Kamis, 23 Januari 2020

Januari 23, 2020
PUASA MENURUT YESUS
Matius 9:14-17

PENGANTAR
        Tantangan terbesar dalam tugas pelayanan Yesus mula-mula dimulai dari lingkungan saudara-saudara sebangsa-Nya, yaitu kaum Israel (Yahudi); dan hal ini tergambar dalam pembacaan kita saat ini. Orang Israel, ketika menyaksikan seluruh tugas pelayanan Yesus merasa bahwa setiap pengajaran dan kebijakan-Nya selalu bertentangan dengan seluruh ketetapan hukum Taurat. Namun, menurut Yesus, setiap pengajaran dan kebijakan-Nya bukan bertentangan melainkan meluruskan subtansi hukum Taurat yang terlanjur salah dipahami oleh kaum Israel.
        Perjumpaan Yesus dengan para pengikut Yohanes Pembaptis, saat Ia sedang melaksanakan pelayanan-Nya, menimbulkan kontra berpikir di antara mereka. Pada satu sisi, murid-murid Yohanes Pembaptis, yang boleh dikatakan begitu ketata menjalankan seluruh hukum Taurat, bersebrangan pikiran dengan kebijakan yang diambil oleh Yesus. Sedangkan di sisi lain, Yesus tetap berprinsip bahwa kedudukan-Nya jauh lebih tinggi dari hukum Taurat.
        Ketika muncul perbedaan konsep berpikir di antara masyarakat Yahudi dengan Yesus, biasanya Sang Guru ini sering menjelaskan konsep berpikir-Nya dengan menggunakan metode pengajaran seperti kiasan, perumpamaan,cerita, dls. Tentu saja Yesus menggunakan metode-metode tersebut adalah dalam rangka para pendengar-Nya dapat mengerti konsep berpikir Yesus yang sebenarnya.
        Pada bagian pembacaan kita kali ini, Injil Matius 9:14-17, yang berbicara tentang hal berpuasa. Puasa adalah perintah agama yang wajib dilaksanakan oleh setiap penganut agama Yahudi. Bila hal ini tidak dilaksanakan dengan baik dan benar, maka hal itu merupakan sikap yang tak terpuji di mata umat dan Tuhan.
ISI RENUNGAN
        Ketika sedang melaksanakan tugas pemberitaan Injil bersama murid-murid-Nya, Yesus didatangi beberapa murid Yohanes Pembaptis berjumpa dengan-Nya. Dalam perjumpaan dengan Yesus, para murid Yohanes Pembaptis mengajukan pertanyaan terkait dengan hal berpuasa. Pertanyaan para murid Yohanes Pembaptis terlihat di ayat 14 yang berbunyi: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Entalah, kita tidak tahu, bahwa apakah pertanyaan tersebut hanya sekedar untuk mencobai Yesus, atau pertanyaan itu karena alasan tuntutan agama yang sudah tidak lagi dijalankan oleh murid-murid Yesus.
Di kalangan kaum Yahudi ada tiga tuntutan agama yang wajib dilaksanakan oleh mereka, yaitu: bersedekah, berdoa dan berpuasa. Orang Yahudi berpuasa itu sering dilaksanakan seminggu dua kali, yaitu jatuh pada hari Senin dan Kamis. Salah satu tujuan orang berpuasa adalah mendekatkan diri dan mendengar apa yang diajarkan oleh Tuhan sepanjang puasa itu berjalan. Dalam proses puasa orang sering mencari suasana tenang dan sukacita bersama Tuhan. Bilamana ada yang sedang menghadapi masalah hidup, terkait dengan kesakitan, penderitaan dan kedukaan, puasa merupakan wadah terbaik untuk orang mencari susana batin yang tenang bersama Tuhan. Di dalam proses puasa, seseorang misalnya mengalami kedukaan karena ditinggalkan orang-orang terkasihnya, atau orang yang sedang mengalami kesakitan berkepanjangan, biasanya puasa dijadikan sebagai wadah perjumpaan diri-nya dengan Allah untuk memperoleh ketenangan batin.
Nah, konsep puasa menurut murid-murid Yohanes Pembaptis adalah kewajiban atau tuntutan agama yang wajib/rutin dilaksanakan. Sedangkan oleh Yesus, puasa itu dapat dilaksanakan terkait dengan kebutuhan mencari dan mendekat dengan Tuhan. Mengapa para murid Yesus tidak berpuasa, seperti murid-murid Yohanes Pembaptis dan orang-orang Farisi? Jawabannya sangat sederhana saja, yaitu karena para murid Yesus sedang dekat dengan Tuhan dan mendengar semua yang diajarkan oleh-Nya. Menurut Yesus, puasa itu akan dilaksanakan oleh para murid-Nya, bilamana Ia telah tiada lagi dengan mereka. Puasa akan dilaksanakan oleh murid-murid Yesus, bilamana Yesus tidak ada bersama-sama dengan mereka. Maka, menurut Yesus, di dalam dan melalui puasa itu, para murid akan berdiam diri atau mengkhususkan diri berjumpa Yesus di dalam roh dan kebenaran.
