RENUNGAN
IBADAH UNSUR-UNSUR JEMAAT (Malam) Senin, 23 Maret 2020
TUHAN
MEMBANGKITKAN PENGHARAPAN
Yehezkiel 37:1-14
Syalom!!!
Saudara-saudara yang terkasih.
Akhir-akhir ini informasi terkait dengan
coronavirus atau yang disingkat COVID-19 itu sangat menggoncang dunia, termasuk
Indonesia termasuk Papua. Segenap orang Kristen pun merasakan dampak wabah itu.
Virus itu membuat kita, orang percaya menjadi gelisa, panik dan takut akan masa
depan hidup ini. Ketakutan membuat kita menjadi kehilangan konsentrasi dan
kehilangan pengharapan kepada Tuhan.
Mungkin saja, ada di antara kita yang
berkata “Mengapa harus takut dengan munculnya wabah Covid-19 itu? Kan ada Tuhan
yang sanggup melindungi kita, bukan?” Keyakinan seperti itu sangat baik sekali
sebab itu menunjukkan kalau pengharapan kita kepada Tuhan masih ada. Iya kan?
Namun, bagi jutaan ribuh orang wabah itu sangat mengancam hidup manusia secara
global. Itulah sebabnya WHO dan sejumlah negara dan berbagai lembaga
pemerintah, termasuk gereja mengambil keputusan untuk memutuskan mata-rantai
wabah virus tersebut. Apapun alasannya, kenyataan telah membuktikan kalau wabah
telah covid-19 itu sangat mengancam iman dan pengharapan kita kepada Tuhan.
Bukan hanya itu saja, tetapi telah terbukti bahwa virus itu telah mengganggu
semua lini tugas panggilan kita sebagai Gereja (persekutuan anak-anak
Tuhan), yang selalu aktif bersekutu,
bersaksi dan melayani.
Rasa takut dan hilang
pengharapan sebagaimana sekarang sedang kita alami, tidak jauh berbeda dengan
yang dirasakan kaum Yehuda di Babel. Hidup di negeri orang bebeda dengan hidup
di negeri sendiri. Sebagai bangsa yang ditawan, kaum Yehuda mengalami
kemiskinan, penderitaan dan kesakitan mengakibatkan korban berjatuhan di
berbagai pelosok tanah Babel. Kaum Yehuda terhimpit dalam kondisi yang tak
pasti, pengharapan pertolongan Tuhan tak kunjung datang; seakan-akan Tuhan
telah melupakan bangsa-Nya. Kaum Yehuda berdiri di antara kenyataan hidup dan
mati; di antara hitam dan putih dan di antara manis dan pahit. Bagi kaum
Yehuda, Tuhan tidak ada di antara dua kenyataan hidup itu; yang ada ialah
pengharapan pada Tuhan telah mati.
Apakah memang Tuhan sudah
tidak ada lagi, alias mati? Tidak saudaraku. Di tengah-tengah kondisi yang
mencekam itu, Tuhan memanggil Yehezkiel sebagai nabi untuk membangkitkan
kembali iman dan pengharapan bangsa perjanjian itu. Bagi Yehezkiel, Tuhan ada
dan selalu bertindak melakukan rekonsoliasai iman dan pengharapan yang mati
menjadi hidup kembali, dengan satu tujuan agar kaum Yehuda percaya bahwa Allah
Israel itu adalah TUHAN yang selalu ada di atas rasa takut dan pengharapan yang
hilang ; di antara hidup dan mati.
Saudara, kekasih
Kristus.
Pembacaan ini merupakan
catatan penglihatan nabi Yehezkiel tentang kemahakuasaan Allah membangkitkan
kembali iman dan pengharapan kaum Yehuda di Babel. Bahwa tulang-tulang yang berserakan di suatu lembah yang tak diketahui
tempatnya, adalah tulang-tulang yang sudah kering dan ia tak punya urat,
daging, kulit dan nafas hidup. Maka, tugas yang diberikan Tuhan pada Yehezkiel
ialah bernubuat agar tulang-tulang kering itu hidup kembali.
Ketika nabi Yehezkiel
bernubuat, tampak dalam penglihatan itu, tulang-tulang kering tadi mengalami
suatu perubahan yang luar biasa. Tulang-tulang kering yang tadinya tak punya
urat, daging dan kulit, secara ajaib telah memiliki bagian-bagian tubuh itu,
namun mereka tidak bergerak karena tak memiliki nafas hidup. Lalu, atas
perintah Tuhan, Yehezkiel bernubuat pada nafas hidup sehingga dari empat
penjuru nafas itu datang dan masuk di dalam setiap tubuh yang tidak bergerak
itu, sehingga mereka hidup kembali.
