruh keputusan hukuman-Nya.
Kekuatan Yesus ialah doa; doa di atas bukit, saat didampingi Musa dan Elia, doa
di atas bukit taman Getsemani di saat menerima kehendak Tuhan, doa di atas
bukit Golgota. Doa menjadi kekuatan-Nya sehingga Ia sanggup memikul
tanggungjawab Bapa-Nya. Mari belajar dari peran Yesus dalam hal berdoa.
Kekuatan kita (orang Kristen) dalam memerangi rasa takut ialah doa, bukan
dengan kepintaran akal budi kita. Di dalam doa kita menjadi kuat karena kuasa
Tuhan kuat menopang kita. Tuhan memberkati. Amin. (Pdt.
Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI Selasa, 7 April
2020
TUHAN TIDAK MELUPAKAN KITA
Ratapan 1:12-16
Pernakah anda pergi ke pelabuhan kapal
di Jayapura? Coba perhatikan orang-orang yang mengantar sanak-saudaranya atau
bahkan orang yang dikasihi, yang anak meninggalkan seseorang atau keluarganya.
Ada yang melambai-lambaikan tangannya penuh kegembiraan, tetapi ada pula yang
justru tenggelam dalam kesedihan. Mengapa ia harus bersedih? Ia sedih sebab
orang yang dikasihi telah pergi meninggalkannya. Kesedihan lebih dalam
dirasakan bila yang pergi itu adalah orang yang selalu memberi pertolongan.
Sehingga dengan perginya orang tersebut, maka dia yang ditinggalkan merasa
sangat kehilangan. Kepada siapa lagi ia harus menggantungkan hidupnya? Rasa
kehilangan seperti inilah yang terungkap di dalam pembacaan malam saat ini.
Mungkin ada di antara kita yang pernah
mengalami atau sedang mengalami hal yang demikian. Apa yang harus kita lakukan?
Berita Alkitab mengatakan bahwa seberat apapun pergumulan umat Tuhan, Allah
tidak akan meninggalkan umat-Nya. Oleh sebab itu, mari datanglah kepada Tuhan
dengan penuh kerendahan hati, serta nyatakanlah penuh keikhlasan segala
pelanggaran yang telah diperbuat kita. Dengan kita sungguh menyerahkan diri
pada Tuhan, maka kita akan memperoleh kekuatan dari-Nya. Amin. (Pdt. Lucky
Matui, S.Th)
RENUNGAN
IBADAH KELUARGA (Malam) Selasa, 7 April 2020
SABAR DALAM PENCOBAAN
2 Korintus 6:1-10
Keluarga
yang Tuhan Yesus Kasihi…
Minggu
kesengsaraan Tuhan Yesus ke VII ini hendak
mengantar kita lebih yakin pada
penderitaan Tuhan Yesus yang tersalib di kayu salib. Kita tahu bahwa
sesungguhnya penderitaan Tuhan Yesus bukan suatu cerita dongeng belaka, melainkan suatu
fakta yang benar terjadi dalam sejarah dunia ini, dan
Alkitab telah menulisnya dengan sangat jelas. Kematian
Yesus telah menggemparkan dunia masa itu, dan juga
masih menggemparkan dunia masa kini. Hanya karena menebus dosa manusia maka Dia mengalami siksaan yang
melebihi batas peri kemanusiaan, dan
semua itu berawal dari Taman Getsemani (Matius
26:37-39). Tuhan Yesus merasa begitu sedih
dan gentar dan bergumul sampai tetes-tetes
keringat yang mengalir seperti darah (Lukas
22:44). Dia sungguh-sungguh berdoa supaya
mendapatkan kekuatan dalam melewati segala penderitaan itu. Dan pada puncak
dari penderitaan-Nya itu membawa kemenangan bagi manusia. Ya, melalui
kematian Kristus maka semua manusia mendapatkan pengampunan. Hal ini
memberi pemahaman bahwa kita yang mengaku mengikut Tuhan, bukanlah suatu hal yang mudah, segampang yang
kita ucapkan. Mengapa?
