PUASA MENURUT YESUS
Matius 9:14-17
PENGANTAR
Tantangan terbesar dalam tugas pelayanan Yesus mula-mula dimulai
dari lingkungan saudara-saudara sebangsa-Nya, yaitu kaum Israel (Yahudi); dan
hal ini tergambar dalam pembacaan kita saat ini. Orang Israel, ketika
menyaksikan seluruh tugas pelayanan Yesus merasa bahwa setiap pengajaran dan
kebijakan-Nya selalu bertentangan dengan seluruh ketetapan hukum Taurat. Namun,
menurut Yesus, setiap pengajaran dan kebijakan-Nya bukan bertentangan melainkan
meluruskan subtansi hukum Taurat yang terlanjur salah dipahami oleh kaum
Israel.
Perjumpaan Yesus dengan para pengikut Yohanes Pembaptis, saat
Ia sedang melaksanakan pelayanan-Nya, menimbulkan kontra berpikir di antara
mereka. Pada satu sisi, murid-murid Yohanes Pembaptis, yang boleh dikatakan begitu
ketata menjalankan seluruh hukum Taurat, bersebrangan pikiran dengan kebijakan
yang diambil oleh Yesus. Sedangkan di sisi lain, Yesus tetap berprinsip bahwa
kedudukan-Nya jauh lebih tinggi dari hukum Taurat.
Ketika muncul perbedaan konsep berpikir di antara masyarakat
Yahudi dengan Yesus, biasanya Sang Guru ini sering menjelaskan konsep
berpikir-Nya dengan menggunakan metode pengajaran seperti kiasan,
perumpamaan,cerita, dls. Tentu saja Yesus menggunakan metode-metode tersebut
adalah dalam rangka para pendengar-Nya dapat mengerti konsep berpikir Yesus
yang sebenarnya.
Pada bagian pembacaan kita kali ini, Injil Matius 9:14-17, yang
berbicara tentang hal berpuasa. Puasa adalah perintah agama yang wajib
dilaksanakan oleh setiap penganut agama Yahudi. Bila hal ini tidak dilaksanakan
dengan baik dan benar, maka hal itu merupakan sikap yang tak terpuji di mata
umat dan Tuhan.
Ketika sedang melaksanakan tugas pemberitaan Injil bersama
murid-murid-Nya, Yesus didatangi beberapa murid Yohanes Pembaptis berjumpa
dengan-Nya. Dalam perjumpaan dengan Yesus, para murid Yohanes Pembaptis
mengajukan pertanyaan terkait dengan hal berpuasa. Pertanyaan para
murid Yohanes Pembaptis terlihat di ayat 14 yang berbunyi: “Mengapa kami dan
orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Entalah, kita tidak tahu,
bahwa apakah pertanyaan tersebut hanya sekedar untuk mencobai Yesus, atau
pertanyaan itu karena alasan tuntutan agama yang sudah tidak lagi dijalankan
oleh murid-murid Yesus.
Di kalangan kaum Yahudi
ada tiga tuntutan agama yang wajib dilaksanakan oleh mereka, yaitu: bersedekah, berdoa dan berpuasa. Orang Yahudi berpuasa itu
sering dilaksanakan seminggu dua kali, yaitu jatuh pada hari Senin dan Kamis.
Salah satu tujuan orang berpuasa adalah mendekatkan diri dan mendengar apa yang
diajarkan oleh Tuhan sepanjang puasa itu berjalan. Dalam proses puasa orang
sering mencari suasana tenang dan sukacita bersama Tuhan. Bilamana ada yang
sedang menghadapi masalah hidup, terkait dengan kesakitan, penderitaan dan
kedukaan, puasa merupakan wadah terbaik untuk orang mencari susana batin yang
tenang bersama Tuhan. Di dalam proses puasa, seseorang misalnya mengalami
kedukaan karena ditinggalkan orang-orang terkasihnya, atau orang yang sedang
mengalami kesakitan berkepanjangan, biasanya puasa dijadikan sebagai wadah
perjumpaan diri-nya dengan Allah untuk memperoleh ketenangan batin.
Nah, konsep puasa menurut
murid-murid Yohanes Pembaptis adalah kewajiban atau tuntutan agama yang wajib/rutin
dilaksanakan. Sedangkan oleh Yesus, puasa itu dapat dilaksanakan terkait dengan
kebutuhan mencari dan mendekat dengan Tuhan. Mengapa para murid Yesus tidak berpuasa, seperti
murid-murid Yohanes Pembaptis dan orang-orang Farisi? Jawabannya sangat
sederhana saja, yaitu karena para murid Yesus sedang dekat dengan Tuhan dan
mendengar semua yang diajarkan oleh-Nya. Menurut Yesus, puasa itu akan
dilaksanakan oleh para murid-Nya, bilamana Ia telah tiada lagi dengan mereka.
Puasa akan dilaksanakan oleh murid-murid Yesus, bilamana Yesus tidak ada
bersama-sama dengan mereka. Maka, menurut Yesus, di dalam dan melalui puasa
itu, para murid akan berdiam diri atau mengkhususkan diri berjumpa Yesus di
dalam roh dan kebenaran.