Saudara seiman dalam Kristus, Tuhan kita.
Apa arti dari penglihatan itu? Tuhan menejelaskan di ayat 11-14 bahwa yang dimaksud tulang-tulang kering itu
adalah seluruh kaum Israel yang sesungguhnya mengeluh di hadapan Tuhan kalau
hidup mereka terpuruk dan pengharapannya telah hilang. Bagi kaum Yehuda, iman
dan pengharapan hidup itu sudah hilang, namun bagi Tuhan, keduanya pasti hidup
kembali karena Ia hidup dan menghidupkannya. Karena itu, mari kita pahamai
bersama bahwa:
1. Nabi Yehezkiel
menegaskan pada kita bahwa Allah yang kita yakini dalam Yesus Kristus itu
adalah TUHAN yang HIDUP bukan mati. Ia HIDUP karena itu kita hidup oleh-Nya.
Tuhan itu selalu berinisiatif memberi solusi di tengah-tengah pengharapan yang
mulai terkikis; dan Ia pun selalu terlibat di setiap situasi yang menegangkan, menakutkan
dan memprihankan hidup kita. Wabah Covid-19 sangat mengetarkan jiwa kita,
sehingga rasa takut itu melambung tinggi melebihi iman dan pengharapan kita
pada Tuhan. Pemberitaan media masa dan media sosial lebih lebih tinggi
pengaruhnya dibanding Firman Tuhan yang menguatkan dan menghiburkan. Firman
Tuhan selalu menghidupkan dan bukan menghancurkan hidup.
2. Menghadapi
covid-19 ini sungguh membuat kita menjadi takut. Ketakutan itu adalah suatu
penyakit yang sungguh mengganggu kedamaian. Rasa takut itu sesuatu yang wajar,
namun perasaan itu janganlah menghancurkan iman dan pengharapan kita kepada
Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan tidak
menghidupkan kita untuk hidup dalam ketakutan, melainkan hidup beriman dan
berpengharapan kepada-Nya yang memberi hidup. Virus Corona menjadi momok yang
menakutkan karena dapat mematikan nafas dalam tubuh kita. Hal ini membuat dunia
mengeluh, termasuk orang Kristen dewasa ini, sebagaimana kaum Yehuda mengeluh
“Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap,
kami sudah hilang.” (ayt 11b). Akan tetapi, firman Tuhan hadir dan menegaskan
bahwa jangan sekali-kali membiarkan perasaan takut itu mematikan iman dan
pengharaan kita kepada Tuhan.
3.
Kita perlu paham
bahwa dalam situasi yang mengkhawatirkan ini Allah selalu bertindak memberi
solusi di tengah-tengah dunia yang sulit menemukan solusi. Tindakan Tuhan
selalu indah pada waktu yang tepat. Nah, untuk menantikan waktu Tuhan yang
tepat itu Tuhan pun memberi kita akal yang sehat untuk menjaga diri kita agar tetap
sehat dan terhindar dari rasa takut itu. Sebab itu, dengan berpegang teguh pada
iman dan pengharapan pada Tuhan, kita pun harus menggunakan hikmat dan
akal-budi yang telah dianugerahi Tuhan untuk menjaga dan merawat diri agar
tetap sehat dari segala kemungkinan yang terjadi. Dalam menyikapi wabah ini
mari kita bersama-sama bertekad untuk tetap berdoa, beriman dan berpengharapan
bahwa ada waktu yang tepat Tuhan bakal mengakhiri semua rasa takut yang sedang
melanda batin kita. Dan, sebagai wujud dari iman itu, kita pun patut menjaga
kesehatan diri berdasarkan panduan WHO, yaitu: rajin mencuci tangan, menjaga
jarak terutama dengan mereka yang sedang batuk, jangan sering menyentuh wajah,
ke dokter saat muncul gejala, ikuti perkembangan berita dan menjaga kebersihan
lingkungan kita dengan teratur). Kita pun dituntut kedisiplinan diri dengan
mengikuti petunjuk Pemerintah dan Gereja dalam rangka memutuskan mata-rantai
penyebaran virus itu bagi kepentingan hidup berkeluarga, bergereja,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tuhan senantiasa
memberi kita iman dan pengharapan yang sungguh kepada-Nya, dan bahkan memberi
kita kesehatan dan kekuatan dalam menjalani hidup di waktu-waktu mendatang.