Sebab berbagai tantangan ataupun
pencobaan dalam bentuk apapun yang terjadi dalam kehidupan ini terkadang
mengakibatkan penderitaan yang justru semakin membentuk iman
setiap orang Kristen. Untuk itulah mempertegas konsep ini, dapat kita dikatakan
bahwa tidak ada orang Kristen yang membangun imannya segampang apa yang kita
pikirkan (Lihat Yohanes 15:18-19) sehingga hal ini membawa
kita untuk memperhatikan secara baik bahwa walaupun ada
dalam berbagai pencobaan yang membuat kita merasa ada didalam penderitaan,
tetapi ingatlah bahwa selalu ada kekuatan dari Tuhan bagi setiap orang percaya
untuk itulah kita sangat membutuhkan Tuhan sebagai kekuatan dalam hidup ini.
Keluarga
Yang Tuhan Yesus Kasihi…
Di
dalam pembacaan kita saat ini, Rasul Paulus dalam surat kepada jemaat di
Korintus juga tidak luput dari berbagai tantangan yang membuat dia juga
mengalami penderitaan dalam pekabaran Injil. Kota Korintus adalah kota
metropolitan Yunani dan sangat maju pesat dalam teknologi, industri dan
perdagangan. Seperti halnya banyak kota makmur pada masa kini, Korintus menjadi
kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi tetapi bejat secara moral.
Segala macam dosa merajalela di kota ini baik itu perbuatan cabul dan hawa
nafsu, kesombongan, iri hati, penyembahan berhala dan hal ini sangat berdampak
dalam persekutuan orang-orang percaya sebab terjadi perpecahan
dalam tubuh Kristus sehingga menjadi alasan bagi Rasul Paulus untuk menulis
surat ini untuk menanggapi masalah serius yang sementara terjadi dalam jemaat
di Korintus serta mengingatkan supaya terus menjaga dan memelihara iman mereka
sebagai orang yang sudah menerima kasih karunia dari Tuhan sebagai orang
Kristen dan jangan menunda-nunda waktu untuk tetap percaya
kepada Tuhan. Tentunya situasi yang terjadi di jemaat Korintus menjadi
tantangan tersendiri bagi Paulus, penolakan selalu dialami bahkan kerasulannya
diragukan oleh jemaat disana ketika muncul pengajar-pangajar
palsu yang mempengaruhi jemaat untuk meragukan kerasulannya. Maka Rasul Paulus
dalam perikop pembacaan ini sangat terbuka mengungkapkan segala yang dialami,
dia dengan jujur menceritakan isi hatinya dan hal-hal
sulit yang dialami dalam hidupnya sebagai pengikut Kristus dan tetap berusaha
membuktikan bahwa apa yang diajarkan semuanya berasal dari Tuhan.
Dalam
berbagai kondisi yang dialami, Rasul Paulus tetap menunjukkan keteladanan untuk
tetap setia kepada Tuhan meskipun banyak mengalami tantangan dan penderitaan.
Rasul Paulus telah membuktikan kesungguhannya dalam melayani meski didera,
dihina, difitnah bahkan sampai dipenjara namun dia tetap sabar dalam kesesakan,
sabar dalam kesukaran, sabar menanggung semuanya, dan dia tetap setia serta
tekun melayani Tuhan. semua kesabaran dan kemurnian hatinya bukan hanya sekedar
ungkapan, tetapi semua itu karena kuasa Roh Kudus. Sebab tanpa ada kekuatan
dari Roh Kudus di dalam diri Paulus maka tentunya Paulus sendiri juga tidak
mampu. Tetapi hanya karena kekuatan dari Tuhan maka semua peristiwa yang
terjadi dapat dihadapi.
