Jumat, 17 April 2020

April 17, 2020

RENUNGAN                                                                                       
IBADAH UNSUR-UNSUR JEMAAT (Malam)                                                                            Senin, 23 Maret 2020

TUHAN  MEMBANGKITKAN  PENGHARAPAN
Yehezkiel 37:1-14
Syalom!!!
Saudara-saudara yang terkasih.
      Akhir-akhir ini informasi terkait dengan coronavirus atau yang disingkat COVID-19 itu sangat menggoncang dunia, termasuk Indonesia termasuk Papua. Segenap orang Kristen pun merasakan dampak wabah itu. Virus itu membuat kita, orang percaya menjadi gelisa, panik dan takut akan masa depan hidup ini. Ketakutan membuat kita menjadi kehilangan konsentrasi dan kehilangan pengharapan kepada Tuhan.
        Mungkin saja, ada di antara kita yang berkata “Mengapa harus takut dengan munculnya wabah Covid-19 itu? Kan ada Tuhan yang sanggup melindungi kita, bukan?” Keyakinan seperti itu sangat baik sekali sebab itu menunjukkan kalau pengharapan kita kepada Tuhan masih ada. Iya kan? Namun, bagi jutaan ribuh orang wabah itu sangat mengancam hidup manusia secara global. Itulah sebabnya WHO dan sejumlah negara dan berbagai lembaga pemerintah, termasuk gereja mengambil keputusan untuk memutuskan mata-rantai wabah virus tersebut. Apapun alasannya, kenyataan telah membuktikan kalau wabah telah covid-19 itu sangat mengancam iman dan pengharapan kita kepada Tuhan. Bukan hanya itu saja, tetapi telah terbukti bahwa virus itu telah mengganggu semua lini tugas panggilan kita sebagai Gereja (persekutuan anak-anak Tuhan),  yang selalu aktif bersekutu, bersaksi dan melayani.
    Rasa takut dan hilang pengharapan sebagaimana sekarang sedang kita alami, tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan kaum Yehuda di Babel. Hidup di negeri orang bebeda dengan hidup di negeri sendiri. Sebagai bangsa yang ditawan, kaum Yehuda mengalami kemiskinan, penderitaan dan kesakitan mengakibatkan korban berjatuhan di berbagai pelosok tanah Babel. Kaum Yehuda terhimpit dalam kondisi yang tak pasti, pengharapan pertolongan Tuhan tak kunjung datang; seakan-akan Tuhan telah melupakan bangsa-Nya. Kaum Yehuda berdiri di antara kenyataan hidup dan mati; di antara hitam dan putih dan di antara manis dan pahit. Bagi kaum Yehuda, Tuhan tidak ada di antara dua kenyataan hidup itu; yang ada ialah pengharapan pada Tuhan telah mati.
    Apakah memang Tuhan sudah tidak ada lagi, alias mati? Tidak saudaraku. Di tengah-tengah kondisi yang mencekam itu, Tuhan memanggil Yehezkiel sebagai nabi untuk membangkitkan kembali iman dan pengharapan bangsa perjanjian itu. Bagi Yehezkiel, Tuhan ada dan selalu bertindak melakukan rekonsoliasai iman dan pengharapan yang mati menjadi hidup kembali, dengan satu tujuan agar kaum Yehuda percaya bahwa Allah Israel itu adalah TUHAN yang selalu ada di atas rasa takut dan pengharapan yang hilang ; di antara hidup dan mati.
Saudara, kekasih Kristus.
   Pembacaan ini merupakan catatan penglihatan nabi Yehezkiel tentang kemahakuasaan Allah membangkitkan kembali iman dan pengharapan kaum Yehuda di Babel. Bahwa tulang-tulang  yang berserakan di suatu lembah yang tak diketahui tempatnya, adalah tulang-tulang yang sudah kering dan ia tak punya urat, daging, kulit dan nafas hidup. Maka, tugas yang diberikan Tuhan pada Yehezkiel ialah bernubuat agar tulang-tulang kering itu hidup kembali.
    Ketika nabi Yehezkiel bernubuat, tampak dalam penglihatan itu, tulang-tulang kering tadi mengalami suatu perubahan yang luar biasa. Tulang-tulang kering yang tadinya tak punya urat, daging dan kulit, secara ajaib telah memiliki bagian-bagian tubuh itu, namun mereka tidak bergerak karena tak memiliki nafas hidup. Lalu, atas perintah Tuhan, Yehezkiel bernubuat pada nafas hidup sehingga dari empat penjuru nafas itu datang dan masuk di dalam setiap tubuh yang tidak bergerak itu, sehingga mereka hidup kembali.
