SUNGAI KECIL “OPO KERE” DI
KAMPUNG DOROMENA
(Catata Traveling Bersama Jemaat GKI Kanaan Perumnas IV Padang Bulan)
(Catata Traveling Bersama Jemaat GKI Kanaan Perumnas IV Padang Bulan)
Sehebat
siapapun orangnya dalam mengerjakan pekerjaannya, ia pasti butuh refreshing.
Iya kan? Orang yang hidup tanpa refreshing sejenak tentu saja ia akan mengalami
kejenuhan dalam mengerjakan pekerjaannya. Refreshingku bersama anggota Jemaat
GKI Kanaan, secara khusus dengan yang berdomisili di Wik Bukit Zaitun,
berlangsung pada Minggu 10 November 2019, di sebuah kampung di sebelah Utara, Kabupaten
Jayapura, tepatnya di Kampung Doromena. Tentu saja Anda tahu tentang kampung
tersebut, bukan? Tapi, tidak mengurangi pengetahuan Anda tentang kampung
tersebut, sedikit saya memberikan gambaran singkat tentang kampung itu pada
Anda. Boleh kan?
Kampung
Doromena berada di wilayah Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura. Kampung ini berkedudukan
di bawah kaki pegunungan Dobonsolo (Cycloop) bagian utara dan berhadapan langsung
dengan lautan Pasifik. Karena berhadapan langsung dengan laut bebas, maka sepanjang
pesisir pantai Kampung Doromena dan ada juga beberapa kampung lainnya, tak
pernah merasa libur dengan gemuruh angin dan ombak lautan Pasific.
Masyarakat
Kampung Doromena dihuni oleh sepuluh keret dan dipimpin oleh seorang kepala
keret sebagai pemimpinnya. Kehidupan masyarakat kampung ini hari-harinya
sebagai nelayan dan petani. Hampir di sepanjang bibir pantainya pohon-pohon
kelapa tumbuh berjejeran menghiasi kampung itu. Di bagian darat, sekalipun
tanahnya dipenuhi batu-batu pegunungan Cycloop, masyarakat kampung Doromena
menanam pohon buah-buahan jangka panjang, seperti mangga, durian, langsat,
rambutan, dls.
Kampung
Doromena hari-harinya selalu saja diributkan oleh angin dan ombak lautan
Pasific. Kata orang, bila suatu masyarakat yang mendiami sebuah daerah tertentu
yang alamnya keras, sering membentuk karakter masyarakatnya menjadi keras pula.
Apakah memang demikian? Menurut saya, itu penilaian yang relatif. Nyatanya, sekalipun
masyarakat Doromena yang hari-hari hidupnya berhadapan langsung dengan kondisi
alam yang begitu keras, sedikitpun tidak mempengaruhi karakter mereka sebagai
masyarakat yang ramah terhadap semua orang. Kehidupan kekeluargaan mereka
selalu harmonis pada siapa saja yang datang mengunjungi kampung itu. Kalau
memang Anda pingin membuktikan informasi yang disampaikan ini, cobalah
berkunjung di kampung itu; mumpun jarak antara kota Jayapura dengan Kampung
Doromena hanya ditempuh tiga jam dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Lebih
asik bila Anda sudah di ibu kota Distrik Depapre, gunakanlah sped boot ke
kampung itu.
Informasi
lain yang tak kalah pentingnya ialah kampung Doromena selalu dijuluki sebagai
kampung mangga golek. Karena di sepanjang dan seluruh kampung itu ditanami
pohon mangga golek (alias mangga golek India). Selain mangga golek, sebagaimana
yang saya jelaskan di atas, ada juga tanaman pohon-pohon buah jangka panjang
lainnya seperti durian, langsat dan rambutan, dls, yang sering dijadikan
sebagai pendapatan ekonomi masyarakat setempat.
Demikian
sekilas informasi terkait dengan kampung Doromena.
Mungkin Anda bertanya, mengapa saya tidak menunjukkan wajah kampung Doromena dalam catatan ini, kok malah sebaliknya menampilkan sebuah foto tentang sungai di kampung itu? Baiklah, saya akan memberitahukannya, asalkan bacaan harus serius diteruskan sampai selesai ya?
Mungkin Anda bertanya, mengapa saya tidak menunjukkan wajah kampung Doromena dalam catatan ini, kok malah sebaliknya menampilkan sebuah foto tentang sungai di kampung itu? Baiklah, saya akan memberitahukannya, asalkan bacaan harus serius diteruskan sampai selesai ya?
Foto
tentang air dan bebatuan sungai yang terlihat pada foto-foto dalam tulisan ini,
saya abadikan tepatnya di kampung Doromena. Sungai ini diberi nama masyarakat Doromena
dengan sebuatn "Opo Kere," yang berarti “Babi Bau”. Entah kenapa
mereka memberi nama pada sungai itu sebegitu kasar di pendengaran kita? Saya
pun tidak tahu sebegitu dalam. Maaf bila saya tidak menyampaikan hal ini pada
Anda, mengingat waktu saya bersama anggota Wik Bukit Zaitu di Doromena tidak begitu
lama (hanya 4 jam saja), sehingga untuk menggali informasi dari penduduk
setempat tidak maksimal. Yang penting menurut saya di sini ialah bukan soal
arti nama dari sungai tersebut, melainkan indah dan sejuknya sungai itu.
Sungai
"Opo Kere" adalah sebuah sungai kecil yang aliran airnya bersumber
dari pegunungan Cycloop. Sungai itu tidak terlalu besar dan debit airnya pun
tidak sebanyak sungai Mamberamo. Namun, sungai ini, menurut saya, teramat sejuk
dan cocok bagi para fotografer traveling yang pingin mengabadikan tempat-tempat
wisata terpendam, yang belum disentuh banyak wisatawan lokal di kota Jayapura. Selain
itu, sungai "Opo Kere" pun cocok bagi mereka yang senang dengan
momen-momen foto modeling dan macro karena alamnya sejuk dan unggas (kupu-kupu,
kumbang-kumbang, burung dan jenis-jenis unggas lainnya) hutannya pun
memberanikan dirinya bergaul dengan manusia. Pokoknya, menurut saya, begitu
menarik karena sangat alamiah dan segar udaranya bagi kita, secara khusus para
fotografer traveling.
Demikian
cerita singkat saya pada Anda. Sambil melambaikan tangan, dari sungai "Opo
Kere," di bawah kaki pegunungan Cycloop dan di sekitar bibir pantai
kampung Doromena, saya lemparkan senyum segar bersama alamku, Papua, untuk
kalian yang telah membacakan tulisan ini.
Asallamat’membaca!!!!!
REKOMENDASI
Foto-foto yang saya lampirkan di bawah penjelasan ini hanya sekedar rekomendasi pada Anda, biar jelas untuk dilihat.
Semoga Anda punya waktu untuk pergi mengunjungi tempat ini, biar bisa menikmati alam negeri tanah Papua.
Semoga bermanfaat!!!!
Salam Fotografer.
Foto-foto yang saya lampirkan di bawah penjelasan ini hanya sekedar rekomendasi pada Anda, biar jelas untuk dilihat.
Semoga Anda punya waktu untuk pergi mengunjungi tempat ini, biar bisa menikmati alam negeri tanah Papua.
Semoga bermanfaat!!!!
Salam Fotografer.
0 komentar:
Posting Komentar