Keluarga
Yang Tuhan Yesus Kasihi…
Pertanyaan
yang patut kita renungkan adalah “apakah tantangan yang dialami Rasul Paulus,
juga menjadi bagian pengalaman hidup yang kita lalui?” tentunya setiap orang
tidak luput dari berbagai tantangan hidup ini yang berakibat pada penderitaan
sebagaimana yang telah dialami Paulus. Dapat dikatakan bahwa kahidupan dunia
saat ini tidak jauh berbeda dengan gambaran kehidupan jemaat di Kota Korintus
sebab di tengah-tengah
situasi zaman yang semakin modern dengan kecanggihan teknologi saat ini, namun
tidak dapat di sangkal bahwa hal ini juga turut mempengaruhi pertumbuhan iman
percaya kita. Angka kejahatan yang terjadi di sekitar kita semakin meningkat
dengan berbagai bentuk kejahatan yang di lakukan. Berbagai persoalan terjadi di
sana sini, bahkan saat ini kita masih ada menghadapi masalah kemanusiaan yaitu
penghadapi situasi wabah Covid 19 yang menjadi pergumulan doa setiap orang
dibelahan dunia ini. Kitapun tidak luput dari berbagai pergumulan dalam rumah
tangga, pekerjaan, pendidikan anak-anak,
persoalan sakit penyakit yang dialami dan ini semua menjadi bagian kehidupan
kita yang terkadang membuat kita takut, kuatir dan merasa ada di dalam
penderitaan. Bagian Firman Tuhan di minggu kesengsaraan yang ke VII membawa
kita untuk melihat bahwa sesungguhnya kasih karunia Allah senantiasa selalu ada dalam hidup kita dan Dia senantiasa
memperlengkapi kita dengan kekuatan iman.
Rasul
Paulus mengutip ayat firman Tuhan dalam kitab Yesaya 49:8
yang mengatakan bahwa Allah senantiasa akan menolong kita, Allah senantiasa
berkenaan mendengar doa-doa kita, dan Allah senantiasa
berkenaan menyelamatkan kita. Sehingga dalam berbagai persoalan hidup kita,
ingatlah untuk tetap sabar dalam kesukaran, sabar dalam kesesakan, dan tetap
sabar sekalipun ada di dalam berbagai tantangan saat ini karena di balik semua
ini hendak membentuk iman setiap orang dihadapan Tuhan. Maka arahkanlah
pandangan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus didalam doa dan kesetiaan dalam
kebenaran Firman Tuhan maka Tuhan akan menolong kita dan senantiasa memberikan
kekuatan kepada setiap orang yang berharap kepadaNya. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Rabu Abu) Rabu, 8 April 2020
KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA
Ratapan 1:17-19
“Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.” Peribahasa berisi pengertian
bahwa kekuatan akan terhimpun bila kita melakukan pekerjaan bersama-sama. Pekerjaan
apapun yang sungguh sulit dikerjakan, akan terselesaikan sesuai dengan harapan
kita, kalau dikerjakan secara bersama-sama.
Rasa kebersamaan itu, kelihatannya makin
lama makin kurang dialami di dalam kehidupan Israel di zaman penulisan kitab
Ratapan. Hal itu bukan saja terlihat dalam ruang lingkup persekutuan umat,
melainkan pula dalam kehidupan berumah tangga pada saat itu. Demikian halnya
juga keadaan kita sekarang ini, jauh sebelum datangnya wabah virus corona.
Masing-masing anggota keluarga lebih mementingkan kesibukannya; anak-anak sibuk
dengan sekolah dan bermainnya, ibu memperhatikan kesibukannya, dan ayah lebih
fokus pada pekerjaannya, sampai-sampai hidup bersekutu bersama menjadi hilang
di dalam satu atap rumah. Tidak heran banyak yang mengatakan bahwa kehidupan
kita makin lama makin jauh dari sebuah nilai kebersamaan. Oleh sebab itu,
melalui kondisi wabah virus corona yang akhir-akhir ini melanda kehidupan
sosial, kehidupan pekerjaan dan kesibukan kita masing-masing, Tuhan sedang
mengingatkan kita semua, secara khusus persekutuan rumah tangga Kristen di
zaman ini, agar kita dapat mengembalikan nilai-nilai kebersamaan, baik dalam
lingkungan keluarga dan persekutuan jemaat kita, untuk jauh lebih baik lagi.