Saudara seiman dalam Kristus, Tuhan kita.
Apa arti dari penglihatan itu? Tuhan menejelaskan di ayat 11-14  bahwa yang dimaksud tulang-tulang kering itu adalah seluruh kaum Israel yang sesungguhnya mengeluh di hadapan Tuhan kalau hidup mereka terpuruk dan pengharapannya telah hilang. Bagi kaum Yehuda, iman dan pengharapan hidup itu sudah hilang, namun bagi Tuhan, keduanya pasti hidup kembali karena Ia hidup dan menghidupkannya. Karena itu, mari kita pahamai bersama bahwa:
1.      Nabi Yehezkiel menegaskan pada kita bahwa Allah yang kita yakini dalam Yesus Kristus itu adalah TUHAN yang HIDUP bukan mati. Ia HIDUP karena itu kita hidup oleh-Nya. Tuhan itu selalu berinisiatif memberi solusi di tengah-tengah pengharapan yang mulai terkikis; dan Ia pun selalu terlibat di setiap situasi yang menegangkan, menakutkan dan memprihankan hidup kita. Wabah Covid-19 sangat mengetarkan jiwa kita, sehingga rasa takut itu melambung tinggi melebihi iman dan pengharapan kita pada Tuhan. Pemberitaan media masa dan media sosial lebih lebih tinggi pengaruhnya dibanding Firman Tuhan yang menguatkan dan menghiburkan. Firman Tuhan selalu menghidupkan dan bukan menghancurkan hidup.
2.       Menghadapi covid-19 ini sungguh membuat kita menjadi takut. Ketakutan itu adalah suatu penyakit yang sungguh mengganggu kedamaian. Rasa takut itu sesuatu yang wajar, namun perasaan itu janganlah menghancurkan iman dan pengharapan kita kepada Tuhan. Mengapa? Karena  Tuhan tidak menghidupkan kita untuk hidup dalam ketakutan, melainkan hidup beriman dan berpengharapan kepada-Nya yang memberi hidup. Virus Corona menjadi momok yang menakutkan karena dapat mematikan nafas dalam tubuh kita. Hal ini membuat dunia mengeluh, termasuk orang Kristen dewasa ini, sebagaimana kaum Yehuda mengeluh “Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.” (ayt 11b). Akan tetapi, firman Tuhan hadir dan menegaskan bahwa jangan sekali-kali membiarkan perasaan takut itu mematikan iman dan pengharaan kita kepada Tuhan.
3.        Kita perlu paham bahwa dalam situasi yang mengkhawatirkan ini Allah selalu bertindak memberi solusi di tengah-tengah dunia yang sulit menemukan solusi. Tindakan Tuhan selalu indah pada waktu yang tepat. Nah, untuk menantikan waktu Tuhan yang tepat itu Tuhan pun memberi kita akal yang sehat untuk menjaga diri kita agar tetap sehat dan terhindar dari rasa takut itu. Sebab itu, dengan berpegang teguh pada iman dan pengharapan pada Tuhan, kita pun harus menggunakan hikmat dan akal-budi yang telah dianugerahi Tuhan untuk menjaga dan merawat diri agar tetap sehat dari segala kemungkinan yang terjadi. Dalam menyikapi wabah ini mari kita bersama-sama bertekad untuk tetap berdoa, beriman dan berpengharapan bahwa ada waktu yang tepat Tuhan bakal mengakhiri semua rasa takut yang sedang melanda batin kita. Dan, sebagai wujud dari iman itu, kita pun patut menjaga kesehatan diri berdasarkan panduan WHO, yaitu: rajin mencuci tangan, menjaga jarak terutama dengan mereka yang sedang batuk, jangan sering menyentuh wajah, ke dokter saat muncul gejala, ikuti perkembangan berita dan menjaga kebersihan lingkungan kita dengan teratur). Kita pun dituntut kedisiplinan diri dengan mengikuti petunjuk Pemerintah dan Gereja dalam rangka memutuskan mata-rantai penyebaran virus itu bagi kepentingan hidup berkeluarga, bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tuhan senantiasa memberi kita iman dan pengharapan yang sungguh kepada-Nya, dan bahkan memberi kita kesehatan dan kekuatan dalam menjalani hidup di waktu-waktu mendatang. Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)

Syalom!!!!



