Jumat, 17 April 2020

April 17, 2020

RENUNGAN                                                                                       
IBADAH UNSUR-UNSUR JEMAAT (Malam)                                                                           Senin, 30 Maret 2020


TAK TERSELAMI PIKIRAN TUHAN
1 Samuel 16:14-23
Syalom!!!
Saudara-saudara yang terkasih.
       Sering kita tidak mampu memahami jalan pikiran dan tindakan Tuhan dalam hidup manusia. Karena Allah itu berkuasa, dan kewenangan-Nya tidak dapat diinterfensi oleh setiap manusia. Allah bebas melakukan apa saja berdasarkan keinginan dan kehendak-Nya. Oleh sebab itu, tidak ada seorang pun di antara kita yang dapat mengatur kehendaknya Tuhan. Demikian pun Daud, sekalipun ia telah dilantik oleh Samuel di Betlehem menjadi raja, namun ia tidak langsung menggunakan kehendaknya untuk duduk di istana kerajaan Israel menggantikan Saul.
      Ketika Roh Tuhan telah pergi dari Saul dan roh jahat, atas izin Tuhan,  menguasai hidupnya, yaitu sikap kedurhakaan (ingkar terhadap perintah Tuhan) dan sifat kedegilan (keras kepala kepada Tuhan), membuat hidup Saul menjadi tidak nyaman. Menyikapi kondisi Saul yang semakin buruk kelakuannya, para hambanya mengusulkan agar dapat membawa seorang anak Isai yang bungsu, yaitu Daud, supaya hadir memainkan musiknya sehingga dapat mengusir roh-roh jahat itu. Dengan begitu, menurut hamba-hamba itu,  hidup Saul menjadi tenang. Usulan demikian diterima baik, dan atas keputusan Saul, Daud dihadirkan di tengah-tengah istana kerajaan Saul.
        Ketika mendengar kabar permintaan Daud menjadi pelayan raja Saul, Isai (ayah Daud), dengan hati senang menyiapkan persembahan khusus (seekor keledai, roti, sekirbat anggur dan seekor anak kambing) kepada raja Israel itu, sambil membawa anaknya menjadi pelayan bagi Saul di istananya. Saul begitu mengasihi Daud. Tugas Daud selama menjadi pelayan Saul ialah sebagai pemain musik kecapi dan pemegang pedang raja Saul. Benar-benar peran Daud begitu penting bagi raja Saul, saat-saat kehidupannya sedang berada dalam kondisi yang tidak nyaman.
        Saudara-saudari yang budiman.
Sering kita tidak sanggup mengerti dan memahami jalan pikirannya Tuhan. Dia bekerja dengan cara yang tak dapat kita duga. Ia membuat semua terjadi sesuai waktu dan rencana-Nya. Demikian jalan Tuhan bagi Daud pun demikian. Ketika keseimbangan hidup Saul terancam, Tuhan menghadirkan Daud di istana orang nomor satu kerajaan Israel itu, sekalipun anak Isai itu telah dilantik menjadi raja umat Israel resmi di mata Tuhan. Bahwa dengan menghadirkan Daud di istena Saul, Tuhan mau agar Daud belajar menilai, manakah pemimpin yang benar-benar takut dan tidak takut akan Tuhan. Selain itu, Tuhan pun menunjukkan bahwa hanya kuasa-Nya yang sanggup mengubah rasa takut Saul menjadi normal kembali, hanya dengan permainan kecapi seorang Daud. Dalam hal ini, kita bisa melihat bagaimana musik dan nyanyian tentang Tuhan itu mempunyai kuasa menyembuhkan, memulihkan dan menghilangkan rasa takut yang dialami seseorang.
