Kamis, 23 Januari 2020

Januari 23, 2020
MENGUBAH CARA BERPIKIR PELAYANAN
Kisah Para Rasul 8:4-25

PENGANTAR
        Kesuksesan pelayanan gereja pada prinsipnya hasil dari pekerjaan kuasa Roh Kudus, bukan dari kekuatan seorang manusia. Gereja yang lahir, bertumbuh dan berkembang semata-mata karena pekerjaan kuasa itu, yang tentu saja dimulai sejak peristiwa Pentakosta. Sangatlah keliru bila ada seorang pekerja gereja beranggap bahwa gereja (jemaat), tempat dimana ia bekerja, bisa maju dan bertumbuh berkat usaha dan kerja kerasnya sendiri.         Bila ada tipe karakter orang seperti itu dalam gereja tersebut, Alkitab menyarankan agar ia perlu bertobat dan kembali para cara pandang positif berdasarkan Firman Tuhan. Mengapa? Karan cara berpikir seperti itu tidak Alkitabiah, dan tentu saja keterpanggilannya bukan untuk membangun rohani persekutuan jemaat, melainkan membangun popularitas rohani pribadinya dalam jemaat tersebut.
        Apa yang dibanggakan oleh seorang pekerja dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan Tuhan kepadanya, yang notabene bukan berasal dari dirinya sendiri? Tidak kan? Setiap pekerja Tuhan, siapapun orangnya, semuanya bekerja untuk kemuliaan nama Tuhan ditegakkan. Sebagai pekerja gereja, kita adalah sebatas alat kecil dari sebuah pekerjaan besar yang Allah berikan kepada setiap pekerja-Nya. Cara pandang yang keliru amat perlu dirubah demi keutuhan dan solidaritas pelayanan yang utuh dan tepat guna.
        Mengawali tugas pelayanan kita di tahun yang baru 2020, marilah kita bersama-sama belajar dari pengalaman kesaksian yang tertulis dalam Alkitab, sebagai dasar berpijaknya pelayanan kita dalam jemaat, dengan satu tujuan primer, yaitu agara Tuhan selalu diimani/dipercaya sebagai Allah yang berkuasa dan menganugerahkan karunia-Nya bagi Gereja-Nya sendiri.
ISI RENUNGAN
Pembacaan Kisah Para Rasul 8:4-25 berbicara tentang tugas pelayanan Filipus di Samaria. Setelah peristiwa Pentakosta (pencurahan Roh Kudus), pekerjaan pemberitaan Injil para rasul mengalami pertumbuhan yang luar biasa, baik dari segi kuantitas maupun kualitas iman para pengikut Kristus. Orang-orang yang bertobat dan menjadi pengikut Kristus, selain mengalami peningkatan jumlah dan kualitas iman yang luar biasa, merekapun terpanggil dalam memberitakan Injil ke seluruh wilayah di kekaisaran Romawi. Bila di satu daerah tertentu ada orang terdapa orang Kristen di sana, maka tentu saja pemberitaan Injil Kristus pasti dijalankan, sekalipun kesulitan selalu menghadangnya.
Sejarah gereja mula-mula menjelaskan bahwa meskipun pengikut-pengikut Yesus mengalami kesulitan, tetapi semangat pemberitaan Injil Kristus tidak mati, berkat pekerjaan Roh Kudus. Kuasa itu mengubah orang kafir menjadi Kristen dan percaya pada Kristus. Bila ada orang dari agama lain yang bertobat dan mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhannya, maka hal itu sungguh menjadi kebanggan dan sukacita tersendiri bagi kalangan orang-orang percaya saat itu. Hal ini berjalan di dalam sebuah proses yang panjang terutama di kota Yerusalem.
Pada satu sisi pertumbuhan jumlah pengikut Kristus semakin hari semakin bertambah, namun di sisi lain, dampak buruk bagi kalangan para pengikut Kristus pun bertambah. Orang-orang Yahudi tidak nyaman dengan hadirnya keyakinan baru dari Yesus Kristus itu. Mereka mengambil sikap kotra dengan merumuskan berbagai ancaman kepada semua pengikut Kristus. Bersama para imam orang-orang Yahudi bertindak secara sistimatis dan terstruktur mengancam, menganiaya, membunuh dengan secara kejam para pengikut Kristus. Ancaman itu mengakibatkan orang-orang pengikut Kristus berdiaspora ke berbagai wilayah di kekaisaran Roma, termasuk daerah Samaria. Hal itu lebih meningkat saat peristiwa kematian diaken (syamas) Stefanus di Yerusalem (lih. Kis 7:54-8:3).