Bila mencermati secara baik penjelasan Tuhan Yesus tentang pertanyaan murid-murid Yohanes Pembaptis tadi, maka dapat disimpulkan bahwa hal berpuasa itu bukan konsepnya manusia melainkan Tuhan. Lalu, mengapa para murid-Nya tidak berpuasa. Jawaban Yesus singkat saja, yaitu untuk apa harus berpuasa, saat diri-Nya (mempelai laki-laki) masih ada dan hidup bersama-sama dengan para murid-Nya (mempelai wanita). Bagi Yesus, hal berpuasa itu hanya dapat dilaksanakan para murid-Nya bilama Ia tidak lagi ada bersama mereka. Untuk apa harus berpuasa mencari dan mendekatkan diri dengan Tuhan, kalau Tuhan ada di dekat mereka? Hal ini, menurut Yesus, samahalnya dengan orang menambal lubang pada baju yang tua, atau mengisi buah anggur yang baru pada kantong kulit yang tua. Maksud Yesus adalah puasa itu memang kewajiban yang diperintahkan Tuhan, tetapi bilamana hal itu dilakukan dengan tidak tulus, maka puasa itu sama tak berguna di mata Tuhan. Percuma menampilkan diri kita sebagai orang yang benar-benar hidup sesuai dengan tuntutan agama, tetapi puasa yang dilaksanakan itu tidak tulus, maka tak ada manfaatnya untuk kemuliaan Tuhan dan bahkan tak berguna bagi diri sendiri.
Yesus memberi khiasan singkat pada mereka bahwa hal berpuasa itu pasti akan dilaksanakan oleh murid-murid-Nya, setelah Ia sudah tidak lagi bersama-sama dengan mereka. Jadi, selama Yesus masih bersama-sama dengan para murid-Nya, hal itu tidak perlu dilakukan. Tentu saja ada alasan yang dimaksud oleh Yesus. Hal ini disampaikan dalam bentuk dua khiasan: 1) Tidak seorang pun menambal baju yang tua dengan sehelai kain belum susut; sebab bisa jadi merusak baju tersebut. 2) anggur yang baru tidak mungkin diisi di kantong kulit yang tua, sebab hal itu bakal merusak/koyak, sehingga anggur akan terbuang dan kantong itu pun akan hancur. Karena itu, anggur yang baru haruslah diisi di kantong kulit yang baru, sehingga kantong yang tua itu tidak rusak dan anggur pun tidak terbuang. Dua peribahasa di atas menggambarkan tentang manfaat dari puasa yang sesungguhnya
PERTANYAAN DISKUSI
1)     Menurut saudara, apakah Puasa itu wajib laksanakan oleh setiap orang  Kristen dalam gereja ini? Kalau memang wajib, apa alasannya dan kalaupun tidak, mengapa?
2)          Menurut Anda, apa tujuan kita melaksanakan puasa?
3)       Menurut Anda, hal-hal apa yang penting diperhatikan oleh seseorang dalam melaksanakan puasa itu?
PENERAPAN
1.        Puasa itu adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Kristen sesuai perintah Tuhan. Tetapi, bilamana puasa itu dilaksanakan tidak dengan setulus hati, hanya sekedar bias saja, maka tak ada manfaatnya untuk rohani/iman kita kepada Tuhan. Puasa itu adalah ibadah yang dilaksanakan dengan tulus dan benar, bukan karena kewajiban atau tuntutan agama sehingga kita melupakan subtansi kebenaran tentang puasa itu sendiri. Perlu diingat bahwa sekali-kali Yesus tidak menolak orang Kristen melaksanakan puasa di hadapan Tuhan, melainkan kebenaran dalam melaksanakan puasa itu yang wajib diperhatikan oleh setiap orang percaya. Yang dimaksud dengan kebenaran dalam berpuasa ialah ketulusan hati untuk berjumpa dengan Tuhan. Kita berpuasa karena kita butuh Tuhan hadir dalam hidup kita, bukannya berpuasa karena tuntutan agama. Karena itu, hal berpuasa adalah sah dilaksanakan oleh orang Kristen karena Yesus tidak lagi ada secara kongkrit di hadapan kita, dengan satu tujuan yaitu mendekatkan diri dan hidup dekat dengan-Nya.
2.    Puasa itu punya maksud dan tujuan yang sudah sangat jelas bagi kita. Maksudnya ialah mendekatkan diri kita dengan Tuhan di dalam roh dan kebenaran. Mendekatkan diri dengan Tuhan melalui puasa itu menandaskan bahwa sebagai manusia kita butuh Tuhan hadir untuk menguatkan di saat dalam kesulitan, kesusahan, dls. Tujuannya ialah agar rohani (iman) kita bertumbuh dan berbuah di dalam seluruh tugas dan kerja kita dalam kehidupan yang kongkrit.
3.  Puasa itu pun memiliki manfaat berganda, yaitu bermanfaat untuk pertumbuhan iman kita dan pula bermanfaat untuk kemuliaan Tuhan. Puasa itu bukan untuk mempromosikan kerohanian kita di depan mata orang lain, melainkan guna menumbuh-kembangkan iman kita dekat pada Tuhan. Kita bukan seorang malaikat sehingga tidak butuh puasa. Puasa itu mengarahkan diri kita sejenak, berdiam diri sejenak di hadapan Tuhan untuk menemukan solusi dikala kita mengalami persoalan, masalah, tantangan dalam hidup ini. Oleh sebab itu, singkat kata, puasa itu merupakan tempat dimana Tuhan mengajar dan kita mendengar pengajaran-Nya dengan tenang. Orang yang berpuasa menunjukan bahwa ia membutuhkan Tuhan hadir dan tinggal bersama-Nya dan dirinya tinggal bersama Tuhan.

Syalom

0 komentar:

Posting Komentar