Amin. (Pdt. Lucky Matui, S.Th)
Syalom!!!!
RENUNGAN
IBADAH KELUARGA (Malam) Senin, 24 Maret 2020
HIDUP DI PIMPIN OLEH ROH
Roma
8:1-17
Bapak,
ibu dan saudara/I yang Tuhan Yesus kasihi..
Rasul
Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Roma ketika sementara menjalani perjalanan
pelayanan di Korintus (Kis 20:1–3); dan
ada kerinduan ini untuk mengunjungi Jemaat di Roma. Hal
itu, pada akhirnya, diwujudkan ketika ia tiba dan
memberitakan Injil di sana. Kota Roma dikenal sebagai pusat peradaban
dunia karena kebudayaan, ekonomi dan keagamaannya yang mejamuk. Di
satu sisi Roma adalah kota yang maju dalam bidang sastra dan seni, maju dalam
bidang industri dan perdagangan. Tetapi, di
sisi lain, semua
kemajuan itu sangat berdampak pada moral dan iman jemaat di sana. Praktek korupsi
dikalangan pegawai negeri sudah tidak dapat dicegah lagi, separuh dari
penduduknya menjadi budak belian sedangkan sebagian lagi hidup dalam kesenangan
dan kemewahan tanpa bekerja. Pernikahan dan ikatan keluarga dianggap sebagai
sesuatu yang tidak penting lagi. Moralitas
sangat rendah sekali, dimana orang hidup dan bergaul sebebas-bebasnya
tanpa terikat pernikahan dan soal perceraian gampang diurus. Bentuk
kejahatan lainnya seperti penyembahan berhala, percabulan (Roma
1:23–30) makin hari makin bertambah parah.
Kondisi
itulah mendorong Rasul Paulus menulis surat ini kepada
orang Kristen Yahudi dan Yunani di kota
Roma untuk menguatkan iman mereka, supaya tidak
terpengaruh dalam kehidupan yang sesat sebagaimana yang terjadi pada zaman itu. Selain
itu, melalui suratnya ini, sang rasul berharap orang Kristen Roma tetap
kuat dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus,
walaupun muncul berbagai pengajaran yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
Bapak,
ibu, saudara /i yang Tuhan Yesus Kasihi..
Menanggapi berbagai situasi kehidupan
yang terjadi di kota Roma pada saat itu, maka
Rasul Paulus di dalam
suratnya ini, dengan sangat jelas memberikan gambaran
tentang bagaimana kehidupan di dalam
Roh dan kehidupan di dalam daging. Nah, bila diperhatikan
ada dua kata yang paling sering disebutkan dalam perikop ini, yaitu Roh dan Daging, Apa itu kehidupan di dalam
Roh dan kehidupan di dalam daging? Rasul Paulus
menjelaskan perbedaan kedua hal itu dan
bagaimana dampak dari dari kehidupan di dalam
roh dan di dalam daging.
Ø Hidup
dalam daging menyatakan keadaan manusia sebagai mahkluk lemah, dalam arti tubuh
yang fana (dapat mati); dan keadaan itu menentukan seluruh
kehidupannya lahir batin karena kedagingan bukan semata-mata
tentang hal jasmani melainkan juga hal rohani. Kata hidup dalam daging juga
menunjukkan sifat kemanusiaan yang tidak berasal dari Tuhan, dan karena itu kita cenderung
memiliki keterbatasan (Mazmur 78:39); atau
kehidupan dalam dosa yang membawa pada maut. Perbuatan-perbuatan
itu bersifat egosentris atau lahir dari tabiat manusia yang mudah jatuh dalam
dosa dengan melakukan berbagai-bagai kejahatan. Alkitab menuliskan bahwa hidup menurut
daging pada akhirnya akan binasa.
Ø Yang
berikut ialah Hidup
dalam Roh. Kata Roh
(ruach) berarti angin atau nafas yang berasal dari Allah. Kata ini
juga mau menjelaskan tentang kuasa
di dalam Roh atau kuasa ilahi. Alkitab menuliskan bahwa hidup di dalam Roh adalah hidup yang mau
dipimpin oleh kuasa Tuhan dengan melakukan kebenaran berdasarkan kehendakNya,
dan hidup dalam Roh membawa pada keselamatan kekal.
Bapak,
ibu, saudara /i yang Tuhan Yesus Kasihi..