Sahabat-sahabat, kekasih Kristus.
Bila membaca dan mengerti kisah dalam pembacaan kita saat ini, maka ada dua hal yang boleh diambil menjadi pelajaran berharga di tengah-tengah kondisi yan tidak stabil akhir-akhir ini.
1.        Ketika roh jahat datang menghampiri Saul, perasaan takut yang dialaminya begitu besar sehingga hidupnya tidak stabil seperti biasanya yang dialami setiap orang. Dalam kondisi Saul seperti itu, bukannya Tuhan menolongnya, melainkan mengizinkan roh jahat terus-menerus menguasai Saul, supaya rencana-Nya atas Daud tercapai. Kehadiran Daud dalam istana raja Saul merupakan rancangan Tuhan yang tak sanggup dicernah oleh pikiran manusia. Apakah Tuhan sebegitu jahat terhadap Saul? Tidak! Tuhan melakukan hal itu karena Saul sendiri sudah tidak lagi menghormati-Nya. Tuhan memakai Daud, sekalipun masih remaja, hadir sebagai penolong rasa takut yang dialami Saul. Wabah covid-19 ini, selain sebagai virus yang sistem penularannya begit cepat, ia pun juga sebagai roh jahat yang menakut-nakuti kita, baik melalui media sosial dan media masa, sehingga membuat iman dan pengharapan kita menjadi ciut. Apakah kita akan tetap berada di dalam kondisi seperti itu? Tidak, saudaraku. Dalam hal ini, perlu ditegaskan bahwa bukannya kita menyalahkan media itu, melainkan bagaimana memanfaatkan media yang benar dan bertanggung jawab dalam membagi dan menerima segala pesan yang positif. Sebagaiman Tuhan menghadirkan Daud menolong dan menghibur Saul dalam rasa takutnya itu, Tuhan pun akan memakai orang lain, entah itu pemimpin pemerintah, gereja, para medis, para LSM  untuk memberikan semangat pada kita semua. Itulah sebabnya, bijaksanalah dalam menerima segala informasi terkait dengan pandemi virus itu. Ingat, berita yang baik adalah informasi yang membangun iman dan harapan kita pada Tuhan, bukannya menakut-nakuti dan mempuruk keadaan di sekitar kita. Terlebih penting lagi ialah tempatkanlah Tuhan di atas rasa takut, supaya hati, jiwa dan tubuh kita menjadi aman dalam segala kondisi.
2.           Kehadiran Daud di tengah-tengah kehidupan pribadi dan keluarga Saul adalah untuk menghibur dengan musik dan nyanyiannya tentang Tuhan. Hal menunjukkan pada kita bahwa puji-pujian (ibadah dan penyembahan) kepada Tuhan di tengah-tengah keluarga itu begitu penting. Apalagi kondisi kita akhir-akhir ini dengan wabah virus corona, kehidupan persekutuan kita di gereja semuanya telah dialihkan di setiap rumah-rumah tangga Kristen, maka di sini mengingatkan kita bahwa mesbah peribadahan (pujia-pujian, penyembahan) kepada Tuhan dalam keluarga adalah momen terbaik untuk membangun persekutuan ayah, ibu dan anak-anak yang sekian lama terkikis menjadi normal kembali. Ibadah yang berlangsung dalam rumah tangga setiap keluarga menghadirkan kuasa yang menguatkan iman, pengharapan dan kasih kepada Tuhan. Ingat, Tuhan selalu hadir di tengah-tengah peribadahan (mazmur dan puji-pujian) kita dalam rumah tangga setiap keluarga. Yakinlah, Tuhan Yesus adalah Penolong kita. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)