Petiklah nilai-nilai kebaikan dari kondisi yang sedang kita alami sekarang ini,
sambil memupuku kembali persekutuan kita ke arah yang diinginkan Tuhan. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Rabu Abu) Rabi, 8 April 2020
CARILAH TUHAN, KETIKA MERASA TAKUT
Ratapan 1:20-22
Pernakah muncul rasa takut di dalam hati anda? Tentu saja tidak ada
seorangpun yang luput dari perasaan itu. Ada yang takut dikejar orang-orang
yang dianggap musuhnya. Ada yang takut kalau berjalan di kegelapan malam,
apalagi kalau berjalan sendirian. Ada juga yang takut dikejar-kejar pembalasan
karena perbuatan yang ia lakukan terhadap orang lain. Apalagi kalau perasaan
itu muncul karena dikejar-kejar oleh kesalahan yang dilakukan terhadap Tuhan.
Mungkin hal itu lebih terasa.
Akhir-akhir ini kita semua dirundung
perasaan takut akibat wabah virus corona yang cukup menelang banyak korban di
belaan dunia, di Indonesia dan di tanah Papua (sekalipun tidak seperti di
Jakarta). Ada ungkapan yang mengatakan lebih baik mencegah daripada mengobati.
Artinya, lebih baik menghindari diri dengan menjaga jarak, mencuci tangan dan
mengkarantinakan diri kita dalam rumah, daripada terlanjur tertular dan butuh
pengobatan yang intensif. Hal ini cukup terlihat di sekitar kita, sampai-sampai
untuk kita berkumpul pun jarang dilakukan. Tak mungkin dipungkiri, kalau memang
benar-benar kita sedang merasa takut akan hal itu. Peratap dalam kitab ini
sesungguhnya mengalami hal yang sama, yaitu perasaan takut pada musuh-musuhnya.
Itulah sebabnya ia memohon Tuhan datang menolongnya, agar ia bebas dari
kehidupan yang tidak nyaman itu. Yesus pun merasa takut akan kematian yang ada
di depan-Nya, namun oleh karena kasih Allah, Ia melewati semaunya di dalam
kemenangan yang agung. Kita harus percaya bahwa ketika kita membawa rasa takut
kepada Tuhan, maka tentu saja Tuhan menolong kita dengan memberi rasa nyaman
dalam hidup ini. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Kamis Putih) Kamis, 9 April 2020
KASIH TUHAN JAUH LEBIH BESAR
Ratapan 2:1-3
Agak sulit kita menggambarkan Allah yang Mahakasih, penyanyang dan panjang
sabar, sekaligus sebagai Allah yang murka, marah terhadap umat-Nya. Dalam
bacaan yang direnungkan hari ini, ada bagian kalimat yang menyatakan “dalam
kemarahan Allah bertindak.” Itulah yang pernah dibuat Tuhan bagi umat-Nya.
Pernakah kita merasa Allah murka terhadap kita? Ini memang suatu pertanyaan
yang agak sulit untuk dijawab, sebab tidak mudah memahami dan menyelami maksud
dan perbuatan Allah pada kita umat-Nya. Bilamana menjawab pertanyaan itu,
mungkin kita akan berkata “ya!”. Apakah memang demikian? Bila memang demikian,
kita tidak perlu khawatir atau takut akan
murka Allah itu. Perlu diingat oleh kita semua bahwa memang Allah itu
benar-benar murka dengan sikap kita, tetapi Ia begitu mengasihi hidup kita
sebagai ciptaan-Nya yang mulia. Itulah sebabnya, karena begitu besar kasih-Nya,
maka Ia menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan hidup kita.
Kematian Yesus Kristus adalah bukti nyata Allah meredam murka-Nya terhadap
kita; dan kematia-Nya itu menunjukkan kesempurnaan kasih-Nya yang besar pada
hidup kita.