RENUNGAN                                                                                       
IBADAH KELUARGA (Malam)                                                                                           Senin, 24 Maret 2020


HIDUP DI PIMPIN OLEH ROH
Roma 8:1-17

Bapak, ibu dan saudara/I yang Tuhan Yesus kasihi..
Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Roma ketika sementara menjalani perjalanan pelayanan di Korintus (Kis 20:1–3); dan ada kerinduan ini untuk mengunjungi Jemaat di Roma. Hal itu, pada akhirnya, diwujudkan ketika ia tiba dan memberitakan Injil di sana. Kota Roma dikenal sebagai pusat peradaban dunia karena kebudayaan, ekonomi dan keagamaannya yang mejamuk. Di satu sisi Roma adalah kota yang maju dalam bidang sastra dan seni, maju dalam bidang industri dan perdagangan. Tetapi, di sisi lain, semua kemajuan itu sangat berdampak pada moral dan iman jemaat di sana. Praktek korupsi dikalangan pegawai negeri sudah tidak dapat dicegah lagi, separuh dari penduduknya menjadi budak belian sedangkan sebagian lagi hidup dalam kesenangan dan kemewahan tanpa bekerja. Pernikahan dan ikatan keluarga dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting lagi. Moralitas sangat rendah sekali, dimana orang hidup dan bergaul sebebas-bebasnya tanpa terikat pernikahan dan soal perceraian gampang diurus. Bentuk kejahatan lainnya seperti penyembahan berhala, percabulan (Roma 1:23–30) makin hari makin bertambah parah.
Kondisi itulah mendorong Rasul Paulus menulis surat ini kepada orang Kristen Yahudi dan Yunani di kota Roma untuk menguatkan iman mereka, supaya tidak terpengaruh dalam kehidupan yang sesat sebagaimana yang terjadi pada zaman itu. Selain itu, melalui suratnya ini, sang rasul berharap orang Kristen Roma tetap kuat dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus, walaupun muncul berbagai pengajaran yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
Bapak, ibu, saudara /i yang Tuhan Yesus Kasihi..
Menanggapi berbagai situasi kehidupan yang terjadi di kota Roma pada saat itu, maka
Rasul Paulus di dalam suratnya ini, dengan sangat jelas memberikan gambaran tentang bagaimana kehidupan di dalam Roh dan kehidupan di dalam daging. Nah, bila diperhatikan ada dua kata yang paling sering disebutkan dalam perikop ini, yaitu Roh dan Daging,  Apa itu kehidupan di dalam Roh dan kehidupan di dalam daging? Rasul Paulus menjelaskan perbedaan kedua hal itu dan bagaimana dampak dari dari kehidupan di dalam roh dan di dalam daging.
Ø  Hidup dalam daging menyatakan keadaan manusia sebagai mahkluk lemah, dalam arti tubuh yang fana (dapat mati); dan keadaan itu menentukan seluruh kehidupannya lahir batin karena kedagingan bukan semata-mata tentang hal jasmani melainkan juga hal rohani. Kata hidup dalam daging juga menunjukkan sifat kemanusiaan yang tidak berasal dari Tuhan, dan  karena itu kita cenderung memiliki keterbatasan (Mazmur 78:39); atau kehidupan dalam dosa yang membawa pada maut. Perbuatan-perbuatan itu bersifat egosentris atau lahir dari tabiat manusia yang mudah jatuh dalam dosa dengan melakukan berbagai-bagai kejahatan. Alkitab menuliskan bahwa hidup menurut daging pada akhirnya akan binasa.
Ø  Yang berikut ialah Hidup dalam Roh. Kata Roh (ruach) berarti angin atau nafas yang berasal dari Allah. Kata ini juga mau menjelaskan tentang kuasa di dalam Roh atau kuasa ilahi. Alkitab menuliskan bahwa hidup di dalam Roh adalah hidup yang mau dipimpin oleh kuasa Tuhan dengan melakukan kebenaran berdasarkan kehendakNya, dan hidup dalam Roh membawa pada keselamatan kekal.
Bapak, ibu, saudara /i yang Tuhan Yesus Kasihi..