Bila mencermati secara
baik penjelasan Tuhan Yesus tentang pertanyaan murid-murid Yohanes Pembaptis
tadi, maka dapat disimpulkan bahwa hal berpuasa itu bukan konsepnya manusia
melainkan Tuhan. Lalu, mengapa para murid-Nya tidak berpuasa. Jawaban Yesus
singkat saja, yaitu untuk apa harus berpuasa, saat diri-Nya (mempelai
laki-laki) masih ada dan hidup bersama-sama dengan para murid-Nya (mempelai
wanita). Bagi Yesus, hal berpuasa itu hanya dapat dilaksanakan para murid-Nya
bilama Ia tidak lagi ada bersama mereka. Untuk apa harus berpuasa mencari dan
mendekatkan diri dengan Tuhan, kalau Tuhan ada di dekat mereka? Hal ini,
menurut Yesus, samahalnya dengan orang menambal lubang pada baju yang tua, atau
mengisi buah anggur yang baru pada kantong kulit yang tua. Maksud Yesus adalah
puasa itu memang kewajiban yang diperintahkan Tuhan, tetapi bilamana hal itu
dilakukan dengan tidak tulus, maka puasa itu sama tak berguna di mata Tuhan.
Percuma menampilkan diri kita sebagai orang yang benar-benar hidup sesuai
dengan tuntutan agama, tetapi puasa yang dilaksanakan itu tidak tulus, maka tak
ada manfaatnya untuk kemuliaan Tuhan dan bahkan tak berguna bagi diri sendiri.
Yesus memberi khiasan
singkat pada mereka bahwa hal berpuasa itu pasti akan dilaksanakan oleh
murid-murid-Nya, setelah Ia sudah tidak lagi bersama-sama dengan mereka. Jadi,
selama Yesus masih bersama-sama dengan para murid-Nya, hal itu tidak perlu
dilakukan. Tentu saja ada alasan yang dimaksud oleh Yesus. Hal ini disampaikan
dalam bentuk dua khiasan: 1) Tidak
seorang pun menambal baju yang tua dengan sehelai kain belum susut; sebab bisa
jadi merusak baju tersebut. 2) anggur
yang baru tidak mungkin diisi di kantong kulit yang tua, sebab hal itu bakal
merusak/koyak, sehingga anggur akan terbuang dan kantong itu pun akan hancur.
Karena itu, anggur yang baru haruslah diisi di kantong kulit yang baru,
sehingga kantong yang tua itu tidak rusak dan anggur pun tidak terbuang.
Dua peribahasa di atas menggambarkan tentang manfaat dari puasa yang
sesungguhnya
PERTANYAAN DISKUSI
1) Menurut saudara, apakah Puasa itu wajib laksanakan oleh
setiap orang Kristen dalam gereja ini?
Kalau memang wajib, apa alasannya dan kalaupun tidak, mengapa?
2)
Menurut Anda, apa tujuan kita melaksanakan puasa?
3) Menurut Anda, hal-hal apa yang penting diperhatikan oleh
seseorang dalam melaksanakan puasa itu?
PENERAPAN
1.
Puasa itu adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh
setiap orang Kristen sesuai perintah Tuhan. Tetapi, bilamana puasa itu
dilaksanakan tidak dengan setulus hati, hanya sekedar bias saja, maka tak ada
manfaatnya untuk rohani/iman kita kepada Tuhan. Puasa itu adalah ibadah yang
dilaksanakan dengan tulus dan benar, bukan karena kewajiban atau tuntutan agama
sehingga kita melupakan subtansi kebenaran tentang puasa itu sendiri. Perlu
diingat bahwa sekali-kali Yesus tidak menolak orang Kristen melaksanakan puasa
di hadapan Tuhan, melainkan kebenaran dalam melaksanakan puasa itu yang wajib
diperhatikan oleh setiap orang percaya. Yang dimaksud dengan kebenaran dalam
berpuasa ialah ketulusan hati untuk berjumpa dengan Tuhan. Kita berpuasa karena
kita butuh Tuhan hadir dalam hidup kita, bukannya berpuasa karena tuntutan
agama. Karena itu, hal berpuasa adalah sah dilaksanakan oleh orang Kristen
karena Yesus tidak lagi ada secara kongkrit di hadapan kita, dengan satu tujuan
yaitu mendekatkan diri dan hidup dekat dengan-Nya.
2. Puasa itu punya maksud dan tujuan yang sudah sangat jelas
bagi kita. Maksudnya ialah mendekatkan diri kita dengan Tuhan di dalam roh dan
kebenaran. Mendekatkan diri dengan Tuhan melalui puasa itu menandaskan bahwa sebagai
manusia kita butuh Tuhan hadir untuk menguatkan di saat dalam kesulitan,
kesusahan, dls. Tujuannya ialah agar rohani (iman) kita bertumbuh dan berbuah
di dalam seluruh tugas dan kerja kita dalam kehidupan yang kongkrit.
3. Puasa itu pun memiliki manfaat berganda, yaitu bermanfaat
untuk pertumbuhan iman kita dan pula bermanfaat untuk kemuliaan Tuhan. Puasa
itu bukan untuk mempromosikan kerohanian kita di depan mata orang lain,
melainkan guna menumbuh-kembangkan iman kita dekat pada Tuhan. Kita bukan
seorang malaikat sehingga tidak butuh puasa. Puasa itu mengarahkan diri kita
sejenak, berdiam diri sejenak di hadapan Tuhan untuk menemukan solusi dikala
kita mengalami persoalan, masalah, tantangan dalam hidup ini. Oleh sebab itu,
singkat kata, puasa itu merupakan tempat dimana Tuhan mengajar dan kita
mendengar pengajaran-Nya dengan tenang. Orang yang berpuasa menunjukan bahwa ia
membutuhkan Tuhan hadir dan tinggal bersama-Nya dan dirinya tinggal bersama
Tuhan.
Syalom
0 komentar:
Posting Komentar