Ingat perkataan Mazmur 103:13 yang
menegaskan: “Seperti Bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang
kepada orang-orang yang takut akan Dia.” Artinya, kita menaruh hormat kepada
Tuhan dan setia mengikuti kehendak-Nya. Hendaklah kita takut (hormat) kepada
Allah yang telah berkorban bagi keselamatan kita, yang dapat ditunjukkan lewat
ketaatan kita memperingati kematian Yesus Kristus di hari Jumaat Agung, pada
hari besok. Tuhan memberkati kita. Amin. (Pdt. Lucky
Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Kamis Putih) Kamis, 9 April 2020
ALLAH ITU DEKAT DENGAN KITA
Ratapan 3:55-58
Diluputkan dari hukuman adalah suatu peristiwa yang
sangat mengembirakan. Itulah yang dialami oleh penyair kitab Ratapan, sehingga
dengan penuh sukacita ia berseru: “Engkau mendengar suaraku!” Seruan ini hanya
dapat diucapkan oleh seseorang yang benar-benar mengalami kemurahan Tuhan di
dalam hidupnya. Dengan bangga ia berkata bahwa Tuhan begitu dekat dengannya
ketia ia meminta pertolongan.
Apakah Allah hanya dekat ketika
seseorang merasa dilepaskan dari hukuman dan beban yang menimpanya? Tentu saja
tidak! Allah selalu dekat dengan umat-Nya pada setiap waktu, dalam situasi
apapun yang dihadapi oleh anak-anak-Nya. Ayat 57 merupakan ungkapan penyair
yang merasa Allah begitu dekat kepadanya, ketika ia meyakini bahwa doa dan
seruannya di dengat oleh Tuhan. Itulah perasaan orang yang merasa telah
dibebaskan dan dilepaskan dari segala bebannya. Memang, kadang-kadang kitapun
merasa Allah begitu jauh saat kita berada dalam kesesakan, dan nanti terasa
dekat bila kita mengalami kelegaan. Padahal, Allah selalu saja dekat dengan dan
hidup dengan kita. Ia juga menjamin kita untuk tidak gentar, karena Ia sendiri
yang memperjuangkan hidup kita.
Penderitaan dan kesengsaraan Tuhan Yesus
Kristus serta kemenangan-Nya atas maut, menjadi bukti nyata tentang Allah yang
selalu memperjuangkan kebaikan kita semua. Ia juga selalu memperjuangkan kita
sebagai anggota-anggota di dalam persekutuan keluarga dan jemaat kita agar
senantiasa hidup dalam damai dan sejahtera, baik di saat sekarang maupun saat
yang akan. Terpujilah Dia, Tuhan yang agung dan mulia itu! Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Jumaat Agung) Jumat, 10 April
2020
BERDAMAI DENGAN ALLAH
Roma 5:1-11
Apa untungnya
kita diterima Allah sebagai orang-orang yang telah berbalik kembali kepada Allah?
Apakah kita hanya sekedar percaya bahwa maut sudah dikalahkan, dan karena itu kita pasti diselamatkan. Kalau pemahaman kita
seperti itu, maka, menurut saya, pemahaman itu begitu dangkal, karena kita
hanya sebatas tahu keselamatan hanya
di kulit luar saja. Paulus
menyampaikan bahwa Allah
sudah membenarkan kita lewat kematian Yesus Kristus, maka yang harus dibuat oleh kita ialah hidup berdamai dengan Allah. Kematian Yesus sebagai jembatan persahabatan kita dengan Allah. Sebab itu, kita harus bersyukur karena telah memiliki
pengharapan yang pasti pada
Allah. Kita pun harus bangga dan berbesar
hati ketika hidup di dalam
penderitaan dan kebahagiaan. Sebab dengan begitu, iman kita menjadi kuat. Penderitaan Yesus menjadi gambaran penting tentang arti penderitaan orang
Kristen. Sebab itu, nilai kematian Yesus perlu
dihargai oleh kita.