Dalam perikop pembacaan kita ini, Rasul Paulus membuat suatu pernyataan penting tentang keselamatan yang telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus melalui kematianNya. Kuasa Kristus memberikan kehidupan baru bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Allah sendiri yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia, dan hal itu dapat terwujud melalui kedatangan Yesus Kristus kedalam dunia ini untuk memerdekakan/membebaskan manusia dari keterikatan dosa dan maut. Tidak ada yang mampu membebaskan manusia dari dosa, bahkan menurut Paulus, ketaatan melakukan Hukum Taurat pun tidak sanggup menyelamatkan manusia. Dalam bagian ini Paulus menjelaskan setiap orang harus memahami dengan baik bahwa  Yesus Kristuslah yang berkuasa melakukan semua itu, sehingga setiap orang yang telah di merdekakan/dibebaskan oleh-Nya haruslah hidup dalam Roh dan bukan sebaliknya terikat daging dalam berbagai-bagai perbuatan dosa. Karena, sesungguhnya kehidupan dalam Roh menjelaskan identitas setiap orang percaya sebagai milik Kristus.
Rasul Paulus menasehati jemaat di Roma agar setia menjalani hidup baru sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan Kristus di dalam iman pada Kristus. Sebab, sesungguhnya setiap orang Kristen yang menerima penebusan itu adalah orang-orang berhutang yang tidak bisa membalas dalam bentuk apapun segala karya penyelamatan Kristus, selain hidup menurut kehendakNya yaitu hidup di dalam Roh. Dan hidup dalam Roh harus nampak secara total dalam kehidupan setiap orang percaya, baik itu sikap, perbuatan, tutur kata dan cara berpikir harus menurut Roh. Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah.Ini adalah status sebagai anak-anak Allah yang menjamin suatu posisi sebagai ahli waris Kerajaan Allah.
Bila merenungkan bagian Firman Tuhan ini, maka dapat dikatakan bahwa kehidupan kita di saat ini, tidak jauh berbeda dengan kehidupan di kota Roma pada zaman dulu. Di tengah-tengah kemajuan teknologi saat ini yang semakin canggih dan modern,  tak dapat dipungkiri, juga berdampak pada kemerosotan moral dan iman setiap orang zaman ini. Tidak dapat disangkal angka kejahatan semakin meningkat, perceraian terjadi dalam keluarga Kristen, orang semakin hidup sebebas-bebasnya. Di berbagai negara mulai melegalkan pernikahan sejenis, rupa-rupa kejahatan terjadi sebagaimana yang tertulis dalam Roma 1:25-31. Hal ini pun terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Apa yang patut direnungkan oleh kita selaku orang Kristen (baik itu dalam kehidupan keluarga dan jemaat ) dalam menghadapi situasi ini? Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita telah dimerdekakan atau ditebus oleh Yesus Kristus sendiri di dalam penderitaan, kematian dan kebangkitanNya. Sehingga di dalam kemerdekaan itu, jangan biarkan kita terpengaruh lalu kembali melakukan berbagai-bagai dosa, melainkan di dalam kemerdekaan yang dikerjakan oleh Kristus hendaknya kita tetap berkomitmen sungguh-sungguh untuk hidup dalam Roh, dengan tetap melakukan kebenaran sekalipun ada dalam kegelapan dunia dengan berbagai kejahatan. Bahkan dalam situasi saat ini dimana hampir semua orang merasa takut menghadapi masalah penyebaran Virus Covid 19 (Virus Corona) yang terjadi di berbagai belahan dunia ini termasuk di Tanah Papua. Maka, peristiwa yang terjadi saat ini mengingatkan kita untuk lebih lagi tekun dan setia kepada Tuhan sebagai wujud kehidupan yang terus dipimpin oleh Roh, karena Tuhanlah yang berkuasa di atas segalanya, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih. Ingatlah bahwa Roh Kudus memimpin pada hidup kekal, sedangkan hidup dalam daging menuju pada kebinasaan. Maka setiap saat kita selalu diperhadapkan pada pilihan hidup, apakah kita hidup di dalam daging ataukah hidup di dalam Roh? Apakah pilihan kita dii Minggu kesengsaraan Tuhan Yesus yang kelima saat ini. Buatlah pilihan hidup yang tepat, yaitu hidup di dalam Roh yang menunjukan identitas kita sebagai milik Kristus, Tuhan kita. AMIN. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)

 Syalom

0 komentar:

Posting Komentar