Syalom!!!!





RENUNGAN                                                                                       
IBADAH KELUARGA (Malam)                                                                                             Senin, 31 Maret 2020

RENDAH HATI MELAYANI YESUS
Yohanes 12:1-8

Bapak, Ibu, Saudara/I yang Tuhan Yesus Kasihi…
Saat ini kita merenungkan tentang kisah Tuhan Yesus yang di urapi di kota Betania tempat asal Lazarus, Maria dan Marta. Dikisahkan dalam Injil Yohanes bahwa Yesus begitu mengenal ketiga bersaudara ini dan memiliki ikatan kasih yang besar kepada mereka sebagaimana yang diceritakan pada pasal sebelumnya Yohanes 11:1-44 disaat Maria dan Marta ada di dalam pergumulan berat ketika saudara mereka Lazarus meninggal, dalam situasi itu Tuhan Yesus datang dan membangkitkannya dari kubur dan membuat semua orang yang hadir saat itu menjadi sangat takjub. Dan masih di Kota betania enam hari menjelang Paskah, diceritakan bahwa disitu diadakan perjamuan untuk Yesus dan murd-muridnya. Di dalam injil Matius dan Markus menyebutkan bahwa perjamuan itu dilaksanakan di rumah Simon seorang yang sakit kusta (Matius 26:6; Markus 14:3) tetapi dalam perjamuan itu juga terdapat Marta yang melayani, ada Lazarus yang juga turut makan bersama-sama dengan Yesus dan Maria yang meminyaki kaki Yesus dan  menyekanya dengan rambutnya. Tentunya menjadi pertanyaan bagi kita mengapa Maria bertindak seperti itu? Apa maksudnya? Memang, dalam tradisi Yahudi pembasuhan kaki merupakan kebiasaan  yang pada umumnya dilakukan sebagai bentuk kesopanan dan keramahtamahan ketika seseorang berkunjung ke rumah orang lain, maka tuan rumah tersebut akan menyediakan air untuk para tamu agar dapat membasuh kaki mereka dan biasanya di lakukan oleh seorang hamba. Pembasuhan kaki juga melambangkan penyerahan diri atau kerendahan hati sebagaimana dilakukan Yesus yang membasuh kaki murid – muridNya sebelum hari raya Paskah di mulai (Yohanes 13:1-20) atau menjelang Yesus di tangkap. Tetapi berbeda dalam kisah ini yang menceritakan bahwa Maria tidak membasuh kaki Yesus dengan air melainkan dengan minyak Narwastu dan menyekanya dengan rambutnya.
Bapak, Ibu dan anak – anak  yang Tuhan Yesus kasihi…
Melihat sikap Maria saat itu, tentu membuat murid-murid Tuhan Yesus bertanya-tanya terutama Yudas Iskariot yang berkata “ Mengapa minyak Narwastu ini tidak di jual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?“ (Ayat 5). Sesungguhnya perkataan Yudas Iskariot ini mau menjelaskan siapa sebenarnya dirinya, sebab kempat kitab injil mencatat bahwa Yudas Iskariot adalah salah seorang murid yang selalu bersama-sama Yesus tetapi pada akhirnya mengkhianati dan menyerahkan  Tuhan Yesus untuk di tangkap, Yudas juga menunjukkan karakter yang begitu serakah terhadap uang (Matius 26:14-15 ), dan tidak pernah jujur melainkan selalu mencuri uang yang disimpan dalam kas walaupun dia bertugas sebagai bendahara. Sehingga protes terhadap sikap Maria menyimpan berbagai makna terselubung sebab sesungguhnya Yudas iskariot tidak menunjukkan rasa simpatik sedikitpun melainkan menuding sikap Maria sebagai pemborosan, sebab minyak Narwastu sangat terkenal harum dan mahal harganya dan dapat di jual seharga 300 dinar (harga 1 dinar adalah upah pekerja dalam setahun pada zaman itu) lalu uangnya diberikan kepada orang-orang miskin. Walaupun nasihat Yudas terdengar masuk akal dan bahasanya begitu rohani dan menyentuh perasaan seakan-akan sangat memperhatikan nasib orang miskin, namun dibalik perkataan ini tersimpan rahasia bahwa Yudas sesungguhnya tidak memikirkan nasib orang miskin melainkan memikirkan segi kegunaan uang itu untuk kepentingan dirinya sendiri, dan Tuhan Yesus mengetahui isi hati dan pikiran Yudas Iskariot.
Bapak, Ibu dan anak - anak yang Tuhan Yesus Kasihi….
Tentu apa yang dipikirkan oleh Yudas Iskariot sangat bertolak belakang dengan apa yang dipikirkan Maria ketika meminyaki kaki Tuhan Yesus dengan minyak narwastu dan menyekanya dengan rambutnya. Ada beberapa hal yang kita dapati dari sikap Maria ini sebagai berikut:
Ø  Tindakan Maria menunjukkan kualitas kasih yang begitu besar kepada Yesus dan hal itu terlihat melalui tindakan nyata yang ditunjukkan ketika dia rela mengorbankan sesuatu yang sangat berharga yaitu minyak narwastu yang harum dan mahal harganya. Walaupun penggunaan minyak narwastu sesuai tradisi Yahudi pada zaman itu hanya digunakan pada acara-acara khusus seperti pernikahan dan pemakaman yang spesial bukan pada acara pesta lainnya. Tetapi sikap Maria ini menunjukkan bukti kasih yang tidak hanya terlihat pada kualitas minyak yang digunakan, tetapi sikap Maria yang begitu merendahkan diri dengan bersujud di kaki Tuhan dan menyeka minyak pada kaki Tuhan  Yesus dengan rambutnya sebagai wujud mengekspresikan betapa besar kasihnya kepada Tuhan Yesus, sebab dia tahu bahwa Yesus adalah Tuhan yang memiliki kuasa di atas segalanya.
Ø  Tindakan Maria di dasarkan pada motivasi yang benar yaitu menunjukkan pengabdian kepada Tuhan Yesus maka ketika Maria mengetahui bahwa Tuhan Yesus ada dalam perjamuan itu, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menunjukkan pengabdiannya di dalam iman kepada Tuhan. Dan disinilah terlihat bahwa Iman dan pengabdian kepada Tuhan merupakan teladan yang dikehendakiNya dari kehidupan setiap orang percaya. Itulah sebabnya Tuhan  Yesus berkata bahwa perbuatan Kasih yang ditunjukkan Maria akan selalu di sebut ketika Injil diberitakan sebagaimana FirmanNya,  Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukan ini akan disebut untuk mengingat dia” (Matius 26:16).
Ø  Tindakan Maria juga hendak mengingatkan akan nubuat bahwa perpisahan akan terjadi, dan perpisahan itu dapat terjadi hanya melalui kematianNya yang sudah semakin dekat sebagaimana perkataan Tuhan Yesus “Biarkanlah dia melakukan hai ini mengingat hari penguburanKu. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi aku tidak akan selalu ada pada kamu“ (Yohanes 12:7-8 ) pada kalimat di ayat terakhir yang diucapkan Tuhan Yesus bukan menunjukkan bahwa Dia tidak lagi peduli pada orang-orang miskin melainkan mengingatkan murid-murid bahwa peristiwa besar  akan terjadi dalam sejarah penyelamatan terhadap dunia ini dan  Dia akan menjalani semua proses penderitaan itu, sehingga kehidupan orang-orang miskin tetap menjadi pelayanan murid-muridNya.
Bapak, Ibu dan anak – anak yang Tuhan Yesus kasihi…
Tidak terasa kita telah memasuki minggu kesengsaraan Tuhan Yesus yang ke enam hendaknya kita selalu merenungkan sejauh mana kita mensyukuri anugerah Tuhan dalam hidup kita? Jika Tuhan Yesus Kristus telah mengorbankan diriNya untuk menebus hidup kita dari dosa, lalu apa yang dapat  kita perbuat  sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan? Apakah kita telah memiliki hati dan iman seperti Maria, ataukah sebaliknya memiliki hati dan karakter seperti Yudas Iskariot? Bagian Firman Tuhan yang kita renungkan saat ini mengingatkan kita sekalian selaku keluarga dan jemaat Tuhan untuk sungguh-sungguh hidup dalam iman sebagaimana sosok Maria yang mengenal Tuhan Yesus Kristus dengan benar di dalam iman dan menunjukkan pengabdian  berdasarkan Kasih yang tulus kepadaNya. Sebab dari pengalaman iman berjumpa dan mengenal Tuhan Yesus Kristus, dia tahu dengan pasti bahwa apa yang telah di perbuat oleh Tuhan Yesus dalam hidupnya dan juga saudara-saudaranya Marta dan lazarus tidak dapat dibalas dalam bentuk apapun. Sebab dalam badai sekalipun yang menerpa kehidupan mereka disaat Lazarus sakit dan meninggal tetapi dalam situasi itupun Tuhan Yesus tetap ada bersama mereka dan membuktikan kuasaNya yang menolong. Sehingga bagi Maria datang bersujud di bawah kaki Tuhan Yesus dalam ungkapan syukur, kasih dan pengabdian kepadaNya adalah pilihan yang tepat.
 Demikian pula hidup kita saat ini, ingatlah selalu bahwa perjalanan hidup yang kita lewati dari hari ke hari sampai saat ini semuanya dapat kita lalui bersama-sama Tuhan walaupun ditengah perjalanan hidup ini selalu diterpa dengan badai tetapi pengalaman hidup Maria bersama saudara-saudaranya membuktikan bahwa kuasa Tuhan Yesus Kristus lebih besar dari persoalan atau badai kehidupan apapun baik itu masalah rumah tangga, masalah di tempat kerja, termasuk masalah wabah penyakit Virus Corona (Covid-19) yang sementara di hadapi dan digumuli bersama dalam doa. Belajarlah dari sosok Maria yang begitu mengenal Tuhan dengan benar, yang tidak pernah menghitung untung dan rugi dari apa yang diberikan kepada Tuhan walaupun itu adalah hal yang paling berharga yang dimilikinya dan menyatakan Kasih yang tulus dalam pengabdian imannya kepada Tuhan. Amin. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)


Syalom!!!!

0 komentar:

Posting Komentar