Akhirnya, dibagian
terakhir pembacaan kita saat ini, Paulus pun menjelaskan bahwa kematian Yesus
Kristus adalah jaminan keselamatan bagi setiap orang percaya. Kita
yang dulunya berdosa telah dibenarkan oleh darah Kristus sehingga diselamatkan
Allah; kita yang dulunya sebagai
orang berdosa diperdamaikan dengan Allah, dan lebih-lebih kita yang sekarag ini
telah diperdamaikan pasti akan diselamatkan oleh Allah melalui darah Tuhan
Yesus Kristus. Muda-mudahan tidak ada yang beraggapan bahwa karena Yesus Kristus
sudah mati untuk kita, maka kita boleh bebas melakukan segala hal sesuka keinginanku. Itu pandangan yang
keliru. Mohon hal ini diperhatikan baik. Ingat,
iman yang mengaminkan pengorbanan Yesus adalah iman yang diberlakukan di dalam
kebenaran. Bukan iman yang asal-asalan, mengikuti maunya kita. Iman kita pada Yesus Kristus adalah yang benar. Selamat merayakan Hari Kematian Yesus Kristus
(Jumat Agung), Tuhan menyertai kita. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Jumaat Agung) Jumat, 10 April
2020
KEMATIAN YESUS
ADALAH ANUGERAH ALLAH
Roma 6:1-14
Setiap tahun kita
selalu merayakan Paskah (hari kebangkitan) Yesus Kristus dari kematian-Nya
membebaskan manusia dari kuasa maut. Menyongsong hari yang bersejarah itu,
tujuh Minggu Kesengsaraan Yesus kita jalani dengan terutur dalam setiap
peribadatan kita, baik di ibadah Minggu Pagi maupun ibadah-ibadah lainnya. Pada
Minggu Sengsara yang ketujuh, ada satu hari khsus yang disebut sebagai Hari
Jumat Agung, hari dimana Yesus mati dan mengakhiri seluruh penderitaan-Nya.
Taukah kita bahwa penderitaan dan kematian Yesus merupakan karunia Allah yang
begitu bernilai bagi semua manusia?
Dalam nats pembacaan ini menerangkan bahwa Paulus, saat
menulis suratnya kepada Timotius menjelaskan bahwa semua orang Kristen patut
bersyukur akan kematian Yesus Kristus, sebagai anugerah Allah yang biasa dalam
hidupnya. Ia berkata: “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua
manusia sudah nyata.” Yesus Kristus adalah kasih karunia Allah bagi manusia; Ia
diserahkan Allah untuk mati bagi dosa manusia dan membebaskannya dari segala
kejahatannya. Bahkan lebih dari itu, Paulus menegaskan bahwa kematian Yesus
Kristus untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat kepunyaan-Nya sendiri, yang
rajin berbuat baik. Kita semua patut bersyukur karena lewat kematian Yesus Kristus kita semua telah bersatu sebagai
umat-Nya. Sekalipun untuk saat ini kita telah mengurangi volume pertemuan
persekutuan kita dalam jemaat, namun perlu diingat bahwa kita masih tetap
sebagai umatnya Yesus Kristus. Tanpa ibadah di gedung gereja, sekali-kali tidak
mengurangi sedikitpun status kita sebagai umat-Nya yang telah ditebus oleh
darah-Nya sendiri. Ingat, kematian Yesus begitu berarti dan bernilai karena Ia
adalah anugerah Allah bagi kita manusia. Hargailah kematian Yesus Kristus,
dengan mensyukuri hari bersejarah itu di dalam kebenaran. Amin. (Pdt.
Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU PAGI (Sabtu Sunyi) Sabtu, 11 April 2020
MATI BERSAMA
DENGAN YESUS
Roma 6:1-4
Apa maksudnya mati
bersama degan Yesus? Apakah pada saat Yesus menghembuskan nafas-Nya yang
terakhir, kita pun ikut mati bersama dengan-Nya pada waktu yang sama, ataukah
pada saat Yesus dikuburkan, kita pun ikut dikuburkan di makam keluarga Yusuf
dari Arimatea itu? Tentu tidak seperti itu pengertiannya. Yang dimaksud dengan
perkataan Paulus di atas adalah terkait dengan hidup di dalam kebenaran Allah.