Dalam
perikop pembacaan kita ini, Rasul Paulus membuat suatu
pernyataan penting tentang keselamatan yang telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus
Kristus melalui kematianNya. Kuasa
Kristus memberikan kehidupan baru bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Allah
sendiri yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia, dan hal itu dapat
terwujud melalui kedatangan Yesus Kristus kedalam dunia ini untuk memerdekakan/membebaskan
manusia dari keterikatan dosa dan maut. Tidak
ada yang mampu membebaskan manusia dari dosa, bahkan menurut Paulus,
ketaatan melakukan Hukum Taurat pun tidak sanggup
menyelamatkan manusia. Dalam bagian ini Paulus menjelaskan
setiap orang harus memahami dengan baik bahwa
Yesus Kristuslah yang berkuasa melakukan semua itu, sehingga setiap
orang yang telah di merdekakan/dibebaskan oleh-Nya
haruslah hidup dalam Roh dan bukan sebaliknya terikat daging dalam berbagai-bagai
perbuatan dosa. Karena, sesungguhnya kehidupan dalam Roh
menjelaskan identitas setiap orang percaya sebagai milik Kristus.
Rasul
Paulus menasehati jemaat di Roma agar setia menjalani
hidup baru sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan Kristus
di dalam iman pada Kristus. Sebab,
sesungguhnya setiap orang Kristen yang menerima penebusan itu
adalah orang-orang berhutang yang tidak bisa
membalas dalam bentuk apapun segala karya penyelamatan Kristus, selain
hidup menurut kehendakNya yaitu hidup di dalam Roh. Dan hidup dalam Roh harus
nampak secara total dalam kehidupan setiap orang percaya, baik
itu sikap, perbuatan, tutur kata dan cara berpikir harus menurut Roh. “Semua
orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah.” Ini adalah
status
sebagai anak-anak Allah yang menjamin
suatu posisi sebagai ahli waris Kerajaan Allah.
Bila merenungkan
bagian Firman Tuhan ini, maka dapat dikatakan bahwa kehidupan
kita di saat ini, tidak jauh berbeda dengan kehidupan di
kota Roma pada zaman dulu. Di tengah-tengah
kemajuan teknologi saat ini yang semakin canggih dan modern, tak dapat
dipungkiri, juga berdampak pada kemerosotan moral dan iman setiap orang zaman ini. Tidak
dapat disangkal angka kejahatan semakin meningkat, perceraian terjadi dalam
keluarga Kristen, orang semakin hidup sebebas-bebasnya. Di
berbagai negara mulai melegalkan pernikahan
sejenis, rupa-rupa kejahatan terjadi sebagaimana yang
tertulis dalam Roma 1:25-31. Hal ini pun
terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Apa yang
patut direnungkan oleh kita selaku orang Kristen (baik itu dalam
kehidupan keluarga dan jemaat ) dalam menghadapi
situasi ini? Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita telah dimerdekakan atau
ditebus oleh Yesus Kristus sendiri di dalam penderitaan, kematian dan
kebangkitanNya. Sehingga di dalam
kemerdekaan itu, jangan biarkan kita terpengaruh lalu kembali melakukan
berbagai-bagai dosa, melainkan di dalam kemerdekaan yang dikerjakan oleh
Kristus hendaknya kita tetap berkomitmen sungguh-sungguh
untuk hidup dalam Roh, dengan tetap melakukan kebenaran
sekalipun ada dalam kegelapan dunia dengan berbagai kejahatan. Bahkan dalam
situasi saat ini dimana hampir semua orang merasa takut menghadapi masalah
penyebaran Virus Covid 19 (Virus Corona) yang terjadi di berbagai belahan dunia
ini termasuk di Tanah Papua. Maka,
peristiwa yang terjadi saat ini mengingatkan kita untuk lebih lagi tekun dan
setia kepada Tuhan sebagai wujud kehidupan yang terus dipimpin oleh Roh, karena
Tuhanlah yang berkuasa di atas
segalanya, ketika ilmu pengetahuan
dan teknologi
semakin canggih. Ingatlah bahwa Roh Kudus
memimpin pada hidup kekal, sedangkan hidup dalam daging menuju pada kebinasaan.
Maka setiap saat kita selalu diperhadapkan pada pilihan hidup, apakah
kita hidup di dalam daging ataukah hidup di dalam
Roh? Apakah pilihan kita dii Minggu
kesengsaraan Tuhan Yesus yang kelima saat ini. Buatlah
pilihan hidup yang tepat, yaitu hidup di dalam
Roh yang menunjukan identitas kita sebagai
milik Kristus, Tuhan kita. AMIN. (Pdt. Nova Leaua, S.Si. Teol)
Syalom
0 komentar:
Posting Komentar