Bagi sebagian pengikut Kristus, Samaria merupakan tempat yang dapat menjamin keselamatan mereka. Daerah ini, selain menjadi tempat mencari keselamatan, tempat ini dijadikan sebagai basis pemberitaan Injil (Kabar Baik). Berdasarkan amanat Yesus Kristus, saat sebelum Ia naik ke sorga (Mat. 28:18-20), mendorong para pengikut di kota itu tetap melaksanakan pemberitaan Injil. Nah, di kota inilah, salah seorang dari ketujuh diaken yang dipilih para rasul, Filipus, memberitakan Injil Kristus di kota tersebut. Pemberitaan Injil oleh Filipus di tengah orang-orang Samaria mengalami kemajuan pesat. Banyak orang Samaria, kecil dan besar bertobat dan menyerahkan diri mereka sebagai pengkut Kristus yang setia. Di Samaria Filipus bersahabat dengan seorang yang bernama Simon, seorang Samaria yang dulunya sangat populer dengan tanda-tanda ajaib di kalangan masyarakat dengan ilmu sihirnya. Masyarakat Samaria menganggap Simon sebagai seorang yang luar biasa karena dianggap memiliki kuasa besar. Namun, setelah mendengar pemberitaan Injil oleh Filipus, ia beralih dari kepercayaannya yang lama dan mengaku percaya pada Yesus Kristus.
Pertumbuhan dan perkembangan persekutuan para pengikut Kristus di Samaria maju pesat sehingga terdengar di telinga rasul-rasul di Yerusalem. Maka mereka memutuskan mengutus Petrus dan Yohanes ke kota itu. Ketika berada di Samaria kedua rasul itu melaksanakan penginjilan, mengadakan tanda-tanda heran dan menumpangkan tangan sebagai tanda kuasa Roh Kudus hadir dalam setiap hidup orang-orang percaya di kota itu.
Ketika Simon, sahabat Filipus, saat melihat Petrus dan Yohanes dengan wibawa Allah, menumpangkan tanga ke atas orang-orang Samaria, ia merasa iri terhadap kuasa yang dimiliki kedua rasul itu, lalu berkata: “Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.” (ayt. 19). Saat mendengar ucapan Simon seperti itu Petrus begitu marah, lalu berkata kepadanya: “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.” (ayt. 20-23). Ketika mendengar perkataan tegas Petrus, Simon langsung tersadar diri kalau pikirannya amat keliru dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka dengan rendah hati ia memohon agar Petrus dan Yohanes dapat mendoakannya agar ia jangan kena hukuman Allah seperti yang diucapkan rasul Petrus.
PENERAPAN
        Mengawali tugas pelayanan dalam Jemaat ini, baik dalam lingkungan PKB, PW, PAM dan PAR, kita perlu memiliki satu pandangan kerja benar berdasarkan pada kehendak Tuhan. Artinya, kita semua harus memiliki cara berpikir dan cara pandang berdasarkan Injil Kristus bagi pertumbuhan jemaat kita di tahun ini.
1.        Kita harus tahu dan mengerti bahwa Gereja (Jemaat) kita bukanlah sebuah perusahaan yang dikelola oleh satu-dua orang tertentu, melainkan banyak orang yang disebut sebagai pekerja Tuhan. Tuhan Yesus Kristus adalah Pemimpin kita, Kepala dari Gereja-Nya sendiri. Gereja ini akan terus berjalan, bertumbuh dan berkembang, bukan karena usaha kinerja kita, melainkan atas kuasa pekerjaan Roh Kudus.
2.        Di dalam gereja tidak mengenal jual-beli karunia-karunia (kharismata) yang diberikan Allah pada setiap orang dalam persekutuan-Nya. Dengan kata lain, tidak ada praktek jual-beli karunia atau yang disebut praktek simoni  itu dalam pekerjaan Tuhan. Bila prakti “simoni” itu ada dan berlangsung dalam gereja, maka saya tidak tahu, apakah gereja ini akan bertumbuh imannya pada Yesus ataukan Yesus berbalik dan menghukum kita. Sebab itu, wajib diingat ileh kita bahwa karunia yang diberikan Tuhan pada setiap orang punya maksud dan tujuan, yaitu membangun iman orang-orang percaya (gereja) demi dan bagi kemuliaan Tuhan. Jadi, entah siapapun dia yang telah menerima karunia, apapun karunia itu, semuanya dipakai untuk membangun iman orang percaya bagi kemuliaan Tuhan.
3.        Di dalam pekerjaan Tuhan seharusnya tidak perlu ada sifat iri hati terhadap sesama anggota persekutuan yang memiliki karunia-karunia yang berbeda. Mengapa Simon iri terhadap Petrus dan Yohanes? Karena ia ingin sama sejajar seperti kedua rasul itu. Padahal pemikiran yang demikian adalah sangat keliru. Ingat, pekerjaan Tuhan dalam gereja ini tidak mengenal karunia bintang satu ataupun bintang lima, tidak mengenal kecil dan besar karunia, tua dan muda pengalaman, kaya dan miskin status persekutuan, putih dan hitam dalam perbedaan, melainkan hanya untuk membangun persekutuan semua orang percaya demi hormat dan kemuliaan Tuhan. Hindarilah pikiran-pikiran negatif seperti itu sehingga Roh Kudus bebas bekerja dengan kekuatan-Nya pada setiap orang di dalam gereja, sehingga persekutuan itu tetap bertumbuh, berkembang dari sisi teologi, daya dan dana, menjadi jemaat yang mandiri dan misioner di dalam Tuhan.  


Syalom

0 komentar:

Posting Komentar