Menurut Paulus, kematian Yesus adalah bukti kasih Allah melawat dan mengangkat
kita dari jurang kebinasaan karena dosa, sehingga kini hidup kita telah bebas
dari hukuman itu. Kematian Yesus Kristus sekali untuk selamanya, dan tidak
mungkin diulangi lagi. Sekali dosa diampuni dan maut dikalahkan, itu final dalam
karya penyelamatan Allah bagi manusia. Hal itu sangat jelas tergambar dalam
pembaptisan yang dilakukan gereja bagi umatnya.
Baptisan merupakan
gambaran kematian kita bersama Yesus. Artinya, ketika dibaptis kita telah masuk
dan hidup bersama Kristus sebagai gambaran kita mati bersama Kristus. Itulah
sebabnya, disaat kita telah ada bersama dengan Kristus dalam kematian-Nya, dosa
(maut) tidak lagi berkuasa atas kita, sehingga mana mungkin kita harus hidup
untuk berbuat dosa.
Kematian Yesus Kristus merupakan peristiwa yang
mengharukan bagi semua orang, namun dibalik keharuan itu ada kemenangan.
Kemenangan Kristus tidak saja terlihat saat kebangkitan-Nya, tetapi juga atas
maut yang membelenggu hidup manusia dikalakan secara telak di dalam
kematian-Nya. Itulah sebabnya, melalui peristiwa penderitaan, kematian dan
kelak kebangkitannya (Paskah) yang akan kita rayakan pada esok nanti, 12 April
2020, tidak membuat kita menjadi pesimis di tengah-tengah situasi sekarang ini,
melainkan yang optisme dan percaya Tuhan pasti membebaskan kita sekalian. Amin.
(Pdt.
Lucky Matui, S.Th)
RENUNGAN
HARIAN WAKTU MALAM (Sabtu Sunyi) Sabtu, 11 April
2020
HIDUP BERSAMA
DENGAN YESUS
Roma 6:1-14
Kalau pada
renungan tadi pagi menegaskan bahwa kita telah mati bersama Yesus, maka di
renungan malam ini menjelaskan kita pun telah bangkit dan hidup bersama
dengan-Nya. Kematian Yesus hanya hanya sekali dan untuk selama-lamanya, maka
kebangkitan Yesus juga sekali untuk selama-lamanya. Kita harus bersyukur karena
kematian dan kebangkitan Yesus sebagai karunia Allah yang besar dalam kehidupan
kita sebagai orang-orang percaya. Sebagai kasih karunia Allah, Yesus Kristus,
menderita, mati dan bangkit membawa kemenangan sempurna bagi kita. Itulah
sebabnya sementara kita menunggu datangnya hari kebangkitan Yesus Kristus
(Paskah), bersama setiap keluarga dalam jemaat kita, patutlah bersyukur akan
dalam ibadah ini kita menaikan syukur kepada Allah Sang Pengasih jiwa kita.
Kebangkitan Yesus Kristus telah membangkitkan dan menghidupkan
kita bersama-Nya. Kita sunggu-sungguh merdeka di dalam Tuhan. Kebebasan kita
tidak saja dari dosa melainkan maut sekalipun tidak punya kuasa untuk membatasi
persahabatan kita dengan Allah. Paskah yang akan kita rayakan pada esok nanti
bukanlah suatu tradisi gereja, melainka suatu ekspresi iman yang
sungguh-sungguh, karena kebangkitan dan kehidupan itu. Ketika kita bangkit dan
hidup bersama Yesus, apakah dosa dan maut sanggup memisahkan kita dari Kristus?
Sekali-kali tidak! Paulus berkata: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari
kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau
ketelanjangan, atau bahaya atau pedang?” Tidak ada! Karena Allah yang telah
membenarkan kita sebagai orang-orang pilihan-Nya, sehingga sedikitpun maut
tidak sanggup menghukum kita dengan kuasanya. Benar-benar Allah itu
Mahapengasih dan Mahapenyang; Ia mengasihi kita di dalam kematian dan kasih-Nya
menjadi sempurna di dalam kebangkitan-Nya. Memaknai kebangkitan Yesus di tahun
ini, kita semua tetap berpengharapan sebagai orang yang optimis di dalam
kasih-Nya. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
0 komentar:
Posting Komentar